Melupakan itu tidak mudah. Karena melupakan, berarti ada yang sesuatu yang harus ditinggalkan. Pikiran, kisah, kebiasaan, kebersamaan dan semua yang sempat terekam dalam hidup yang akhirnya menjadi kenangan.
Tetapi bukan itu, bukan tentang melupakan. Melainkan apa yang menyebabkan seseorang ingin melakukannya, padahal itu adalah sesuatu yang sulit. Sesuatu yang berat. Yah, apa sebab dari semua usaha untuk melupakan?
Sebelum menutup tirai jendela kamarnya, sekali lagi ia menatap lekat-lekat ke jalanan didepan sana yang terlihat sangat licin bekas hujan tadi sore. Pantulan lampu-lampu kendaaran berpadu dengan sisa air yang membuat aspal itu terlihat mengkilap. Juga ditambah dengan sinar bulan yang setengahnya masih berlindung dibalik atap gedung. Masih malu, mungkin ia akan menampakkan kesempurnaannya saat tengah malam nanti. Disaat sunyi mulai menyapa dan sebagian orang telah terlelap.
Tak terasa, air matanya jatuh membasahi pipinya. Namun, dengan cepat pula ia mengusapnya. Iya, dia menangis. Entah mengapa, rasanya ia sangat merindukan Rifki. Kekasih yang sudah ia putuskan beberapa pekan yang lalu.
Malam ini, rindu itu tiba-tiba saja datang membawa potongan kenangan yang masih tersisa. 'Aku harus apa?' Batinnya merintih, ia sungguh tersiksa rindu. Perasaan bersalah juga kembali menyapa pikirannya, mungkinkah ia akan meminta maaf dan kembali ke Rifki? Padahal ia telah merasakan bagaimana hidupnya selama bersama lelaki seperti itu.
Tapi sepertinya, kenangan manis mereka mampu menggeser semua kenangan dan perlakuan buruk Rifki terhadapnya. Seketika ingatan tentang tentang Rifki kembali bermunculan dibenaknya.
Seperti saat Rifki menyelamatkannya ketika hampir terjatuh dari tangga rumah Salsa.
"Aww" pekik Laras yang hampir saja terjatuh dari tangga. Syukurnya, Rifki dengan cepat menangkap dan membawa Laras dalam pelukannya.
"Kamu ga papa, Ras?" Tanya Rifki khawatir
"Ga a'.. Laras ga papa" jawabnya
---
Dan ketika Laras bermanja saat mereka jalan-jalan berdua dipameran."A' Iki.." Panggil Laras "kesana yuk" ajaknya sambil menggandeng lengan Rifki.
"Duh, pacar siapa sih ini? manis banget sih senyumnya" goda Rifki
"Pacar siapa yah?" Laras balik menggoda dengan pura-pura bingung
Mereka lalu berjalan menuju stand paling ujung dengan Laras yang masih bergelayut manja di lengannya
---
Juga saat Laras jatuh sakit akibat kelelahan. Rifki yang setia menemani padahal yang sebenarnya, ia pun lelah."Cepat sembuh yah, sayang" ucap Rifki mengusap lembut kepala Laras
Laras hanya mengangguk sebagai jawaban. Sungguh perhatian yang diberikan Rifki untuk Laras memang sudah lebih dari cukup sebagai seorang kekasih. 'Aku bahagia punya kamu Rifki' batin Laras menatap lekat-lekat wajah Rifki yang terlihat kelelahan.
Semua kenangan itu, belum mampu Laras lupakan. Ia masih butuh waktu entah berapa lama lagi.
Malam semakin larut dan bulan diatas sana pun terlihat bulat sempurna dengan cahaya putihnya yang bersinar begitu terang. Purnama. Iya, itulah bulan purnama. Sebagaimana yang dimaksud dalam surah Al-Insyiqaq : 18
wal-qomari izattasaq
"(Dan dengan bulan apabila jadi purnama) bila bentuknya membulat dan sinarnya tampak penuh, yang demikian itu terjadi di malam-malam yang cerah tak berawan."
Bulan yang cantik dengan bentuk yang sempurna dan cahayanya seakan membawa ketenangan. Sambil memejamkan mata, Laras menyanyikan lagunya dengan lirih seolah menggambarkan pedihnya hatinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Takdir
Teen FictionTakdir memang selalu begitu, tidak dapat ditebak. Masih dan akan selalu menjadi rahasia. Mungkin kita sering mendapat kode sebelumnya. Hanya saja kita yang masih kurang paham akan hal itu. Bisa jadi, Allah sengaja mendatangkan padamu orang yang kura...