Yuna terus meneguk ludahnya sendiri dengan susah payah, kedua tangannya menggenggam selimut dengan erat, sementara matanya lurus menatap langit-langit kamar.
Gadis itu terus mengerjapkan matanya, mencoba menghilangkan rasa tegangnya.
Sesekali ia memberanikan diri melirik sosok disampingnya, Yuta yang sedang tiduran dengan posisi memunggunginya.
Lelaki itu jelas belum tidur, ia tampak masih memainkan ponselnya.
Sementara Yuna sedang dalam krisis detak jantung_-
Ia tidak bisa seperti ini, ini tidak aman untuk jantungnya.
"Nakamoto-san, aku tidak apa-apa kok kalau hanya tidur disofa,"
Tidak ada jawaban, Yuna meringis dalam hati, suasananya semakin canggung sampai dimana saat Yuta membalikkan posisinya, menghadap Yuna.
Saat itulah Yuna merasa ia tidak bisa bernapas lagi.
Yuta menatap Yuna tepat dikedua mata gadis itu, tatapan tajam dan dinginnya seperti biasa.
Lelaki itu hanya menatapnya.
Yuna mencoba memejamkan matanya rapat-rapat, namun tidak bisa, seakan tidak sejalan dengan perintah otak, mata itu kembali terbuka dengan lebarnya, Yuna ingin berbalik memunggungi Yuta, juga tidak bisa, tubuhnya terasa begitu kaku.
"Choi Yuna,"
"I-iya?" jawab Yuna tanpa menatap Yuta, matanya terarah lurus ke langit-langit kamar.
"Mulai sekarang, kemari dan tidur, kau mengerti?"
"Nakamoto-san, aku..."
Yuna tidak tidak bisa melanjutkan ucapannya karena pandangannya tiba-tiba berubah menjadi gelap.
"Eh?"
Yuna meraba sesuatu yang menutupi matanya itu, sebuah tangan.
Ya, Yuta menutupi mata Yuna dengan tangannya.
"Tidur," Titah Yuta dengan nada tak terbantah tanpa menjauhkan tangannya sedikitpun.
"B-baiklah,"
...
Yuna terbangun dari tidurnya, dahi gadis bermarga Choi itu tampak berkerut merasakan ada sesuatu yang aneh dengan bantalnya.
Yuna meraba benda yang agak keras itu, dan saat ia membuka matanya, ia tersadar kalau ia menjadikan lengan Yuta sebagai bantalnya.
Dan sang pemilik lengan, entah sejak kapan sudah bangun, dan menatap Yuna dengan tatapan tidak suka, ia langsung menarik lengannya.
"Maafkan aku, Nakamoto-san!" Ucap Yuna dengan panik, ia segera bangkit dan duduk sambil menundukkan kepalanya.
Yuta memijat pelan lengannya.
"Kepalamu itu terbuat dari apa?"
Yuna refleks memegangi kepalanya sendiri, gadis itu menatap Yuta dengan polos.
"Lenganmu sakit sekali, ya?"
Yuta tidak menjawab, ia segera turun dari tempat tidur, berjalan menuju kamar mandi.
Yuna juga bergegas turun dari tempat tidur, merapikannya dan berjalan menuju cermin.
Gadis itu meringis pelan melihat penampilannya sendiri.
"Penampilanku mengerikan sekali," gumamnya miris. Kemudian ia teringat dengan pertanyaan Yuta beberapa saat yang lalu.
"Kepalaku terbuat dari apa?" Yuna mencoba mengetuk kepalanya, kemudian ia meringis sakit karena ulahnya sendiri, "Aduh, keras,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Healer, Mr. Nakamoto! | NAKAMOTO YUTA (Completed)
Fanfiction"Nakamoto-san, can you let me be your healer?" (HANYA CERITA FIKSI)