Penyesalan itu tidak akan pernah ditemukan hadir lebih dulu. Ia akan selalu muncul di akhir cerita, melengkapi penderitaan, rasa sakit dan sesaknya dada dengan potongan bayangan kisah yang telah dilalui.
"A' Iki.. Laras mohon a' jangan seperti ini ke Laras" lirih Laras memegang tangan Rifki yang membelakanginya
"Lepasin tangan aku, Laras" bentak Rifki menghempaskan tangannya hingga tangan Laras terlepas
Seketika Laras tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya dan terjengkang kebelakang bersamaan dengan sebuah mobil yang tiba-tiba membunyikan klakson panjang
"A' Ikiiii" pekik Laras dengan tangan yang terulur berharap Rifki segera menarik dan menolongnya
Namun sayang, semua sudah terlambat, mobil itu telah berlalu menyisakan Laras yang tergeletak bersimbah darah ditengah jalan dengan mata sayu yang menatap ke arah Rifki. Tangannya masih terus terulur berharap tangan Rifki meraihnya.
"La-Laras menhh-nyesal hhh" ucap Laras terbata-bata dengan mata yang mulai berkaca-kaca, ia sangat sulit berbicara dengan kondisi bibir yang terus mengeluarkan darah seperti itu, namun ia juga akan tetap berusaha menyelesaikan kalimatnya "pernah ke-kenal hh a' Ik- hhh Iki"
"Laras..!!" Teriak Rifki membuat Rafka -saudaranya- juga ikut tersentak kaget dan terbangun dari tidurnya.
Wajahnya basah dibanjiri keringat, sedang suhu tubuhnya dingin dan tidak panas sama sekali, nafasnya masih terengah dengan sesekali menelan salivanya."Kamu kenapa Ki?" Tanya Rafka
Tidak ada jawaban yang keluar dari bibirnya, ia hanya menggeleng sambil mengelap keringat yang masih terus bercucuran dari pelipisnya.
Mimpinya masih terus membayangi seolah itu adalah kejadian yang nyata ia alami. Apa iya itu sebagai pertanda bahwa Laras se-menyesal itu sampai harus terbawa sampai ke mimpi? Apakah perlakuannya ke Laras selama ini memang sudah melampaui batas? Jika iya, akankah ada kesempatan untuk memperbaiki semuanya? Kendati pun harus diulang dan kembali dari nol lagi.
"Ki..??" Ucap Rafka menyadarkan Rifki dari lamunannya "lo baik-baik aja kan?" Tanyanya
"Iya.. ehh Ka-" jeda Rifki, ia masih berpikir untuk mempertanyakan arti mimpinya barusan
"Apa?" Saat Rafka bertanya dan menunggu lanjutan kalimat Rifki. Rifki malah kembali diam dan termenung memandang dengan tatapan kosong ke depan. Sampai ia bosan menunggu dan "udah ah, tidur aja-" belum sempat kepala Rafka menyentuh bantal, tangan Rifki dengan cekatan menahannya
"Tunggu, Ka" tahan Rifki "Laras sangat menyesal" lanjutnya membuat Rafka terkekeh
"Lo kali yang nyesel" ledeknya dan kembali mengatur posisi tidur senyaman mungkin
Ucapan Rifki sama sekali tidak penting baginya yang sedang mengantuk berat. Ia hanya berpikir, mimpi Rifki barusan pasti tentang Laras yang meninggalkannya sehingga ia bisa menyimpulkan bahwa Laras akan menyesal. Alaaaah yang ada juga dia yang akan menyesal telah menyia-nyiakan perempuan sebaik Laras. Saat Laras pergi, ia baru sadar dan saat ia ingin kembali Laras malah semakin meninggalkannya. Yah, kira-kira seperti itu tebakan Rafka tentang mimpi Rifki barusan yang berhasil membuatnya terbangun.
Rafka hanya menghubungkan dengan kejadian tadi..
Setelah selesai melaksanakan sholat isya, Rifki dan Rafka sempat ke rumah Laras sesuai janji Rifki tempo hari. Tapi maksud kedatangannya sama sekali yang Laras tidak pernah duga dan harapkan."Maaf om, tante" jeda Rifki menatap ayah dan ibu Laras bergantian "maksud kedatangan Iki kesini, selain ingin meminta maaf, Iki juga bermaksud mengajak Laras balikan dan menjalin hubungan yang lebih serius" lanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Takdir
Teen FictionTakdir memang selalu begitu, tidak dapat ditebak. Masih dan akan selalu menjadi rahasia. Mungkin kita sering mendapat kode sebelumnya. Hanya saja kita yang masih kurang paham akan hal itu. Bisa jadi, Allah sengaja mendatangkan padamu orang yang kura...