DP • 08

4.4K 529 9
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Mereka saling tatap dalam diam. Hening sempat melanda beberapa saat ketika dua anak itu mencoba mencerna maksud dari kalimat Deon.

Baik, Shasa sudah mengerti maksud dari kalimat Deon. “Laporin aja apa yang Om liat hari ini soal kunjungan kita ke pemakaman mama. Aku penasaran gimana reaksi papa kalo tahu. Selama ini yang ada dipikiran papa adalah fakta bahwa kita benci sama mama karena mama udah pergi bahkan sebelum mama bisa melakukan semua tugasnya sebagai seorang mama. Tapi Om, asal Om tahu aja, kata benci dalam hati kita untuk mama nggak pernah ada. Sekalipun kita nggak pernah melihat gimana wujud asli mama.”

Shasa mengambil jeda pada kalimatnya dan meminum sisa granita miliknya kemudian melanjutkan. “Aku nggak tahu apa yang papa bilang sama Om tentang kita tapi jujur aja, kita ngelakuin semua ini demi papa. Maksudku, aku benci liat papa selalu sedih setiap saat. Papa selalu murung di kamar sendiri sambil ngeliat bingkai foto pernikahannya sama mama. Papa bilang sama kita kalo kita harus kuat tapi nyatanya papa nggak bisa mengaplikasikan ucapannya pada dirinya sendiri.”

Lagi-lagi, Shasa mengambil jeda sambil menghela napas. Deon masih diam mendengarkan keluh kesah Shasa, sesekali matanya melirik Ares yang lebih memilih memainkan ponselnya tapi dari ekspresi yang ditunjukkan oleh Ares ketika mendengar penuturan Shasa, Deon sadar bahwa anak laki-laki itu sebenarnya kesepian.

“Ares sengaja nakal dengan nyobain alkohol di pesta ulang tahun temannya. Ares sengaja sering bolos dan nggak ngerjain PR supaya papa dipanggil ke sekolah. Supaya papa bisa sadar kalo kita butuh seseorang untuk ngurus kita, kayak mama baru mungkin. Ok, bukan hanya kita sebenarnya tapi papa juga butuh orang yang akan ngurusin dia. Papa terlalu sibuk sama urusan kantor, entah itu karena bener-bener sibuk atau pura-pura sibuk, aku nggak tahu yang pasti papa nggak pernah ada waktu buat kita.”

Mereka kesepian. Itu kesimpulan Deon. Ia kembali mengingat laporan yang disampaikan oleh Farris tempo hari. Tentang Shasa dan Ares yang terlihat sedih ketika menatap satu keluarga yang duduk di seberang meja. Tatapan mata yang hangat namun sedih dalam satu waktu. Itulah point dari laporan Farris.

“Jadi Om, lapor aja sama papa yang sebenarnya.” Shasa menutup penuturan panjangnya dan langsung duduk membelakangi Deon dan Ares ketika matanya terasa panas.

Deon hanya mengangguk. “Bentar, kamu benar-benar nyoba alkohol?” Deon menuding Ares yang masih asik dengan ponselnya.

“Sedikit, Om.”

What the! Kamu belum cukup umur, Arsenio. What the hell are you doing?”

“Apa itu sebuah kesalahan yang fatal? Toh kalo aku udah cukup umur nanti aku bisa minum. Nyoba duluan nggak ada salahnya.”

Deon menyerah. Ia tidak mau lagi berdebat dengan anak itu. Yang ada tekanan darahnya akan naik nantinya.

Dari penuturan panjang Shasa, Deon hanya menyimpulkan satu hal yaitu kedua anak itu kesepian. Butuh seseorang yang akan mendengarkan cerita-cerita mereka, butuh sandaran ketika lelah dan butuh semangat untuk menjalani hari-hari.

Suasana di dalam mobil hening saat Deon mengantar mereka pulang. Baik Shasa maupun Ares sama-sama diam membuat suasana semakin awkward.

“Om punya foto mama kalian semasa muda, mau liat?”

“Aku udah bosan sama foto, Om. Maunya yang real.”

Oh hey Deon Mahendra, lebih baik tutup mulutmu. Tapi ya, Deon hanya mencoba mencairkan suasana tapi sepertinya anak-anak itu masih dalam suasana hati yang buruk.

DEAR PAPA [JAEROSE ft. JAEMIN, KARINA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang