"Selamat datang ditempatku."
Seorang pria menatapku dengan senyuman sinisnya. Emosiku memuncak saat menatap wajah itu. Tapi aku disini bukan untuk bertarung dengannya, ada hal lain yang harus kulakukan.
"Berhentilah berpura-pura bisu didepanku! Bukankah kau baru saja mencariku? Lihatlah aku dengan senang hati membawamu kemari, apa kau sudah memikirkan tawaranku?"
"Ya, dan jawabanku tetap sama. Aku tidak mau!"
Tidak ada satupun dari kami yang melanjutkan pembicaraan bahkan tidak ada ekspresi diwajahnya. Aku tidak bisa memprediksi apa yang akan dilakukannya.
"Aku tidak menerima penolakan."
Muzan tiba-tiba berada di belakangku, aku nyaris tidak sempat menghindari cakarnya yang hendak menusukku. Tubuhku terasa sakit karena menghantam tembok sedangkan dia tertawa senang melihatku seperti ini.
"Kamu benar-benar punya refleks yang bagus, kalau kau jadi iblis mungkin kamu akan setara dengan Douma atau mungkin Kokushibo dalam beberapa tahun. Yah, lagipula aku tau kamu pernah hampir menghabisi Akaza."
Ughh... Kenapa aku merasa Muzan lebih kuat dari sebelumnya, dia jadi lebih cepat atau hanya perasaanku saja?
Berdiri tegak menatapnya kali ini aku memfokuskan diriku. Aku yakin semua ini hanya karena aku tidak serius saja. Tapi aku tidak mencoba menyerangnya lebih dulu lagipula ini adalah tempatnya pasti ada perangkap disini.
"Bukankah kau sangat ingin memenggalku? Cobalah kalau kau bisa."
"Aku tidak disini untuk membunuhmu," senyum tipis menghiasi bibirku, "apa kau percaya aku disini hanya untuk mengintai saja?"
"Apa kau pikir bisa keluar dari tempat ini?"
"Itu mudah, aku hanya perlu membunuh iblis yang mengendalikan tempat ini, benarkan?"
Muzan tidak terlihat senang dengan jawabanku, wajahnya menghitam dan itu membuatku bergidik. Lagi-lagi dia berpindah tempat tapi kali ini berada tepat didepanku dan aku tak sempat merespon.
Ughh...
Tangannya tepat dileherku, aku kesulitan bernapas karena tercekik olehnya. Aku bisa merasakan kukunya mencoba menggores kulitku tapi ia berteriak kesal setelahnya.
"Sial! Darahmu benar-benar merepotkan!"
Aku mencoba mengambil jarak sejauh mungkin tapi ruangan berputar dan itu membuatku berada di genggamannya lagi. "Kalau aku tak bisa melukaimu maka kau hanya perlu menelannya."
Bau darah memenuhi mulutku, mual terasa menekan perut. Aku sangat ingin muntah sekarang tapi dia masih mencoba menumpahkan darah sebanyak mungkin. Tidak tahan dengan semua ini aku menendangnya sekuat mungkin.
Bugh...
Sepertinya tendanganku tepat mengenai selangkangannya. Kami sama-sama terjatuh, aku mendengarnya berdecak kesal dan pergi meninggalkanku sendiri. Sedangkan aku memuntahkan sebagian darah terakhir.
'Waktunya pergi'
.
.
.Disebuah ruangan beberapa orang berkumpul membicarakan sesuatu. Laki-laki berambut putih berbicara dengan sopan pada orang didepannya. Kata-kata kasar yang biasa diucapkannya terkubur seakan tak pernah ada. Tak lama ia menunduk hormat kemudian pergi meninggalkan ruangan.
"(y/n)-san sepertinya pergi bersama Tanjiro."
"Iya, beberapa kakushi melihatnya."
Brak...
Tiba-tiba suara dentuman mengagetkan semua orang. (y/n) yang tiba-tiba terjatuh dari langit-langit mengejutkan mereka. Pertanyaan terus bermunculan dari pemilik ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimetsu no Yaiba: Silent Assassin
Fanfic(y/n) adalah anak yang ceria, namun semua berubah setelah menyaksikan pembantaian keluarganya didepan matanya. Sejak saat itu dia berhenti bicara pada siapapun. Dan bersumpah akan menghabisi iblis yang telah membunuh keluarganya. Bagaimana perjalan...