Pagi telah tiba, Kie, Tanjiro dan Nezuko sudah bangun dari tidurnya, sedangkan yang lain masih berada di alam mimpi masing-masing. Nezuko sedang membangunkan adik-adiknya, Tanjiro menyapu halaman belakang rumahnya, dan Kie hendak memasak. Ia terkejut begitu melihat (y/n) tertidur diruang tamu hanya beralaskan tatami. "(y/n)-san! (y/n)-san!" Mencoba membangunkannya berkali-kali.
Setelah mencoba 10× akhirnya (y/n) bangun. Mengerjapkan matanya beberapa kali, duduk kemudian mengucek matanya.
Kie menghela napasnya, ia pikir (y/n) pingsan karena tertidur diruang tamu. Ia meminta (y/n) untuk tidur dikamar, namun (y/n) menolaknya.
Segera bangun dari duduknya (y/n) berjalan keluar rumah. Kebiasaannya dipagi hari tidak pernah berubah. Melakukan perenggangan tubuh, (y/n) berlari kecil mengitari rumah.
"Ah, (y/n)-san kau sudah bangun?" Tanjiro yang sedang menyapu mengentikan kegiatannya.
Seperti biasa (y/n) mengangguk sebagai jawaban. (y/n) ingin membantu Tanjiro menyapu, karena ia tidak bisa bicara ia hanya menepuk bahu Tanjiro dan menunjuk sapu yang dipegangnya.
Tanjiro yang mengerti apa yang diinginkan (y/n) segera menolaknya. "Tidak perlu (y/n)-san, biar aku saja. Pergilah kedalam, aku yakin sarapan sudah siap."
Skip...
Setelah selesai sarapan, Tanjiro bersiap menuruni gunung untuk menjual arang. (y/n) pun berpamitan pada mereka semua dan ikut menuruni gunung bersama Tanjiro, ia tak ingin terus merepotkan keluarga Kamado.
Perjalanan terasa sunyi karena tidak ada yang membuka pembicaraan. Tanjiro melambaikan tangannya, ia pergi kearah yang berlawanan dengan (y/n).
(y/n) POV
Kemana aku harus pergi sekarang?
Ah benar, aku akan tinggal dirumah itu saja. Sekarang aku akan berkeliling desa dulu.
Matahari kini berada tepat di atas kepala, sudah setengah hari aku berada di desa ini, lebih baik aku kembali sekarang. Baru saja aku membalikkan tubuhku, seseorang menabrakku.
Orang itu memiliki rambut kuning dengan ujung kemerahan, "Maaf aku tak sengaja." Katanya.
Aku menganggukkan kepalaku dan tersenyum tipis. "Barang bawaanmu cukup banyak apa kamu perlu bantuan?" Tanyanya lagi.
Aku menggelengkan kepalaku. Ku perhatikan ekspresinya, ia seperti kecewa dengan tanggapanku. Tak lama terdengar suara seseorang, "Rengoku-san, gadis itu tak bisa bicara bukannya ia tak mau bicara denganmu."
Laki-laki yang dipanggil Rengoku itu kembali memasang wajah cerahnya, "Maafkan aku nona, biarkan aku membantu membawakan barang-barangmu."
Baru saja aku ingin menolaknya lagi, ia langsung mengambil barang bawaanku. "Tolong jangan menolaknya."
Karena tak bisa menolak lagi akhirnya aku membiarkan dia membantuku. Kami berjalan menuju hutan, perjalanan terasa sangat ramai karena Rengoku tak berhenti bicara.
'Berisik sekali'
Akhirnya kami sampai dirumah milik kakak-beradik yang sudah ditinggalkan itu. Ya, benar. Aku memang berencana tinggal disini sementara waktu, lagi pula pemiliknya sudah tidak ada.
Setelah dia meletakkan barang bawaanku di teras, aku segera membungkukkan tubuhku. "Jangan begitu nona, aku membantumu sebagai permintaan maaf karena menabrakmu tadi. Kalau begitu aku permisi." Kemudian dia berlari sambil melambaikan tangannya.
Skip...
Malam telah tiba, aku sudah bersiap menjalankan aktivitasku. Tak lupa dengan jubah dan pedangku segera aja aku berlari dan melompat ke atas pohon. Kali ini aku berharap bertemu iblis bulan, bukan cuma mantannya saja. Tapi sepertinya tidak mudah bertemu dengan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimetsu no Yaiba: Silent Assassin
Fiksi Penggemar(y/n) adalah anak yang ceria, namun semua berubah setelah menyaksikan pembantaian keluarganya didepan matanya. Sejak saat itu dia berhenti bicara pada siapapun. Dan bersumpah akan menghabisi iblis yang telah membunuh keluarganya. Bagaimana perjalan...