Egois |1|

432 31 7
                                    

Meski berapa kali dibuat menangis, perempuan ini tetap saja terlihat baik-baik saja. Meski sorot matanya kadang menyampaikan sesuatu yang berbeda namun, senyumnya tak akan pernah pudar apalagi menghilang dari bibirnya.

Hari ini sudah hampir satu tahun setelah kejadian hari itu, dimana Rifki tiba-tiba marah ke Laras tanpa sebab. Tiba-tiba menjadi orang asing yang Laras tidak kenal. Entah apa yang membuatnya seperti itu, tak ada yang tau selain Tuhan dan dirinya sendiri.

Laras sudah sempat melupakan itu semua dan juga hubungannya kembali membaik seperti sebelumnya. Namun, hari ini tanpa disengaja Laras mendengar dengan telinganya sendiri apa yang baru saja diucapkan Rifki kepada saudaranya.

"Ras?" Sapa Alfi setengah berbisik di belakang Laras

Dengan cepat Laras menoleh ke sumber suara yang baru saja mengagetkannya.

"Papa Alfi?" Laras memang manggilnya ke Alfi dengan sebutan papa.

Dari sejak awal bertemu dengan Alfi dan dipasangkan menjadi teman duet, Laras memang langsung memanggilnya dengan sebutan papa karena satu-satunya teman duet Laras baru dia yang sudah nikah dan alhamdulillah punya anak satu.

"Kamu ngapain dis-" tanya Alfi, tapi dengan cepat Laras memotong ucapan Alfi sambil menaruh telunjuknya didepan bibirnya sendiri, memberi kode untuk tidak berisik agar tidak terdengar sampai ke dalam

Takut ketahuan, terpaksa Laras menarik Alfi pergi menjauh dari ruangan yang didalamnya masih ada Rifki dan Rafka. Laras berharap semoga mereka belum sadar dengan kehadiran Laras didepan pintu tadi.

"Ada apa sih Ras?" Tanya Alfi sekali lagi

"Ga ada apa-apa" jawab Laras singkat

"Terus, tadi ngapain berdiri disitu seperti orang nguping?"

"Nguping? Tadi itu pas Laras keluar tiba-tiba perut Laras sakit, jadi Laras memilih diam sebentar" jeda Laras "Gitu papa Alfii" lanjutnya dengan intonasi ceria yang dibuat-buat mencoba meyakinkan Alfi.

"Sakit perut? Kamu baik-baik aja kan Ras?" Seketika Alfi berubah panik. Akhirnya Laras berhasil mengalihkan pikiran Alfi tentang dirinya. Tidak masalah membuatnya sedikit khawatir, setidaknya papa Alfi tidak akan bertanya dan berpikir macam-macam lagi.

"Alhamdulillah ini udah baikan kok" jeda Laras dan berpikir untuk segera pergi menjauh dari Alfi, sebelum ketahuan berbohong
"Eh Laras duluan yah papa Alfi, teh Yuli udah nungguin di parkiran soalnya" pamit Laras langsung pergi tanpa menunggu jawaban Alfi

Bukannya berbohong, ia hanya tidak mau menceritakan masalah pribadinya ke orang lain. Cukuplah ia berbagi kebahagiaan saja kepada orang-orang yang menyayanginya, orang-orang yang ada disekelilingnya, tidak dengan duka dan sedihnya.

"Oh i..ya Ras" jawab Alfi pelan sambil melambaikan tangan dengan canggung. Tanpa Laras dengar pastinya, karena orangnya sudah menjauh beberapa meter darinya didepan sana.

Melihat gerak gerik Laras tadi tentu saja Alfi tidak semudah itu percaya kepadanya. Bukan hanya Reza. Alfi, Rara, Selfi, Aulia dan teman-teman yang dekat dengan Laras pun sudah sangat tau tentangnya. Bagaimana pintarnya ia menyembunyikan sesuatu dan memilih untuk memendamnya sendiri.

Alfi hanya menggeleng melihat Laras yang semakin jauh didepan sana. Lagi-lagi, ia dibuat kagum sama temannya yang satu ini. Mungkin, jika dia belum berkeluarga dia pun akan jatuh cinta pada gadis itu. Tapi belum tentu juga, bisa jadi dia pun sama seperti Reza, murni hanya menganggapnya seperti adik perempuannya.

"Ya, wa'alaikumsalam" jawab Alfi saat menerima telepon dari istrinya

"..."

"Iya sayang, ini masih ditempat rekaman. Tapi sudah mau pulang juga ini. Ada yang mau dititip kah?" Tanyanya pada sang istri

Rahasia TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang