DP • 04

5.5K 575 1
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Di mobil Herry, Ares diam saja karena memang tidak berniat bicara. Hingga suara papanya Herry menginterupsi. “Teman baru, ya? Papa nggak pernah ngeliat kamu main sama dia?” Papa Jo bertanya sambil fokus menyetir.

“Iya, Pa. Dia temen baru kita, namanya Ares.”

“Oh, iya.”

“Temen? Sejak kapan gue jadi teman mereka.” Ares membatin seraya tersenyum kaku ketika Jo menatapnya dari rear-vision mirror.

“Pa, turunin kita di restoran itali yang ada di deket mall. Kita mau makan di sana.”

“Oke. Papa juga mau jemput mama di butiknya.”

“Mau ke mana?”

“Ada undangan dari rekan Papa.”

“Oh.”

Ares memalingkan wajahnya, menatap kepadatan jalanan di sore hari ini. Jevin sibuk dengan ponselnya, Herry juga sibuk bicara dengan papanya. Ketika kata mama terdengar oleh telinga Ares, anak itu hanya mengulas senyum tipis diiringi helaan napas kecil. Ada rasa iri ketika melihat Herry sedekat itu dengan papanya, mereka berbicara banyak hal mulai dari nama anak anjing yang baru dibeli mamanya, menggosipi mamanya yang terus membeli tanaman baru hingga soal masakan mama yang kata Herry kurang enak pagi tadi. Terdengar sederhana, tapi Ares tidak pernah melakukannya. Jika jin pengabul permintaan memang ada seperti di film-film maka ia akan meminta satu hal yaitu menghidupkan kembali mamanya walau itu terdengar sangat mustahil. Jangankan untuk berbincang-bincang, bertegur sapa dengan Jef saja ia juga jarang.

Kadang, ada sedikit rasa iri yang melanda hati Ares pada Shasa. Mengingat kakaknya sudah bertemu dengan mamanya walaupun hanya satu tahun. Sedangkan ia tidak pernah sekalipun melihat mamanya. Tapi Ares sadar kalau rasa iri itu tidak boleh ada, mereka saudara jadi untuk apa menaruh iri.

Di mobil Yeri dan Dian, Shasa pun diam. Selain karena tidak terlalu akrab ya karena memang tidak ada bahan pembicaraan. Yeri dan Dian dijemput oleh mamanya. Menurut Shasa, mamanya Yeri dan Dian sangat cantik.

“Arisha, bokap lo kerja di mana?” Yeri bertanya, jika sudah sampai pada pertanyaan seperti ini maka Yeri tidak menemukan apapun dalam penyelidikannya soal Shasa. Entah itu soal latar belakang hingga sifat dan sikap Shasa.

Shasa menoleh terkejut dengan pertanyaan Yeri yang menurutnya agak tiba-tiba dan di luar konteks. “Kenapa? Apa pertanyaan itu penting dan harus gue jawab?”

Raut wajah Yeri berubah masam, sepertinya Mama Terra juga terkejut dengan jawaban Shasa. Mark langsung menatap Shasa, mungkin bagi mereka jawaban Shasa keterlaluan tapi Shasa tidak bermaksud menyinggung. Ia hanya enggan membicarakan hal-hal pribadi macam itu. Memangnya, apa pentingnya pekerjaan papanya bagi Yeri.

“Nggak. Lo nggak perlu jawab kalo nggak mau.”

“Oke.”

Yeri mengalihkan pandangannya pada kaca mobil, hatinya mencelos setelah mendengar jawaban Shasa. Dan itu semakin membuat Yeri penasaran setengah mati tentang sosok Shasa. Bukan karena apa-apa, hanya saja gadis itu tak mau kalah saing. Itu saja.

Farris masih membuntuti dua mobil yang diyakininya dinaiki oleh Shasa dan Ares. Dengan skill mengemudinya yang sudah semakin membaik karena selalu mengantar Deon ke mana-mana, dia bisa dengan mudah mengimbangi laju dua mobil di depannya. Demi iming-iming kenaikan gaji, ia rela menjadi stalker anak SMA yang harus ia ikuti ke mana-mana.

DEAR PAPA [JAEROSE ft. JAEMIN, KARINA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang