Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
Sementara itu para trainee sudah heboh sendiri sejak Ares menampakkan batang hidungnya dalam ruangan ini. Berbisik-bisik tentang ketampanan Ares. Lia yang ada di tengah-tengah mereka hanya bisa diam, ia sempat terkejut ketika mendengar Ares memanggil Deon dengan sebutan om.
“Kamu mau ngapain?” Deon memekik tertahan ketika melihat Ares hendak membuka kancing bajunya.
“Ganti baju, emangnya apalagi?”
“Di sini?”
Sudut bibir Ares terangkat ketika menyadari tatapan Deon dan para staff padanya. “Maaf ya, kakak-kakak staff dan teman-teman yang ada di sana.” Ares melirik para trainee yang tengah menatapnya. “But, just enjoy the view.”
Ares membuka semua kancing bajunya dan melepas kemeja yang dikenakannya. Sontak semua pasang mata perempuan yang ada di ruangan langsung tertutup rapat ketika Ares membuka bajunya. Walaupun masih ada yang curi-curi pandang.
Tak butuh waktu lama bagi Ares untuk mengenakan baju yang dibawa oleh staff. Ares mengabaikan tatapan menusuk dari Deon, ia kemudian menyingkir ke samping saat Deon mulai berbicara memberi pengarahan.
Kedua mata Ares tak pernah lepas dari Lia. Sejak Deon mulai bicara hingga selesai, ia masih terus menatap Lia dalam diam. Gadis itu dibuat salah tingkah olehnya, Lia jadi tidak fokus mendengar pengarahan dari Deon.
Pertemuan selesai yang diakhiri oleh kata-kata semangat dari Deon untuk para calon artisnya. Satu persatu dari mereka keluar, menyisakan Deon dan Ares di ruangan itu.
“Cepet bilang, kamu mau apa?”
“Aku bosen sendiri di rumah. Papa pergi ke Surabaya, Shasa hang out sama temannya.”
“Kamu nggak punya teman?”
“Punya, tapi aku lagi nggak mau main sama mereka.” Ares sebenarnya tertarik dengan seonggok piano yang ada di pojok ruangan. Tapi bagaimana bisa ia memainkan benda itu saat Deon sedang memberi pengarahan tadi.
Ares mendekati piano itu kemudian duduk dan mulai meletakkan jari-jarinya di atas tuts. Suara alunan merdu River Flows in You memenuhi ruangan kedap suara itu. Jari-jari Ares dengan lihai memainkan piano, membuat Deon berjalan mendekat ke arahnya kemudian duduk di samping Ares.
“She likes this song, so much.”
“Siapa?”
“Your mom,” tangan yang menekan tuts-tuts itu seketika berhenti, bukan karena sudah selesai melainkan karena ucapan Deon. “Waktu hamil kamu, Oliv sering muterin lagu ini. Dia bilang, ini lagu favoritnya.”
Kini, tanda tanya yang sering muncul dipikiran Ares tentang mengapa ia sangat menyukai lagu ini terjawab sudah. Tapi Ares hanya mengulas senyum tipis dan melanjutkan permainannya. Dari sekian banyak alunan piano yang sering ia dengarkan seperti Nocturne, Op 9 dan Moonlight Sonata, hanya River Flows in You yang nadanya bisa ia mainkan.
“Bisa nggak kamu pertimbangkan kembali buat jadi artis? Wajahmu tampan, kamu juga berbakat.”
“90 banding 10, mau? Aku 90% dan Om 10%nya.”
“Nanti Om cari orang lain aja.”
*
“Kak, jujur aja. Gimana pendapat Kakak kalo aku nikah lagi?” Yuda yang sedang fokus membaca beberapa gosip langsung menatap Jef dengan raut wajah penuh tanda tanya. “Shasa sama Ares terus maksa.”
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR PAPA [JAEROSE ft. JAEMIN, KARINA✔️]
Fiksi PenggemarDear Papa, Kita mau Mama baru. Regards with love: Shasa & Ares. ©dear2jae 2021.