Kebahagiaan Beselimut Sedih

294 19 1
                                    

Secangkir kopi dan seporsi kentang goreng, baru saja diantarkan dan diletakkan di depannya oleh pelayan. Renacananya, ia akan bertemu seseorang di sini. Pada kesempatan kali ini, ia harus bisa mendapatkan kepasatian dari perasaannya. Pikirnya tersenyum menyeringai

Sesekali, ia melirik jam di pergelangan tangan. Menghitung sudah berapa lama ia dibuat menunggu tanpa kepastian seperti ini.

Sambil mengisi waktu untuk menunggu. Ia iseng membuka akun instagramnya. Mencari sesuatu yang mungkin bisa mengobati sedikit rasa bosannya. Dengan berani, ia mengetik nama Laras dan membuka akunnya. Namun, tiba-tiba matanya membulat ketika menemukan postingan Laras bersama Arles yang kelihatan begitu mesra. Keduanya begitu rapat, Laras yang berada dalam rangkulan Arles semakin membuatnya terlihat mungil.

Perasannya sedikit was was. Jangan-jangan Laras sudah menerima dan menjalani ta'aruf. Tapi tidak mungkin. Dengan cepat ia menepis pikirannya sendiri

Namun tetap saja kini rasa bosannya telah berganti dengan kegelisahan. Satu menit jadi berasa sangat lama.

"Laras jadi ga sih ke sini?" Gumamnya seraya meraih cangkir dan menyesap kopinya

"Tapi, gapapa sih. Demi Laras aku akan menunggu sampai kapan pun" ucapnya meletakkan kembali cangkirnya ke atas meja. "Yakin aja sih, itu cuma pemanis doang biar fans mereka ga kecewa hahaha"

Tak lama, ponsel ditangannya tiba-tiba berdering menampilkan nama seseorang di sana. Dengan cepat ia menjawab.

Sedangkan Laras baru saja berangkat dari rumahnya. Iya, Laras akan menemui Rafka. Tapi ia tidak sendiri, tentu bersama Arles.

Ya, yang menunggu di cafe tadi adalah Rafka. Lelaki yang sudah ia anggap seperti keluarga sendiri. Namun ia sempat tidak percaya ketika Rafka tiba-tiba mengajaknya berta'aruf saat itu. Ia pikir perasaan dan kasih sayang Rafka selama ini murni karena ia juga menganggap Laras sebagai keluarga. Ternyata, ia salah selama ini.

Mengingat hal itu, sebenarnya Laras sudah tidak ingin lagi menemuinya dengan alasan apa pun. Ini saja, hanya bujukan dari Arles yang hampir gagal andai ia tidak menasihati Laras dengan alasan silaturahmi.

Mobil sport kuning itu melaju di tengah jalanan ramai kota Jakarta. Menuju ke sebuah cafe tempat mereka janjian. Oh bukan mereka, lebih tepatnya Laras dan Arles hanya sekedar mengantar sekaligus menemani.

Tidak butuh waktu lama, kini mereka mobil mereka sudah berjejer di parkiran. Telat lebih dari 30 menit dari waktu yang telah disepakati membuat Laras merasa sedikit tidak enak pada Rafka. Ia memikirkan bagaimana nanti tanggapan Rafka, apa dia akan marah? Atau jangan-jangan dia sudah pulang.

"Kakak.. kok Laras jadi tegang ya?" Ungkap Laras membagi kegelisahannya

"Tegang kenapa? Hm?" Arles tersenyum mencoba menenangkan dengan merangkul Laras

"Kira-kira a' Rafka mau ngomong apa ya? Kok penting banget?" Pertanyaan itu sebenarnya bukan ditujukan untuk Arles, melainkan ke dirinya sendiri

"Mungkin mau minta kamu buat ngundang dia di acara kita" jawab Arles asal

Mereka terus berjalan sambil mencari keberadaan Rafka di dalam sana. Entah ia menunggu di meja nomor berapa. Laras sudah mencoba menghubungi tapi nomor yang ditujunya sedang sibuk.

Rahasia TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang