Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
Dua orang anak remaja yang duduk bersebelahan di dalam mobil itu larut dalam pikiran mereka masing-masing, padahal duduk berdekatan tapi tak saling bicara. Masing-masing sibuk menolehkan kepala menghadap kaca mobil. Memperhatikan kendaraan lain yang berlalu-lalang namun dengan pikiran yang kosong.
Si gadis berkali-kali mengembuskan napas, entah apa maksud dan tujuannya yang pasti itu berhasil menarik perhatian si laki-laki.
“Kalau lo mau ngutuk gue, bilang aja. Jangan ditahan, gue tahu gue salah.”
Gadis itu menoleh ketika laki-laki di sampingnya itu bersuara. Ia menyunggingkan senyum kecil dan kembali menatap kaca mobil sambil menyandarkan kepalanya.
“Walaupun gue ngutuk lo, keadaan nggak akan berubah. Gue males buang-buang energi dan ngebuat dosa karena berkata kasar.”
Laki-laki itu tersenyum sinis. “Sejak kapan lo mikirin dosa?” sarkasnya.
Mobil sedan berwarna hitam itu berhenti di depan sebuah rumah minimalis dengan warna ungu pastel, menyudahi perdebatan itu. Rumah bergaya modern dengan kaca sebagai tembok bagian depan. Kemudian pada halaman depan rumah terdapat bangku dan juga sebatang pohon. Sangat cocok jika ingin menikmati embusan angin sore. Kedua anak itu turun seraya mengeluarkan koper masing-masing dibantu oleh Pak Yuda yang sering mereka panggil dengan sebutan Om Yuda.
“Papa beli rumah ini buat kita?” tanya Ares seraya membuka gerbang berwarna cokelat keemasan itu. Ia menggeret koper hitamnya dengan kedua tangan.
“Iya, khusus untuk kalian. Karena Jef sayang sama kalian.”
“Kalo sayang ya nggak mungkin ngusir kita.” Shasa menyahut dari arah belakang, ia berjalan santai sambil menenteng tas ranselnya karena koper warna hijau toska kesayangannya sudah digeret oleh Om Yuda.
Ares tertawa. Ia pun bingung, apakah ini bisa disebut sebagai kasih sayang. Walaupun pada kenyataannya Jef sangat menyayangi mereka, tapi tetap saja Shasa merasa ini adalah pengusiran. Bagi Shasa ini tidak adil, yang salah itu Ares tapi yang kena imbasnya juga ia.
“Itu juga karena salah kalian sendiri.” Yuda menukas tajam, tangannya dengan lihai memencet password pintu rumah. “Passwordnya 0311.”
Shasa memutar bola mata malas, begitupun Ares. Mereka melangkah masuk dan menelisik setiap sudut rumah. Semua berwarna ungu pastel, bahkan dapur yang identik dengan warna putih pun berwarna ungu pastel. Semua perabot juga berwarna ungu pastel, hingga sofa ruang tengah juga berwarna senada. Beruntunglah keramiknya berwarna putih, kalau sampai ungu pastel maka lebih baik mereka berdua tinggal di jalanan.
“Om, kenapa sekarang Om berubah nyebelin? Padahal dulu Om selalu ngebela kita kalo dimarahin Papa.” Shasa berseru, menyeret kopernya menuju kamar tanpa menunggu jawaban Yuda.
“Kalian udah dewasa, bukan anak-anak lagi jadi udah tahu mana yang bener dan mana yang salah. Kalian tahu apa yang dilarang sama papa kalian tapi kalian masih saja nekat ngelakuin.”
Sumpah demi apapun, Yuda benar-benar berubah menjengkelkan. Dulu, pria itu selalu membela mereka di saat Jef memarahi mereka, kesalahan apapun yang mereka lakukan maka Yuda adalah orang terdepan yang membela. Pria itu sudah bekerja bersama Jef sejak mereka masih bocah ingusan hingga kini saat mereka sudah beranjak dewasa. Bahkan Shasa dan Ares sudah menganggap Yuda papa kedua mereka.
Jika Jef sibuk maka Yuda selalu jadi wali mereka untuk datang ke sekolah saat ada undangan atau acara penting. Kalau bisa, Shasa dan Ares ingin diadopsi saja oleh Yuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR PAPA [JAEROSE ft. JAEMIN, KARINA✔️]
FanfictionDear Papa, Kita mau Mama baru. Regards with love: Shasa & Ares. ©dear2jae 2021.