"Mulai hari ini, dia yang akan mengisi kelas mu seminggu ke depan. Aku ada urusan di ibu kota."
Ini sudah seminggu berlalu dan Aileen mati-matian menahan semua aktivitas nya yang berhubungan dengan sihir. Pada akhirnya dia mendapatkan profesor baru, pengganti si maniak sihir. Pria bersurai hitam yang sama seperti nya ternyata adalah teman lama Marvin.
Sekarang sudah sore dan kami sudah di lapangan pelatihan yang biasanya Marvin dan dirinya lakukan. Kami hanya saling diam. Bahkan Aileen dapat mendengar belalang berbunyi. Ini menyebalkan.
"Profesor?" Panggil Aileen yang pertama mengeluarkan suara.
"Arion, Kau bisa panggil aku Arion." Jawab lelaki bersurai hitam legam itu.
"Jadi, em, profesor kita hari mau melakukan apa?" Tanya Aileen yang sedikit gugup dan masih dengan suasana canggung.
"Kau bisanya berlatih apa dengan si ma--, maksud ku dengan profesor Marvin?" Tanya Arion yang bahkan tidak menatap Aileen. Arion terlihat tidak menjanjikan atau lebih tepat nya dia tidak cocok sama sekali menjadi guru.
"Aku bermain dan melakukan permurnian inti mana sihir."
"Apa yang kau mainkan?" Tanya Arion yang akhirnya melihat Aileen.
"Hehe, kami bermain siapa yang paling cepat tidur dia pemenang nya." Jawab Aileen penuh percaya diri.
"Benarkah? Wah kelas mu dengan nya sangat enak ya. Dulu dia malah menyuruh ku menimba air dari sungai dan latihan berpedang. Aku iri dengan kelas mu Aileen."
Aileen dapat melihat kecemburuannya yang ternyata dia juga pernah menjadi murid si maniak sihir itu.
"Anda juga dulu murid profesor Marvin?" Tanya Aileen tidak percaya.
"Ya itu dulu. Aku masih ingat seberapa keras kakek tua itu melatih ku yang malah membuatku lebih mahir bermain pedang dari pada sihir." Tutur Arion menyilangkan kedua tangan di depan dada.
Aileen mendengar penjelasan Arion. Mungkin dia tidak cocok menjadi seorang guru, tapi sebagai seseorang yang pandai bergaul Aileen yakin dia juaranya.
Kami menghabiskan sore hari ini dengan banyak bercerita. Saling terbuka untuk memulai kelas esok yang lebih menyenangkan.
"Aileen!" Seru Lunar dan Elios tiba melompat dan meminta pangkuan. Arion yang melihat tersenyum dan mengelus puncak kepala Lunar yang suka berada di pundak nya.
"Mungkin hari ini kita sudahi dulu. Sampai jumpa kelas besok Nona. Aku tidak sabar." Ujar Arion yang malah membuat Lunar meminta elusan lagi. Tidak seperti biasanya.
"Luu, profesor juga sibuk." Cicit Aileen menarik Lunar, tapi kucing itu malah loncat dan meminta gendongan ke Arion.
"Kucing nakal." Bisik Aileen menatap Lunar.
"Tidak apa Aileen, aku tidak ada pekerjaan setelah ini. Kita masih bisa mengobrol lebih lama lagi."
Benarkah? Itu lebih baik dari pada dia harus kembali ke asrama.
Lunar dan Elios seperti selalu menempel ke Arion. Apa dia memiliki aura memikat untuk familiar? Biasanya Lunar dan Elios tidak akan seramah ini kepada seseorang. Bahkan ke Nicholas saja Lunar dan Elios masih tidak menyukainya.
"Si maniak sihir itu pasti bersenang senang di ibu kota." Gumam Aileen yang teringat dengan Marvin. Dapat dia bayangkan seberapa dia bergembira di kelilingin oleh para gadis muda.
"Maniak sihir?"
"Ah, jangan beri tau profesor Marvin ya. Ku mohon. Aku sering memanggil maniak sihir." Ucap Aileen tanpa sadar dan segera meminta Arion tutup mulut.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARAH KAISAR I & II [SELESAI]
Фэнтези"Apa ini karma bolos daring?" Gadis yang masih di bangku sekolah ini mati. Siapa yang menduga jika dia masuk ke dalam dunia novel yang sangat kakak nya gemari. War Empire Novel yang sangat di bucin kan kakak nya itu malah dia yang masuk ke dalam nov...