Mengapa harus menjadi laki-laki yang kuat? Karena ada dua wanita cantik yang membutuhkan kedua bahuku untuk bersandar.
—Aaron Almeer Afsheen.Aurora memegangi kepalanya yang sangat sakit
lalu tak lama ia tergeletak di lantai, Badannya melemas dan matanya seketika buram. Aaron yang tersadar langsung mengangkat adiknya untuk dibawa ke tempat tidurnya, Aaron tidak memperdulikan rapat via onlinenya itu, yang ia khawatirkan hanya adik semata wayangnya."Ra kamu kenapa lagi?" tanya Aaron yang masih panik.
"Bi. Tolong ambilkan air hangat!" teriak Aaron.
Tak lama Bi Asri tiba sambil membawakan baskom yang berisi air hangat dan handuk kecil. Suhu tubuh Aurora mendadak tinggi, ia juga terlihat sangat pucat.
"Ini Den air hangat dan handuk kecilnya." ucap Bi Asri sambil mememberikan baskom kepada Aaron.
"Makasih Bi. Tolong juga ambilkan obat dan dibuatkan bubur ya Bi! Kayaknya Ara kecapekan."
"Baik Den!"
Aaron meraih handphonenya dan dengan cepat menghubungi Mamanya.
Ibu Negara❤️
"Hallo Ma, Assalamualaikum? Adek pingsan."
"Waalaikumsalam. Kamu pasti ga jagain adek kamu ya! Aro, sampe ada apa-apa sama Ara, Kamu yang Mama marahin!
"Aro juga gatau, tadi Aro rapat terus ga lama ngeliat Adek udah pingsan."
"Yaudah! Mama langsung cari tiket secepatnya! Tetep di rumah ya, jagain Ara!"
"Mama yakin mau flight hari ini?"
"Yakin sayang! Mama juga udah kangen sama kalian berdua."
"Yaudah Ma. Kabarin Aro terus ya! Aro matiin dulu telfonnya."
"Iya sayang."
Tut! Tut! Tut!
Aaron berjalan ke sana dan ke mari karena terlalu gelisah ia juga sambil memperhatikan adiknya yang tak kunjung sadar. Aaron sudah paham betul kelemahan adiknya itu, jika Aurora terlalu kelelahan ia akan sering pingsan dan mimisan. Maka dari itu, Aaron sering melarang Aurora untuk melakukan kegiatan yang terlalu berat.
~~~
Aurora membuka matanya sambil memegang kepalanya pelan. Kepalanya memang sudah tidak sesakit sebelumnya, mungkin karena ia sudah beristirahat lebih dari 6 jam lamanya.
Aurora memperhatikan sekeliling kamarnya singkat. Ia juga mencoba menguatkan badan untuk menghampiri Aaron yang sudah pasti ada di ruang kerjanya.
Ia berjalan sempoyongan ke arah bawah sambil memegang tembok untuk menjadi penyangga tubuhnya yang masih sangat lemas.
"MAMAH?!" teriak Aurora terkejut karena sudah ada Imelda dan Aaron yang sedang berbincang di ruang keluarga.
Dengan cepat Imelda menghampiri Aurora sambil memeluk erat. "Ara sayang. Mama kangen banget sama kamu, Mama ke sini karena Bang Aro ngabarin kalo kamu abis pingsan. Masih sakit sayang?" tanya Imelda khawatir.
"Udah mendingan kok Ma, Mama ga balik ke Jepang lagi kan?" tanya Aurora lemas.
"Hmm kayaknya enggak deh. Di sana juga sudah lumayan membaik, mama mau ngurusin yang ada di Indo lagi. Jadi Mama bisa lebih tahu perkembangan kamu sama Abang."
"Syukurlah Mah. Ara kesepian banget semenjak mama di Jepang. Apalagi Bang Aro sering ada rapat dadakan."
"Maafin Mama ya sayang." ucap Imelda sambil mencium kening Aurora singkat.
Aaron tersenyum memperhatikan kedua wanita cantik itu. Lengkap sudah kebahagian Aaron saat ini karena Imelda sudah kembali pulang dan tidak berencana kembali ke Jepang atau ke luar negeri lagi. Memang semenjak Ayahnya meninggal, ekonomi Aaron mendadak menurun. Maka dari itu Aaron dan Imelda bersusah payah untuk meningkatkan perusahannya dan sekarang sudah kembali seperti semula.
"Ayo makan Dek!" ajak Aaron.
"Gamau ah, Bang."
"Tuhkan Mah. Ini anak emang kebiasaan, makannya susah, tapi kalo udah pingsan ngerepotin orang sekampung." ucap Aaron kepada Imelda untuk meminta pembelaan.
"Ara. Ayo makan dulu!" ucap Imelda.
"Ara males makan, Ma."
"Yaudah, Abang yang suapin."
"Gamau! Bang Aro kalo nyuapin enggak pelan-pelan."
"Bayangin aja ya Ma, semenjak Mamah ga di sini. Aro udah kena mental breakdance duluan ini ngurusin Adek." ucap Aaron kesal.
"HAHA."
"Anak Mama sekarang sukanya ngomel-ngomel terus ya." ucap Imelda sambil mengacak rambut Aaron pelan.
"Uluh-uluh Abang Aro kalo ngambek kayak bayi komodo."
"Enak aja kamu kalo ngomong." ucap Aaron yang membuat Aurora semakin tertawa terbahak-bahak.
"HAHA."
"Liat nih Pa, Aro berhasil jagain dua perempuan kesayangan Papa kan?" ucap Aaron pelan dan tersenyum bangga sambil melihat foto keluarga yang ada di dinding.
~~~