Seseorang berjalan perlahan dibawah terik matahari. Jubahnya yang menggantung memberikan kesan suram bagi yang melihatnya. Tapi tidak ada yang menghentikannya tidak ada juga yang merasa tidak nyaman saat melihatnya semuanya dianggap biasa saja. Gagak di bahunya bertengger dengan tenang dan tidak menunjukkan gerakan yang signifikan hanya sesekali menengok ke kanan kiri dan kembali lagi kedepan.
Tempat yang mereka tuju cukup jauh tapi tidak membuat mereka mempercepat langkahnya. Langit masih cerah dan semuanya akan dimulai saat malam itulah alasan kenapa mereka tidak terburu-buru. Jika memikirkan kecepatan maka dia bisa sampai di manapun dalam hitungan detik tapi kali ini dia tidak datang untuk itu tapi hanya untuk memantau saja.
Setelah cukup lama akhirnya tempat yang dituju sudah didepan mata, suasana ramai mulai terasa meskipun belum memasuki daerah itu. Hal itu sangat wajar mengingat tempat apa yang akan mereka datangi. "Yuina, terbanglah. Kalau Uzui-san melihatmu bersamaku maka penyamaranku tidak ada artinya."
(y/n) memasuki wilayah itu dengan tenang dan masih mengenakan jubahnya, tempat ini adalah distrik hiburan kalau ada salah satu pemilik rumah yang melihat perempuan yang menarik perhatiannya maka dia hanya akan berakhir ditempat itu.
"Ck, tempat ini terlalu ramai," keluhnya.
Sangking ramainya seseorang tak sengaja menabrak (y/n) dan akhirnya ia memutuskan mencari tempat yang sedikit lebih sepi. Sedangkan seseorang sedang memantau dari salah satu atap mencari sosok yang menjadi buruannya dalam misinya kali ini. Matanya tak sengaja menangkap seseorang yang dikenalnya dibawah saja, "dia bilang tidak mau ikut tapi malah muncul disini, sungguh tidak elok."
Uzui yang melihat seseorang berjubah dibawah sana memutuskan untuk mengikutinya bahkan saat seseorang itu memasuki salah satu kedai dan duduk memesan minuman ia mengikuti dan berdiri tak jauh darinya. "Kau bilang tidak mau ikut–" kata-katanya berhenti saat orang itu menurunkan jubahnya dan menampilkan penampilan lain dari orang yang dikenalnya.
'Ini memalukan, aku salah orang! Untunglah dia tidak berbalik, lebih baik aku pergi sebelum dia menyadarinya.'
(y/n) POV
Aku tidak menemukan tempat sepi bahkan di setiap gang ada beberapa orang yang terlihat mencurigakan disana, aku harus mencari tempat yang nyaman untuk menunggu hingga malam tiba. Dengan cepat aku berbelok ke kiri dan memasuki salah satu kedai lebih tepatnya aku merasakan seseorang menatapku dari kejauhan dan mengikutiku tak lama dari itu, aku yakin itu adalah Uzui. Dia tidak boleh menyadari bahwa ini adalah aku dan benar saja dia mengikutiku ke dalam. Segera aku duduk dan menurunkan jubahku.
"Kau bilang tidak mau ikut–"
Ucapannya berhenti setelah melihatku dan tak lama ia pergi. Akhirnya aku bisa bernafas lega dan melanjutkan istirahatku. Sekarang masih sore dan itu tidak akan lama hingga malam tiba.
Tempat ini akan semakin ramai menjelang malam dan itu memang benar karena tidak lama dari itu beberapa orang berdatangan. Aku bisa merasakan mereka melihat kearahku, itu wajar saja apalagi aku hanya sendiri disini. Tak ingin menjadi pusat perhatian lebih lama, aku memutuskan berjalan-jalan keluar, melompat keatap dari sudut yang gelap dan berhati-hati agar tidak bertemu dengan yang lain.
Tujuanku datang hanya untuk melihat dan memastikan meskipun aku sudah tau hasilnya. Mungkin firasatku memang tajam dan meskipun aku tidak merasakan rasa tercekik seperti dulu tapi aku tetap merasa sedikit sesak dan entah kenapa aku tidak bisa hanya menunggu dan melihat bagaimana kondisi mereka akhirnya. Tapi meskipun begitu aku tau kali ini tidak akan seburuk itu, aku yakin kali ini setidaknya tidak ada korban dari kami dan itu artinya aku tidak perlu menyelamatkan siapapun.
Dari kejauhan aku bisa mendengar suara gesekan pedang beradu dan bau iblis yang sangat pekat meskipun tidak seperti dia. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, aku hanya perlu menunggu mereka selesai. Berdiri disalah satu atap, semuanya terlihat jelas dari sini. Jubahku bergoyang tertiup angin.
Pertemuan sengit terlihat di manapun, ingin sekali aku berlari kesana dan menyelesaikannya secepat mungkin. Sebagian diriku mengatakan untuk berhenti tapi sebagian lagi mengatakan sebaliknya dan aku sudah memutuskan untuk...
