Tidak bisa dipungkiri, Reza memang seorang mahasiswa yang cerdas. Karena dimana dan kapan pun, ia tidak mengenal tempat ketika ingin belajar. Walau ditempat ramai seperti sekarang.
"Baiklah, kita panggilkan peserta terakhir kita. Tentunya, peserta ini adalah peserta yang ditunggu-tunggu dari tadi. Gadis mungil yang bersuara emas, siapa lagi kalau bukan adik kita. Larasati" ucap pembawa acara diatas panggung sana.
Seketika seisi ruangan bertepuk tangan dengan riuh, mereka meneriakkan kata penyemangat untuk sang idola mereka. Kecuali Reza yang masih bingung, ia masih belum tahu siapa yang dimaksud oleh pembawa acara tadi. Mungkinkah anak kecil yang dilihatnya tadi?
Ia celingukan sebentar melihat kedepan sebelum matanya kembali fokus membaca buku yang masih terbuka dipangkuannya.
"Bismillah, nak. Tampilkan saja yang terbaik, bapak sudah sangat bangga padamu apapun hasilnya nanti" pesan bapak yang duduk disamping Reza, hanya dijawab anggukan oleh sang anak dengan semangat sebelum melangkah ke atas panggung didepan sana.
1 menit, 2 menit, 3 menit.. dan
Bunda..
Engkaulah muara kasih dan sayangSuara itu.. Berhasil membuat kepala Reza terangkat perlahan dan memandang lurus kedepan. Tersenyum dengan manis menikmati suara serta lagu yang dinyanyikan anak itu. Ini dia yang ditunggu-tunggu
Tangannya langsung merogoh kantong jaketnya, mengeluarkan hp untuk mengambil gambar penyanyi didepan sana.
Saat tengah menikmati lagu dangdut, Reza akan selalu memejamkan matanya. Begitulah kebiasaannya, meresapi setiap lirik yang diucapkan dengan begitu lembut dan mendayu.
'Ah anak ini begitu pintar memainkan rasanya' Reza membatin dengan mata tertutup
Tidak sadar, Reza langsung bertepuk tangan dengan semangat tanpa memperdulikan orang-orang yang disampingnya. Masa bodohlah dengan mereka, yang pasti ia sangat senang dan bangga sama anak didepan sana.
Anak itu masih berdiri disana, matanya berkaca-kaca memandang lurus kedepan. Pandangannya tertuju kepada bapak yang duduk belakang sana. Seolah mengatakan kepada semua orang yang ada didalam ruangan itu bahwa "dia adalah bapakku".
Melihat pandangan Laras, Reza pun ikut melihat lelaki yang duduk disampingnya. Sepertinya mata anak itu tertuju padanya.
"Wah wah waaah sungguh adik kita yang satu ini benar-benar bersuara emas yah?" Histeris pembawa acara yang sudah berdiri disamping Laras, juga di tambah dengan riuhnya tepuk tangan dari penonton
"Baiklah para penonton sekalian, kali ini kita ada informasi penting untuk kalian" jeda Irfan
"Hmm, apaan tuh a Irfan?" Tanya Ramzi seolah ia tidak tau "jangan buat penasaran yah, buruan deh bilangin ke penonton"
"Oke langsung aja kali yah?" Sengaja Irfan membuat penasaran
"Udah, bilangin sono. Lama amat lu" greget Ramzi
"Jadi-" ucap Irfan yang langsung dipotong oleh Gilang
"Lama.. aku aja yang ngomong" Ujar Gilang yang memotong ucapan Irfan "jadi bapak-bapak, ibu-ibu dan semua penonton yang ada diruangan ini. Besok malam kita akan kembali menemani malam anda" lanjut Gilang
"Haah besok malam?" Irfan dan Ramzi bertingkah kaget dan kegirangan
"Iya, besok malam" senyum Gilang sambil memicingkan matanya "sesuai dengan keputusan dewan juri, bahwa besok malam adalah malam terakhir. Maka kami pamit undur diri dengan mengucapkan terima kasih dan sampai jumpa besok malam" jelas Gilang sebelum meninggalkan panggung bersama kedua rekannya, Ramzi dan Irfan Hakim
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Takdir
Teen FictionTakdir memang selalu begitu, tidak dapat ditebak. Masih dan akan selalu menjadi rahasia. Mungkin kita sering mendapat kode sebelumnya. Hanya saja kita yang masih kurang paham akan hal itu. Bisa jadi, Allah sengaja mendatangkan padamu orang yang kura...