DP • 30

3.8K 450 21
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Rose benar-benar mampir ke rumah Jef karena Ares tidak membiarkannya pulang. Bahkan Ares meminta pada papanya agar mengajak Rose ke rumah mereka.

Kini, Ares masih diam menunduk di hadapan Rose maupun Jef. Masih belum tahu mau bicara apa karena saking senangnya, otaknya mendadak blank. Tak lama, Shasa juga pulang setelah seharian berkelana bersama Mark. Ia juga kaget melihat ada Rose di rumah.

“Loh, Tante ngapain di sini?” tanya Shasa yang langsung beranjak duduk di dekat Ares. Shasa menatap adiknya yang masih menunduk. “Lo buat salah lagi, ya?”

“Kamu lupa mau ngomong apa sama Tante?” tanya Rose akhirnya.

“Nggak lupa, cuma lagi ngumpulin keberanian aja soalnya aku dari tadi mau nangis terus tapi karena ada papa jadi malu.” Ares berkata jujur karena perasaannya benar-benar campur aduk. “Papa ke kamar aja sana, jangan di sini.”

Jef malah terkekeh melihat tingkah anaknya. Jef tahu kalau Ares malu memperliahatkan air mata di depannya jadi ia semakin menggoda anaknya dengan berdiam diri di dekat Rose.

“Ini ada apa sih, Res? Tante? Papa?” desis Shasa yang belum tahu situasi.

“Papa sama Tante Rose udah resmi. Mereka pacaran terus gue mau ngomong sama Tante Rose tapi dari tadi air mata gue mau netes terus. Karena ada papa jadi belum bisa ngomong,” ujar Ares.

Shasa langsung melotot kaget. “Beneran?” tanyanya antusias.

“Iya, Sha,” jawab Rose lembut.

Berbeda dengan Ares yang masih malu, Shasa langsung melempar tas sekolahnya sembarangan dan berhamburan memeluk Rose saking senangnya. Bahkan kini Shasa meneteskan air mata di dalam dekapan Rose.

Hampir sepuluh menit tapi Shasa masih belum mau melepaskan pelukannya pada Rose, bahkan Jef menarik tangannya tapi Shasa tetap tidak mau melepaskan pelukannya. Shasa senang, benar-benar senang, akhirnya setelah penantian panjang dan setelah berbagai cara ia lakukan agar mendapat perhatian papanya, kini berhasil. Jef akhirnya mau membuka hati.

Stop nangisnya, nanti mata kamu bengkak. Bisa sampai besok loh bengkaknya kalo nangis terus. Emangnya mau ke sekolah dengan mata bengkak?” Rose mengelus punggung Shasa lembut setelah akhirnya Shasa melepaskan pelukannya.

“Kalo bengkaknya sampai besok, aku nggak akan sekolah,” jawab Shasa enteng. Tadinya Jef mau marah tapi tidak jadi saat Shasa kini memeluknya. “Papa, Papa terbaik, Papaku terbaik. Papa Jef terbaik. Papa adalah orang yang paling baik buat aku. Papa, sekali lagi maafin aku dan terima kasih. Aku sayang Papa, aku cinta Papa.”

“Iya, sayang.” Jef mengelus punggung Shasa lembut.

Selagi Jef dan Shasa sibuk, Ares mendekat ke samping Rose dan menggenggam tangan perempuan itu dengan erat. Pertahanan Ares runtuh, air matanya menetes, sudah tidak peduli jika nanti Jef melihatnya.

Ares menunduk dalam, tidak dipungkiri kalau rasa bersalah masih bersemayam sedikit di dalam hatinya sebab mamanya dulu meninggal saat melahirkannya yang membuat semua orang terluka. Dan sekarang, ketika akhirnya Jef mau mendengarkannya, ia sangat senang karena setidaknya Jef tidak akan sendiri lagi.

“Tante, terima kasih ya karena udah mau sama Papa. Terima kasih karena udah mau nerima papa walaupun papa punya anak.” Ares menatap Rose dengan matanya yang masih berair dan Rose hanya bisa mengangguk sambil mengusap air matanya yang ikut menetes sebab begitu haru melihat Ares menangis di depannya. “Tante, di sini aku nggak akan ngerepotin lagi kok. Aku mau papa nikah lagi supaya papa punya temen. Siapa tahu papa mau ngomongin kesehariannya tapi nggak punya seseorang buat diajak ngomong. Aku sama Shasa emang ada tapi papa kayaknya butuh pendamping. Terus, aku sama Shasa nggak minta buat diurusin kayak anak kecil gitu tapi kita itu butuh seseorang buat diajak ngomong juga soalnya kalo sama papa kadang malu.”

DEAR PAPA [JAEROSE ft. JAEMIN, KARINA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang