Beberapa jam ia memarkirkan mobil di pinggir jalan, mencoba merenungi dan mengingat kembali serentet kisah yang baru saja ia alami. Pertemuannya dengan Laras, perhatian yang ia terima, ketika Laras menolaknya, meninggalkannya dan yang terkahir ia melihat Laras begitu nyaman dalam pelukan lelaki lain.
Ia tersenyum remeh, segitu bodohkah dirinya. Mengapa ia bisa beranggapan selama ini Laras juga memiliki perasaan yang sama dengannya hanya karena Laras sering memberi perhatian dari hal-hal kecil.
Sesaat ia menumpukan kepalanya ke setir mobil. Pikiran dan perasaannya tidak lagi sejalan, ia bingung harus mengikuti yang mana. Perasaannya tetap memilih untuk bertahan ke Laras sedangkan pikirannya terus saja membuat perasaannya sakit dengan mengingat kejadian beberapa jam yang lalu.
Sekuat mungkin ia mencoba memejamkan matanya berusaha tertidur, namun tetap saja tidak bisa. Semakin ia memejamkan mata, bayangan Laras ketika bersama lelaki itu semakin nyata terlihat di depannya. Ia menggeleng, menolak semuanya. Tidak seharusnya ia mengingat sesuatu yang malah akan membuatnya sakit sendiri.
Ditengah kegusarannya, ia tersadar saat mengingat ponselnya yang tadi ia lemparkan ke belakang. Dengan cepat ia mencarinya dan kaget melihat beberapa panggilan tidak terjawab dari Selfi. Ada apa Selfi menelepon sampai 12 kali panggilan. Pikirnya. Namun ada yang lebih membuatnya kaget, saat ia menemukan makanan yang dibelikan untuk Laras. Ia tertegun, seketika ingatannya mundur beberapa jam yang lalu
"Kok belum makan?" Tanyanya
"Tadi ga sempat, soalnya selesai gladi keburu magrib" jelas Laras
"Ya sudah, nanti kakak pesenin makanan.. kamu mau makan apa?"
"Nasi goreng aja.." jawab Laras bersemangat "eh tapi kan, kakak lagi ada jadwal main katanya. Dede makannya kapan dong?" Lanjut Laras seperti merengek di seberang telepon sana
"Udah tenang aja, kakak punya banyak bodyguard kalau luma lupa" kekeh Arles, padahal ia memang tidak ikut bermain hari ini. Ia sengaja ingin membuat kejutan ke Laras dengan kedatangannya yang tiba-tiba di studio
"Awas aja ya, kalau kakak sampai lupa. Pokoknya aku ga akan makan sebelum nasi goreng dari kakak datang"
"Iya iyaa.. kakak pastiin nasi gorengnya 20 menit lagi nyampe kok.."
"Oke.. Laras tunggu ya. Laras mau lanjut dulu"
Jantungnya seketika berdetak lebih cepat dari biasanya. Melihat jam dipergelangan tangannya, jarum sudah menunjuk ke angka 4 subuh. Bagaimana jika Laras belum makan? Tapi rasanya itu tidak mungkin, dia sudah pasti makan bersama dengan lelaki itu.
Tapi, rasa khawatirnya masih lebih besar. Ia ingin memastikannya sendiri dengan menelepon nomor Laras, dan ternyata masih belum aktif. Mungkin ia diantar pulang oleh lelaki itu. Mengapa ia harus memikirkan orang yang bahkan tidak peduli dengannya. Ah, tidak. Laras peduli, sangat peduli dengannya. Itulah alasan mengapa ia begitu cepat dibuat jatuh hati.
Sebentar lagi masuk waktu subuh, ia memilih untuk segera pulang beristirahat. Yang seharusnya sudah ia lakukan sedari tadi. Iya, harusnya ia langsung pulang saja ketika melihat Laras ternyata ada bersama lelaki lain. Dan satu hal yang harusnya ia lakukan juga, yaitu mengabari yang lain agar mereka tidak lagi dibuat pusing mencari Laras.
"Iya, wa'alaikumsalam Pi.." Arles menjawab salam Selfi dari seberang telepon sana
"Kak Arles di mana?"
"Aku sudah di jalan pulang.. oh iya, kamu sudah ketemu Laras?" Jawabnya
"Belum, ini masih sementara nyari"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Takdir
Teen FictionTakdir memang selalu begitu, tidak dapat ditebak. Masih dan akan selalu menjadi rahasia. Mungkin kita sering mendapat kode sebelumnya. Hanya saja kita yang masih kurang paham akan hal itu. Bisa jadi, Allah sengaja mendatangkan padamu orang yang kura...