Sinar Matahari pagi hari ini membuat Algieba terpaksa membuka matanya. Ia dengan kasar melepaskan selimut dari badannya dan meregangkan otot-ototnya.
"Arghh! Kenapa sakit banget kepala gua ya." rintih Algieba sambil memegang kepalanya.
Algieba berjalan menuju dapur untuk mengambil air mineral dan obat pusingnya. Ia berharap kepala nya jauh lebih membaik. Kalau saja kepalanya lepas pasang, ia akan melepasanya sekarang juga.
Tok! Tok! Tok!
Algieba membuka pintu apartemen dan ia dibuat terkejut melihat kehadiran wanita di hadapannya.
"Lo?!"
"Hai Algieba."
"Tau darimana apartement gua?" tanya Algieba dingin.
"Dari Om Dewa." wanita itu dengan santai langsung masuk ke dalam apartemen tanpa meminta ijin Algieba terlebih dahulu.
"Gua ga ngeijinin lo masuk ya!" ucap Algieba dengan setengah membentak.
"Lo kenapa sih Al? Gue tamu ya disini."
"Gua gapeduli!"
"Al, gue baru dateng dari Aussie dan seharusnya lo biarin gue dulu disini."
"KELUAR!" teriak Algieba yang membuat wanita itu takut dan memutuskan untuk menuruti Algieba.
Siapa yang tidak takut dengan kemarahan Algieba yang seperti banteng mengamuk?
Algieba dengan cepat menganti pakaian dan mengambil kunci mobilnya.
Saat ini Algieba sudah berada di perusahan milik Dewa, Ayahnya. Sudah lama ia tidak mengunjunginya, ralat! Bukan untuk mengungjungi sebagai Anak dan Ayah tetapi sebagai musuh.
Tanpa mengetok terlebih dahulu, Algieba langsung memasuki ruangan kantor Ayahnya. Ia saat ini sudah tak bisa menahan amarahnya, apa maksud Ayahnya sampai tahu dan memberikan alamat apartemen yang ia tinggali.
"Tau dari siapa alamat apartemen saya?" tanya Algieba emosi.
"Kamu meragukan mata-mata yang papa punya?"
"Terus maksud Anda apa menyebarkan alamat saya?"
"Siapa? Ze? Apa salahnya dia tahu?"
"Anda tau alamat saya saja sudah sangat salah dan menganggu, apalagi sampai orang lain yang tau!"
"Sudah cukup untuk bersembunyinya, Al! Itu tidak akan pernah berhasil dan semakin sia-sia."
Lalu Algieba dengan cepat keluar dari ruangan ayahnya dan menutup pintu dengan keras, sampai beberapa orang di luar terkejut.
BRAK!
Kenapa semua orang suka ngelakuin sesuatu diluar batas?
Algieba benar-benar dibuat kesal hari ini. Pertama karena ayahnya dan yang kedua, karena wanita itu ia datang lagi dan menemui Algieba saat Algieba benar-benar tidak ingin melihatnya.
~~~
Hari ini Aurora memutuskan untuk berjalan-jalan keliling Jakarta. Ia menikmati me timenya itu dan juga memutuskan untuk menggunakan transportasi MRT.
Aaron yang awalnya terkejut karena Adiknya berkata jika ingin pergi sendiri menggunkaan MRT, langsung di izinkan. Ya, hitung-hitung mengajarkan Aurora agar hidup sederhana, meskipun Adiknya sudah menerapkan dikehidupan sehari-hari.
Aurora berjalan dengan kebingungan. Bagaimana tidak? Ini adalah kali pertamanya ia menaiki MRT sendiri.
"Okey semangat! Ara pasti bisa!" ucap Aurora memberikan semangat pada dirinya sendiri.
Kring
Kring
Kring
Disela kebingungan dan kekacauannya tiba-tiba Aurora mendapatkan telepon. Dengan segera ia mengangkat tanpa melihat siapa yang menelponnya.
"Hallo?" ucap Aurora dari teleponnya.
"Aduh siapa sih!?"
ucap Aurora sambil melihat layar handphone.ASTAGFIRULLAH.
"..."
"Benar bapak!"
"..."
"Baik Bapak! Saya akan segera kesana."
"..."
"Baik Bapak, terimakasih."
Tut! Tut! Tut!
"Kenapa sih disaat gue pengen me time, ada aja yang ganggu." ucap Aurora kesal.
Setelah tiba di tempat itu, ia bergegas dengan tergesa-gesa sampai menabrak beberapa orang yang berjalan.
"Maaf Ibu."
"Awww!"
"Maaf Pak, saya buru-buru."
"Aduh dimana sih tempatnya?" tanya Aurora kebingungan mencari kesana-kemari.
Tanpa pikir panjang Aurora langsung bertanya kepada salah satu pegawai yang ada disana.
"Permisi. Ruangan D16 dimana ya?"
"Oh ruangan audisi?" tanya pegawai itu lagi.
"Iya Ibu benar!"
"Ada di lantai 16."
"Baik terimakasih banyak."
Kalian pasti bertanya-tanya audisi apa yang sedang diikuti oleh Aurora? Beberapa pekan lalu ia mengirimkan novel untuk dilombakan dan ia sudah lolos ditahap selanjutnya. Benar-benar wanita dengan penuh talenta.
Tok! Tok! Tok!
"Permisi."
"Silahkan masuk!"
"Perkenalkan, saya Aurora Ameera Afhseen."
"Oh kamu yang menulis novel berjudul Larut itu kan?"
"Iya Bapak benar!"
"Saya sangat suka karya kamu." jawab pria itu lantang.
"Terimakasih Bapak." ucap Aurora tersenyum.
Betapa beruntungnya Aurora karena saat ini ia langsung berhadapan dengan pemilik dari Oliviamedia, apalagi ia dipuji dan karyanya disukai.
Ada untungnya juga gue jarang tidur.
~~~