.
.
.Salah satu kepala iblis berhasil terpotong dan seseorang berkepala babi berusaha membawanya menjauh dari medan pertempuran tapi terhenti saat bilah sabit menusuk jantungnya. Kepala itu berhasil direbut oleh iblis lainnya.
"Inosuke!"
Teriak pemuda berhaori kotak-kotak dari atap yang lain. Panik terlihat dari wajahnya dan ia berusaha mencari seseorang dan menemukannya terbaring ditanah dengan satu tangan terputus. Fokusnya terbagi dan hampir saja serangan dari selendang mengenainya. Tapi atap yang rusak tetap tidak bisa dipijak dan itu membuatnya tergelincir.
"Wah, kau masih hidup ya? Kau benar-benar beruntung kawan. Yah, selain keberuntungan kau sudah tidak mempunyai apa-apa. Semua orang kecuali dirimu sudah tidak berguna sekarang. Jantung babi itu tertusuk, si kepala kuning tertimbun reruntuhan dan pilar yang disana itu begitu lemah. Dia memang orang yang kuat tapi jantungnya berhenti karena racun dan mati. Dia sudah tiada sekarang."
Tanjiro yang sudah tidak memiliki tenaga yang cukup untuk menggerakkan tubuhnya hanya bisa diam mendengarkan iblis itu bicara. Tapi ucapannya berhenti begitu melihat kepala menggelinding didekatnya.
"Sialan dimana kau! Berapa banyak dari kalian sebenarnya! Beraninya memotong kepala adikku lagi!"
Kali ini ia tak berusaha mengembalikan kepala adiknya ditempatnya semula tak peduli berapa kali pun dia memanggilnya. Mencoba mencari disekelilingnya, seseorang yang tidak diketahui keberadaannya. Melihat kesempatan itu Tanjiro mengumpulkan kekuatannya dan memberikan sundulan kuat dengan kepalanya dan dengan cepat membalikkan keadaan, pedang itu berada tepat di lehernya.
Terpotonglah! Terpotonglah!
Kata itu terus berputar dalam kepalanya. Tapi tenaganya tak cukup untuk memberikan tekanan lebih. Waktu seakan berjalan sangat cepat, racun untuk melumpuhkan iblis itu hampir kehilangan efeknya. Pedang yang semula berada dilehernya terangkat perlahan bersama pusaran darah dan sabit yang berputar, serangan iblis itu kembali lagi. Bertahan adalah satu-satunya yang bisa dilakukan Tanjiro saat ini.
Sring...
Tiba-tiba arah serangan berubah, sabit yang mengarah ke Tanjiro berbalik kebelakang dan menahan pedang seseorang. "Akhirnya kamu muncul! Aku tidak percaya akan ada pilar lain yang datang!"
"(y/n)-nee!?"
Seseorang yang masih tertutup jubahnya menahan serangan dari sabit dengan kedua pedangnya. Pusaran yang datang bersamaan sabit itu mengenai jubahnya dan mengoyaknya. Seseorang dari balik jubah itu terlihat tapi ia tak mempedulikannya, fokusnya ada pada lawan didepannya.
"Kau sangat cantik bahkan melebihi adikku, sungguh tidak adil!"
Mengabaikan orang lain adalah salah satu keahliannya, dia tidak menjawabnya, kebiasaan lamanya kembali.
Pertempuran beralih kearah yang lebih cepat, Tanjiro hanya bisa melihat dan memperhatikan apa yang terjadi didepannya. "Gerakan mereka bahkan melebihi saat bertarung dengan Uzui-san. Siapa perempuan ini? Aku salah mengira dia adalah (y/n)-nee karena jubah yang dikenakannya. Apa dia seorang pilar juga?"
Debu dari reruntuhan menghalangi pandangan tapi suara benturan benda tajam masih terdengar jelas dan semakin sering terdengar. Bisa ditebak apa yang sedang terjadi didalam kepungan debu itu.
"Hahaha, kamu wanita gila kamu bahkan lebih hebat dari pria besar itu. Kita lihat siapa yang akan bertahan lebih lama."
Gerakan secepat itu pasti akan menghabiskan banyak tenaga, bagi iblis mungkin itu bukan masalah tapi manusia memiliki batas. Tiba-tiba dahinya berkerut tapi tak lama senyuman tersungging di bibirnya dan sesuatu yang tidak benar dirasakan oleh iblis itu.
.
.
.
.
.
.
.T
B
C.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.See you next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimetsu no Yaiba: Silent Assassin
Fiksi Penggemar(y/n) adalah anak yang ceria, namun semua berubah setelah menyaksikan pembantaian keluarganya didepan matanya. Sejak saat itu dia berhenti bicara pada siapapun. Dan bersumpah akan menghabisi iblis yang telah membunuh keluarganya. Bagaimana perjalan...