'mungkin, kalau kita habis nikah dia bakal ngurangin waktunya didunia seni dan bisa lebih fokus ngurusin aku'
Ucapan Rifki masih terus terngiang ditelinga Laras. Sungguh, ia tidak pernah menyangka jika Rifki akan berpikir seperti itu. Hanya demi agar Laras mengurangi waktunya dalam dunia seni dan fokus kepadanya.
Sementara melipat mukena yang habis ia pakai, semampunya Laras tersenyum sebelum keluar menemui Yuli, Alfi dan istrinya yang sudah menunggu di ruang tamu.
"Lo kenapa lagi Ki?" Tanya Rafka menepuk pundak saudaranya yang terlihat gelisah.
"Aku bingung Ka, aku ga tau harus ngomong bagaimana ke Laras" Jawab Rifki membelakangi saudaranya menatap keluar jendela
Sedang Laras yang baru saja tiba didepan pintu terpaksa memilih untuk menghentikan langkahnya ketika mendengar namanya disebut. Bukan maksud ingin menguping pembicaraan Rifki dan Rafka didalam sana, hanya saja Laras tidak ingin mengganggu mereka. Tapi dengan rasa penasaran yang semakin menjadi, Laras juga tak memilih pergi. Ia hanya menunggu diluar sampai pembicaraan dua bersaudara itu selesai baru ia akan masuk.
"Memang kenapa? Kalau saran aku sih, mending lo biarin aja lagian ga mungkin juga Laras mau macam-macam, kan?!" Saran Rafka
"Iya, tapi aku ga suka kalau Laras selalu menomor duakan aku" ucap Rifki mengacak rambutnya "Dia ga pernah ngerti dengan aku Ka, ga pernah" curhatnya
"Terus lo mau apa sekarang?" Tanya Rafka
"Aku mau ngajak dia nikah" jawab Rifki mantap "mungkin, kalau kita habis nikah dia bakal ngurangin waktunya didunia seni dan bisa lebih fokus ngurusin aku" imbuhnya membuat Rafka tercengang tidak percaya dengan yang diucapkan Rifki berusan
Bukan hanya Rafka, Laras yang berada diluar pun ternyata dapat mendengar dengan jelas ucapan Rifki bersama saudaranya didalam sana. Dan sama seperti Rafka, ia pun tidak percaya Rifki bisa berpikir seperti itu. Ia berniat menikahi Laras hanya karena ingin membatasi nantinya. Laras sampai menggeleng sambil membekap mulutnya sendiri demi menahan agar suaranya tidak sampai terdengar.
Disinilah Alfi datang menghampiri Laras. Bukan. Sebenarnya Alfi sudah berada dibelakang Laras daritadi, ikut mendengar apa yang diucapkan dua bersaudara itu didalam ruangan.
"Sebenarnya, aku sudah berada dibelakang Laras saat itu" ungkap Alfi ke Yuli saat selesai menceritakan semua yang didengarnya tadi "tapi saat aku tanya ke dia, dia malah beralasan sakit perut padahal aku hanya berpura-pura tidak tahu, dan menguji kejujurannya"
"Laras memang begitu orangnya ka Alfi, dia tipe orang yang ga gampang curhat sama orang lain. Aku aja yang udah deket banget jarang diberitahu"
Mendengar ucapan Yuli, Alfi hanya bisa menggeleng membayangkan sosok Laras. Salut dengan ketegarannya, perasaannya entah bagaimana ia mengolahnya sampai bisa menjadi sangat tahan seperti itu.
"Aku jadi tidak mengerti dengan jalan pikiran Rifki" ucap Alfi yang diangguki oleh istrinya. Sepertinya mereka sepemikiran tentang hubungan Rifki dan Laras sekarang.
"Rifki ini bener-bener yah" geram Yuli namun ia segera mengalihkan pembahasan saat melihat Laras keluar dari mushallah keluarga Alfi
"Eh sudah selesai de?" Tanyanya"Iya teh" jawab Laras sambil merapihkan jilbabnya
"Papa Alfi, ka Tya kami langsung pamit yah. Makasih udah ngundang kami kesini" Yuli hanya mengangguk mengiyakan ucapan LarasSebelum melangkah keluar dari pintu, Yuli berbalik menatap Alfi dan istrinya. Seperti masih ragu dan ingin menyampaikan sesuatu sebelum benar-benar pergi. Karena ia tahu, tujuan mereka setelah keluar dari rumah ini pasti bertemu Rifki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Takdir
Teen FictionTakdir memang selalu begitu, tidak dapat ditebak. Masih dan akan selalu menjadi rahasia. Mungkin kita sering mendapat kode sebelumnya. Hanya saja kita yang masih kurang paham akan hal itu. Bisa jadi, Allah sengaja mendatangkan padamu orang yang kura...