Tangan mungil dengan jari jemari yang lentik itu terlalu asyik memilin-milin ujung jilbabnya. Terlihat jelas dari raut wajahnya, ia sedang gelisah memikirkan sesuatu.
Matanya menatap lurus kedepan, melihat orang-orang yang sudah ramai berjalan di koridor. Ia masih ragu melangkah kesana, sedikit kaku dengan tampilan yang sekarang.
Ia masih merasa aneh dengan dirinya sendiri, masih tidak percaya dengan keputusannya untuk menutup aurat.
Padahal kemarin, ia masih memakai pakaian yang terbuka dan hari ini ia ingin mulai berubah pelan-pelan seiring berjalannya waktu. 'Bismillah semoga istiqomah, Aamiin' batinnya"Loh, de? Kamu kenapa?" Tanya Rifki yang baru datang
"Eh.. ng-nggak kok. Nggak kenapa-napa" jawab perempuan yang bernama Larasati itu dengan senyum tertahan
"Cieee yang berubah tampilan" goda Rifki memegang pundak Larasati sambil memutar badannya ke kiri dan kekanan
Ia sudah menduga sebelumnya, teman-teman bahkan orang yang berstatus sebagai pacarnya yang satu ini akan menggodanya.
"Kamu sudah sarapan?" Tanya Rifki
"Alhamdulillah, sudah"
Rifki sedikit menggeleng melihat Larasati, matanya seolah tidak mau berpaling memandang keindahan didepannya itu. Sungguh, ia dibuat kagum dengan tampilannya yang seperti ini. Tapi, ia merasa bukan hanya tampilan perempuan ini yang berubah. Ada sesuatu yang menjanggal dipikirannya, entah apa itu namun ia berusaha untuk tidak peduli dan tidak mau memikirkannya. Mungkin hanya perasaannya saja.
Reza yang baru keluar dari mobilnya, pun dibuat tercengang melihat pemandangan indah didepannya hari ini.
"Maasya Allah, de?" Puji Reza, tidak tau lagi harus berkata apa untuk mengungkapkan kekagumannya
Ia malah menggeleng menatap Larasati tanpa berkedip, sama seperti Rifki. Tidak ingin berpaling dari pemandangan indah yang menenangkan hati bagi siapa saja yang melihatnya.
"Sa aee bapak ini" ucap Laras menyadarkan mereka "nggak boleh loh mandangnya kayak gitu"
"Astagfirullah" Sadar Reza langsung mengusap wajahnya "maaf de, kau terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja" ujarnya menggoda ke arah Rifki
"Aaaaaaah masa?" Ledek Laras sambil mengedipkan matanya berkali-kali.
Ahh ternyata dia belum sekalem yang dipikirkan Reza dan Rifki. Tapi tak mengapa, mereka juga tau kalau Laras baru belajar dan memulai untuk berubah.
Tampilan memang boleh berubah dalam sekejap, tapi tidak dengan sifatnya yang centil dan cerewet. Karena ia memang dikenal ramah dengan sifat centil dan cerewetnya itu. Dari awal, itulah ciri khas seorang Larasati. Dan itu hanya diketahui oleh orang-orang yang memang sudah mengenalnya dengan baik. Lain dengan orang-orang yang hanya biasa menyaksikannya saat sedang bernyanyi diatas panggung.
Laras yang terkesan kalem dan anggun dengan balutan gaunnya diatas sana, sangat berbeda ketika ia tengah bernyanyi dan saat ia hanya ngobrol biasa. Entah itu sama teman-teman yang seumuran dengannya atau bahkan dengan para artis senior. Suara cempreng dan gaya bicaranya akan tetap sama, cerewet dan centil namun tetap sopan. Dan dengan begitu, semua orang paham dengan keramahan dan sifat lemah lembutnya.
Dibuat gemas melihat tingkah Laras yang seperti itu, Reza dan Rifki malah kompak mencubit pipi kiri dan kanan Laras sebelum berlari menjauh sambil tertawa. Padahal Laras tidak mengejarnya sama sekali, hanya menghentakkan kakinya dengan bibir manyun dan berpura-pura marah.
"Ayo de, ntar telat loh masuk kelasnya" teriak Reza yang menunggu tidak jauh didepannya
Sambil tersenyum, ia mulai melangkah menyusul Reza dan Rifki didepan sana. Ia sangat bersyukur, ternyata perubahannya hari ini tidak membuat teman-temannya berubah sedikit pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Takdir
Teen FictionTakdir memang selalu begitu, tidak dapat ditebak. Masih dan akan selalu menjadi rahasia. Mungkin kita sering mendapat kode sebelumnya. Hanya saja kita yang masih kurang paham akan hal itu. Bisa jadi, Allah sengaja mendatangkan padamu orang yang kura...