Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
Satu cup coffee hangat ada digenggaman tangan Ares, hawa dingin menerpa kulitnya ketika melintasi jalanan. Musimnya memang musim panas tapi karena sudah hampir tengah malam, angin yang berembus sangat dingin. Ares merutuk dalam hati, menyesali keputusannya yang hanya memakai celana training dan kaos hitam serta bucket hat. Dia menyadari satu hal bahwa tidak baik menentang orang yang lebih tua. Sebelum keluar, Shasa menyarankannya untuk memakai jaket karena udara malam hari dingin tapi Ares menolak. Siapa sangka ia akan menyesali tindakannya.
Ia keluar bukan untuk sekadar membeli coffee dan berjalan tidak tentu arah di tengah malam seperti ini tapi ia memutuskan untuk keluar karena sempat bermimpi. Tadinya Ares sudah tertidur lelap tapi tiba-tiba sebuah mimpi samar mendatangi tidur nyenyaknya hingga ia terbangun. Shasa yang masih menikmati film di jam satu malam terkejut karena Ares tiba-tiba bilang mau keluar sebentar. Shasa memang cepat tanggap, ia menyadari perubahan raut wajah adiknya jadi yang bisa ia katakan hanya hati-hati.
Seorang wanita berpakaian serba putih duduk di atas kursi kayu yang terlihat sudah usang yang berada di pinggir pantai. Wanita itu mengenakan dress selutut dan rambut yang dibiarkan tergerai. Ares hendak melangkah ke dalam laut ketika suara wanita itu mengagetkannya.
“Jangan masuk ke air, dingin.”
“Aku..”
“Jangan pernah berpikir untuk melukai dirimu sendiri. Kamu berharga, untuk papamu dan untuk mama.”
Seolah tahu isi pikiran Ares, wanita itu segera memotong kalimat Ares. Seketika tubuh Ares menegang, ia hendak berlari ke arah wanita itu tapi sayangnya ia terbangun.
Anehnya lagi, walaupun saling tatap Ares tidak melihat dengan jelas wajahnya bahkan setelah bangun pun ia lupa sama sekali.
Ini pertama kalinya ia bermimpi seperti itu. Sebelumnya, Ares pernah mengalami mimpi serupa tapi tidak pernah sampai bicara. Dalam mimpinya, Ares hanya melihat seorang wanita yang sedang berjalan-jalan, seorang wanita yang sedang duduk sendirian, seorang wanita yang sedang bermain dengan teman-temannya. Mimpi yang sangat random tapi Ares yakin kalau wanita itu pasti mamanya. Dan hal teraneh adalah Ares pasti lupa akan wajahnya. Itulah yang semakin membuatnya frustasi hingga ia semakin menyalahkan dirinya atas kepergian sang mama.
Bagaimana akhirnya Shasa menemukan sebuah tali di laci mejanya adalah hal yang tepat. Itu terjadi dua tahun yang lalu, ketika Ares kelas 3 SMP. Shasa menggagalkan percobaan bunuh diri anak itu dan melaporkannya pada Jef.
Ares yang saat itu masih bocah di bawah umur dengan emosi yang masih labil belum bisa mengontrol dirinya sendiri. Tersiksa dengan mimpi samar yang selalu menghampirinya membuatnya frustasi dan ingin mengakhiri hidupnya tanpa berpikir panjang. Diam-diam, ia membeli sebuah tali dan menyembunyikannya di dalam laci meja belajar tanpa tahu bahwa Shasa bisa menemukannya kapan saja.
Berniat ingin meminjam pulpen, Shasa masuk ke kamar adiknya dan mencari di dalam laci lalu menemukan tali itu. Tali itu biasa digunakan untuk menjemur pakaian karena teksturnya yang kuat. Pikiran buruk langsung menghampiri otak Shasa, segera saja ia melaporkan hal ini pada Jef. Akhir-akhir ini, Shasa memang melihat kalau Ares jadi sedikit murung. Lebih banyak menghabiskan waktu sendiri di kamar, padahal sebelumnya sering hang out bersama teman-temannya.
“Papa sayang sama kamu. Kenapa kamu malah mikir untuk mengakhiri hidupmu sendiri? Bukankah seharusnya Papa yang pantas melakukan itu?”
“Mama meninggal karena melahirkanku, karena aku lahir makanya ini salahku.”
“Kalo gitu ini salah Papa karena udah memutuskan untuk punya anak lagi.”
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR PAPA [JAEROSE ft. JAEMIN, KARINA✔️]
Fiksi PenggemarDear Papa, Kita mau Mama baru. Regards with love: Shasa & Ares. ©dear2jae 2021.