DP • 15

3.8K 440 3
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Luka karena kehilangan memang tidak dapat begitu saja disembuhkan. Butuh waktu agar semuanya kembali normal. Banyak yang bisa sembuh hanya dalam waktu singkat, banyak juga yang sampai bertahun-tahun seperti Jef. Oliv meninggalkan bekas luka yang sangat dalam, selain karena banyaknya rencana-rencana yang sudah mereka atur, Oliv juga sudah memberi nama pada banyi laki-lakinya yang belum lahir. Seolah tahu waktunya di dunia tak banyak, wanita itu sudah menulis di sebuah kertas nama yang akan dia berikan pada anaknya jika lahir nanti.

Arsenio Ayres Hadinata. Panggilan Ayres. Tapi lebih terdengar seperti Ares.

“Kenapa Ayres?” Jef bertanya seraya mengelus perut Oliv.

“It’s sounds good. Ayres. Artinya dalam bahasa inggris adalah keberanian. Bisa juga dipanggil Ares, artinya dalam bahasa yunani adalah dewa perang, dia akan jadi laki-laki tangguh nantinya.”

“Ok, it’s up to you baby.”

“Oh ya, Pa, ada undangan dari sekolah buat Papa.” Ares segera memberitahu papanya saat pembicaraan mereka sudah mengalir secara alami. Sejak semalam, ia berpikir keras bagaimana caranya untuk memulai pembicaraan ini nantinya tapi untunglah semua berjalan baik sejak pagi ini. “Besok pagi.”

“Undangan apa? Kamu buat masalah lagi?” Jef bertanya begini karena setiap ada undangan dari sekolah sewaktu di sana. Pasti itu undangan untuk membahas kelakuan Ares yang dianggap buruk.

Ares memutar bola mata malas dan menatap Jef dengan wajah datar. “Itu undangan buat ngebahas acara camping, Papa.”

“Oh gitu, haha. Papa kira kamu ada masalah lagi. Ok, kapan?”

“Besok.”

“Iya, Papa akan datang. Shasa juga?”

“Nggak, Pa. Itu buat kelas 2 aja,” jawab Shasa.

Mobil itu berhenti di depan gerbang sekolah, menyudahi nostalgia Jef tentang istrinya serta menyudahi tawa anak-anaknya. Shasa dan Ares segera turun kemudian melambaikan tangan pada Jef yang tersenyum pada mereka. Satu hal yang diinginkan Shasa tercapai.

Tanpa menyadari ada sepasang mata yang menatapnya dengan tatapan sinis, Shasa asik saja melenggang menuju kelasnya setelah berpisah dengan Ares di persimpangan lorong karena kelas mereka berbeda. Shasa disambut oleh teriakan Mark yang menggema di sepanjang lorong kelas, meneriakkan namanya dengan keras, membuat Shasa menahan malu.

“Shasa!”

Yeri yang sedari tadi mengikuti Shasa akhirnya menyerukan nama gadis itu ketika hendak masuk ke kelas. Bukan mengikuti, karena memang kelas mereka sama tapi setelah melihat Shasa dan Ares turun dari mobil sedan hitam keluaran terbaru, rasa penasaran Yeri akan sosok Shasa sudah sampai ke ubun-ubun. Shasa batal masuk kelas, menoleh dan memdapati Yeri bersama Dian sudah berdiri di belakangnya sambil melipat tangan di dada.

Situasi tiba-tiba jadi menyeramkan seolah ada hawa dingin yang merasuki lorong kelas mereka. Mark sadar akan tatapan Yeri yang terlihat lebih menusuk.

“Siapa yang tadi nganterin lo?”

“Papa.”

“Siapa yang punya mobil yang dipakainya?”

“Papa.”

“Dia kerja di mana?”

“Lo sepenasaran itu sama kerjaan bokap gue? Gue nggak tahu apa maksud dan tujuan lo nanyain itu semua tapi gue kira gue nggak perlu mengonfirmasi soal kerjaan bokap gue ke lo.”

DEAR PAPA [JAEROSE ft. JAEMIN, KARINA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang