DP • 10

4.5K 483 1
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Kakek dan nenek dari pihak papa sudah meninggal ketika Shasa dan Ares lulus SD karena insiden kecelakaan pesawat. Beruntung mayat mereka bisa di identifikasi. Makam kakek dan nenek dari pihak papa berada di lokasi yang berbeda dengan makam mama tapi masih pada daerah yang sama.

Bus berhenti di halte depan sekolah kemudian mereka turun dan bergegas menyebrang jalan menuju sekolah. Sepasang mata memicing ke arah mereka, lebih tepatnya ke arah Shasa. Ya, siapa lagi kalau bukan Yeri.

Fix, dia itu dari kalangan bawah. Kenapa bisa sekolah di sini, dapat beasiswa? Semua yang dipakainya juga kayaknya bukan barang asli.”

Yeri bergumam dengan wajah jengkel dan bergegas masuk ke sekolah setelah mengamati Shasa dari halaman sekolah.

Yo! What’s up bro!”

Herry dengan wajah sumringahnya menyambut Ares yang baru masuk ke kelas. Tapi kalau boleh jujur, Ares masih agak canggung walaupun sudah memproklamirkan bahwa mereka sekarang teman sejak bertukar nomor ponsel tempo hari ketika menikmati pop mie bersama di mini market. Namun, Ares dengan segala kebaikan yang masih ada dalam dirinya menyambut uluran tangan Herry dengan senyuman yang merekah.

Adegan yang langka itu sontak menarik perhatian warga kelas. Mereka tidak pernah melihat Herry sehumble ini pada orang baru. Sebelum Ares datang, banyak siswa baru yang pindah ke kelas mereka tapi Herry maupun Jevin tidak pernah menggubris mereka. Herry dan Jevin hanya bergaul bersama Mark.

“Gimana kalo kita tanding playstation di rumah Jevin pulang sekolah?” usul Herry yang diangguki Jevin.

“Gue ada janji.”

“Janji apa?”

“Mau ke makam nenek sama kakek.”

“Gue kira nggak ada kebaikan yang tersisa dalam diri lo setelah dengerin semua celotehan lo waktu itu di kantin.” Jevin menimpali.

Ares mengulas senyum tipis. “Kirim aja alamat rumah Jevin, nanti kalo cepat pulang gue mampir.”

Ok.”

Sepasang mata penuh penasaran menatap Ares sejak dia masuk ke kelas. Apalagi saat berbincang-bincang dengan Herry dan Jevin. Ya, siapa lagi kalau bukan Rendy Pramudya yang pernah memperingati Ares untuk tidak bergaul bersama Herry dan Jevin. Rendy sebenarnya tidak punya dendam apa-apa pada Herry dan Jevin tapi karena ia notabenenya adalah siswa berprestasi yang otaknya encer. Maka Herry dan Jevin yang selalu terlihat malas-malasan kalau menyangkut pelajaran termasuk anak-anak yang nakal dalam sudut pandangnya. Jadi, niatnya memang baik saat menasihati Ares untuk tidak bergaul bersama mereka tapi sosok Ares yang dinasihatinya bahkan punya sifat yang sama dengan Herry dan Jevin yaitu agak malas-malasan soal pelajaran, Rendy hanya belum tahu itu.

*

“Mark, gue serius.”

“Iya, gue tahu lo serius.”

“Lo tahu tapi masih mau temenan sama dia? Oh hey! Gue liat dengan mata kepala sendiri kalo dia dan adiknya turun dari bus. Dia dari kalangan bawah, Mark. Dia udah nipu kita semua, pura-pura pake tas bermerek padahal itu palsu.”

“Gue nggak masalah dari kalangan mana dia berasal. Gue cuma liat kalau dia itu orangnya baik dan nggak banyak tingkah, jadi nggak ada alasan untuk nggak temenan sama dia.” Mark berjalan cepat untuk menyusul Shasa yang sudah lebih dulu ke kantin agar Yeri berhenti mengikutinya. “Dan lagi, gue nggak yakin dia dari kalangan bawah karena dia itu pindahan dari Inggris. Lo pikir aja berapa biaya hidup di negara itu dan faktanya Shasa tinggal di sana.”

DEAR PAPA [JAEROSE ft. JAEMIN, KARINA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang