Apa yang harus dia lakukan adalah segera bangun dari mimpi yang absurd ini dan memberi makan kucing gemoy nya itu. Bukannya terjebak dengan mimpi yang malah memberi pakan kuda dan membersihkan kandang kuda.
"Aileen! Aileen ambil ember itu dan siram kebun!"
"Aileen ambil cangkul di gudang!"
"Aileen! Aileen!"
"Cukup! Aku capek!" Batin nya beristirahat di belakang kandang kuda dengan cangkul yang dia sandaran di samping nya.
"Siapa juga yang ingin jadi Aileen?! Bukannya itu keinginan kakak ku yang sudah beda level kewarasan denganku." Membanting topi jerami yang dia pakai sendari tadi.
"Aku ingat jika aku sadar ini mimpi, bukankah mimpi ini akan segera tamat. Tapi kenapa ini malah membuatku lapar!" Teriak nya yang sudah tidak berenergi lagi dengan tugas menggunung yang tak pernah dia lakukan seumur hidup.
"Aileen disini kau rupanya." Ucap pria paruh baya yang sudah menyuruh nya kesana kemari dan mencambuk nya tadi pagi.
Dia melangkah mendekat dengan sesuatu yang pria itu sembunyikan di belakang tubuhnya. Dia ancang-ancang mundur dan menggenggam segenggam tanah yang hendak dia lemparkan kepadanya jika pria itu macam-macam lagi padanya.
Tangan yang terlihat besar dan kasar itu mencoba meraih nya dan segera dia hendak melempar segenggam tanah itu dan melarikan diri.
"Berikan tanganmu. Maafkan paman tadi ya." Seketika luka merah cambukan tadi memudar dengan seiring sebuah cahaya hijau yang tidak terlalu silau menyinari tangannya.
Dia hanya bisa tercengang dengan apa yang baru pertama kali dia lihat. Dia menyembuhkan semua luka cambukan itu dan menyisakan beberapa luka yang memudar tapi masih ada bekasnya.
"Kau ini, bagaimana bisa tidak ikut upacara tadi pagi, huh! Apa kau lupa jika tidak ikut upacara pagi akan dicambuk sebagai tidak memberi hormat kepada sang matahari. Astaga Aileen, paman terlalu kasar kepadamu. Maafkan paman ya, jika tidak kau tau kan para kesatria akan memberi hukam lebih berat dari ini."
"Paman." Panggil nya tersenyum. "Siapa nama paman ya Aileen lupa, hehe."
"Kau ini tidak tau diri. Apa kau lupa siapa yang merawatmu sejak bayi, itu aku, Carlos."
"Paman Carlos yang baik hati, kapan mimpi ini akan berakhir ya. Aileen harus daring dan ujian susulan hari ini." Ucap nya memberikan senyuman dengan terpaksa dengan letih nya perlahan hilang. Sesekali mengedipkan mata beberapa kali dengan wajah memelas.
"Daring? Ujian susulan? Apa kau habis bermimpi? Tidak ada yang seperti itu di dunia ini." Ucap nya yang keheranan mendengar ucapan Aileen.
"Jangan bohong paman Carlos. Apa aku harus membunuhmu agar aku segera terbangun dari mimpi sialan ini, hm?" Mengedipkan mata beberapa kali. Sedangkan paman Carlos yang mendengarnya sontak terkejut mendengar kata membunuh terucap dari mulut Aileen sendiri.
Dia yang sadar dengan keterkejutkan paman Carlos segera berhenti tersenyum. "Aku bercanda paman. Kenapa wajahmu begitu serius."
"Ini, paman ada sedikit uang. Kau bisa membeli gaun ke pasar untuk persiapan minggu depanmu." Menarik tangan nya dan memberikan beberapa koin berwarna silver mengkilap.
"Memang minggu depan ada apa? Bukan kah sebentar lagi aku akan segera terbangun." Gumam nya pelan diakhir kalimat.
"Hah! Apa kalau lupa minggu depan akan ada ujian dan tes sihir. Ini pertama kalinya desa kita termasuk. Bukan kah kau sangat bersemangat dengan ujian itu." Ucap paman Carlos yang tidak menyangka jika Aileen akan melupakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARAH KAISAR I & II [SELESAI]
Fantasi"Apa ini karma bolos daring?" Gadis yang masih di bangku sekolah ini mati. Siapa yang menduga jika dia masuk ke dalam dunia novel yang sangat kakak nya gemari. War Empire Novel yang sangat di bucin kan kakak nya itu malah dia yang masuk ke dalam nov...