DP • 03

6.5K 665 3
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Herry tertawa sampai batuk-batuk, cepat-cepat dia meminum airnya. Mark ikut melepas sendoknya dan menatap Ares, dia tiba-tiba tertarik pada anak itu. Begitupun Jevino, laki-laki itu mengalihkan perhatiannya pada Ares.

“Lo yakin sama jawaban lo?” Mark bertanya.

“Iya, kenapa?” Ares menjawab dan kembali bertanya. Shasa menatapnya, memberi sinyal agar tidak menyulut api tapi sepertinya Ares tidak peduli. “Tadi di kelas ada yang bilang sama gue kalo gue nggak boleh temenan sama kalian, karena kalian nakal.”

Perkataan Ares sontak membuat Jevin dan Herry menggeram. Pandangan mata Jevin berubah tajam, mata Herry pun bisa memancarkan aura menyeramkan jika sudah marah. Kedua anak itu menatap Ares dengan tajam.

“Siapa yang bilang gitu?” Jevin mengabaikan gemuruh perutnya yang lapar, ia memfokuskan dirinya pada Ares.

“Ares, stop. Ayo pergi.” Shasa yang sedari tadi diam akhirnya menengahi. Ia tidak mau adiknya terlibat masalah apapun atau Om Yuda tidak akan mau menyelesaikan masalah mereka.

Mark mencegah Shasa yang hendak berdiri, menarik tangan gadis itu hingga teduduk lagi. Ares pun masih bergeming dari tempat duduknya, anak itu malah terlihat santai menghadapi kilatan mata Jevin dan Herry yang bisa menerkamnya kapan saja.

“Duduk, liat ini sampe selesai.” Mark masih memegang tangan Shasa, tujuannya memang agar gadis itu tidak kabur tapi ya yang namanya laki-laki pasti mencari kesempatan dalam kesempitan.

“Gue nggak akan ngasih tahu lo.” Ares hendak meraih sendoknya namun Jevin mencegatnya. “Tapi gue nggak percaya kalo kalian nakal.”

Kalimat terakhir Ares membuat Jevin sedikit melunak, ia melepas cengkramannya dari pergelangan tangan Ares. “Karena definisi nakal menurut kita mungkin beda.” Ares melanjutkan kalimatnya dengan wajah serius.

Alis Herry mengkerut. “What do you mean, Arsenio?” Herry sedikit meninggikan suaranya.

Ares mengulas senyum tipis. Ia memposisikan dirinya agar bisa berhadapan dengan Jevin dan juga Herry. “Pertama, panggil Ares aja. Terus, apa kalian pernah coba rokok?” Ares mulai bertanya.

Shasa hanya bisa menghela napas pasrah. Dia menepis tangan Mark yang masih memegang tangannya, enak saja. Mark hendak protes tapi Shasa melayangkan tatapan tajamnya yang membuat Mark tidak jadi bicara.

“Lo gila? Kita masih di bawah umur!” Herry berteriak, membuat seisi kantin menatap aneh ke arahnya. Ya, walaupun kadang ada saja anak di bawah umur yang sudah merokok diam-diam namun Herry dan yang lainnya terdidik dengan baik jadi mereka tahu kapan harus mulai merokok.

“Kalian pernah nyobain alkohol?”

“LO GILA, ARES!”

Kali ini Jevin yang bereaksi bagai orang gila, anak itu melotot kaget saat Ares menanyakan perihal alkohol padanya. Bahkan dia sampai berdiri dari duduknya dan meneriaki Ares. Tindakannya itu tak luput dari pandangan para penghuni kantin yang lain. Tapi yang diteriaki malah asik meminum airnya, tidak peduli akan kehebohan yang Jevin buat.

Herry? Jangan ditanya, anak itu sudah memegang kepalanya yang terasa berdenyut. Dalam pikirannya, Ares benar-benar gila karena bertanya hal-hal yang tidak boleh dilakukan sebelum cukup umur. Ia bahkan memukul pelan kepalanya agar pertanyaan Ares tidak bersarang di otaknya.

Mark sebenarnya tak kalah kaget, hanya saja kagetnya Mark masih dalam batas yang wajar. Anak itu hanya menganga lalu sadar air liurnya akan menetes maka ia cepat-cepat menutup mulutnya dengan tangan. Tidak sampai berteriak seperti Jevin.

DEAR PAPA [JAEROSE ft. JAEMIN, KARINA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang