16

244 56 6
                                    

_____

"Apa dia tidak mau memelukku?" Tanyanya pada dirinya sendiri. Taehyung, ya pria itu adalah Taehyung.

Kini ia melangkahkan kakinya
dengan berjejal pertanyaan di
benaknya. Mendekati
menghampiri motornya. Sebelum memakai helmnya ia sempat mendangakan wajahnya untuk melihat jendela kamar Y/n. Gelap, lampunya mati.

Taehyung duduk di atas motornya, helmnya tak jadi ia pakai, masih ia sangga helm tersebut dengan tangan kanan dipinggangnya. Masih menatap kamar gelap Y/n. Menghembuskan nafas beratnya. Mencoba mencari
tahu apa kesalahannya. Apa ia
marah karena Taehyung tak
mengabarinya selama tiga hari
kebelakang ini? Bukankah Taehyung sudah jelaskan kalau di sana tidak ada jaringan?

"Kalau aku punya salah kenapa kau tidak bilang padaku? Biar aku tidak harus nebak-nebak seperti ini." Ucapnya berbicara sendiri dengan tatapan yang masih tertuju pada kamar gadis itu.

"Mau bikin kejutan ternyata malah gini." Taehyung kini manaiki motornya lalu memakai helmnya.

'BRUM...BRUM...'

Sengaja Taehyung menarik dan
meraungkan gas motornya
kencang agar Y/n tahu bahwa Taehyung sempat menunggunya di bawah.
Seketika Y/n terperanjat mendengar deruan motor di bawah sana. Dengan setengah berlari ia menghampiri jendela kamarnya, mencoba melihat ke
arah luar. Tapi ternyata tak ada,
pria itu kini telah melajukan
motornya dengan cepat. Sehingga sikap Y/n yang terburu pun tak berhasil membuat pandangannya menangkap bayangan laki-laki itu sedikitpun. Sedikit ada rasa menyesal di benaknya, atas perlakuan yang ia berikan pada Taehyung tadi. Tapi memang sikap Taehyung keterlaluan, Y/n sangat kecewa pada Taehyung.

Ah sudah lah, Y/n ingin menenangkan dirinya kini, kembali menghampiri tempat tidur dan mulai merebahkan tubuhnya di sana. Dengan kepala yang berat karena bayang-bayang Jimin dan Taehyung datang silih berganti melintasi pikirannya. Serasa ingin ia banting kepalanya kini.

Berbeda halnya dengan laki-laki ini. Karena aktivitasnya seharian diperjalanan dari tempatnya bermukim 6 hari lamanya, ia sangat kelelahan. Sangat terlihat dari gurat wajahnya yang menggambarkan emotion sangat letih. Dengan cepat ia
membanting tubuhnya di atas
tempat tidur, dan dalam waktu 10 menit ia sudah berada di alam bawah sadarnya, tertidur bersama pertanyaan-pertanyaan yang bergerumul di benaknya.

***

Y/n melangkahkan kakinya dengan sangat hati-hati, sesekali matanya melirik ke sisi kanan dan kirinya, menyimpan map yang berisi soal-soal di samping kanan wajahnya. Tingkahnya aneh, seperti sedang diburu seseorang. Ya, jelas ia memang sedang diburu. Diburu Jimin, laki-laki yang sempat membuatnya tergila.

"Oh ya? Terus-terus bagaimana?" Suara itu terdengar begitu jelas di telinga Y/n, terdengar sangat manja dengan sesekali tawa kecilnya.
Y/n menyingkirkan map di samping kanan wajahnya yang juga sedikit menutupi pandangan di depannya. Dengan santai pemilik suara itu menggelendot manja pada lengan Jimin. Seulgi, ya Seulgi telah kembali. Kembali untuk mengambil kendali Jimin dari kehidupan Y/n. Dan mereka kini melintas di hadapan Y/n dengan indah, tanpa menghiraukan Y/n sedikitpun yang masih berdiri bak patung.

'Jimin.' Kembali rasa sakit itu
mengguncang dadanya, bukankah kemarin Jimin berkata bahwa... Ia menyayangi Y/n. Ok untuk kesekian kalinya Jimin berhasil bersandiwara. Mana sebenarnya sikap Jimin yang sesungguhnya, ketika berada di samping Seulgi? Atau ketika berada di hadapan Y/n?
Y/n tidak ingin mengingatnya lagi, tingkah pria itu menarik ulur hatinya seperti ini membuat Y/n semakin membencinya namun juga
semakin menggilainya. Ia Duduk disebuah bangku kelas
dengan mood yang sangat ia
paksakan hari ini. Jika saja orang lain yang mengerti keadaan hatinya kini seperti apa, dua peluru itu mampu menembus hati Y/n dengan tepat. Peluru pertama ketika kemarin melihat Taehyung bersama Mina dan peluru
kedua yaitu beberapa menit lalu ketika Seulgi menggelendot manja di lengan Jimin.

Innocent ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang