Yuna hanya bisa menghela nafas berat ketika Yuta mengatakan kalau mereka akan tinggal dihotel yang terpisah dari rekan-rekan seaktivitasnya.
"Yuta, kalau seperti ini aku akan sulit berdiskusi dengan para rekanku," ucap Yuna memberanikan diri untuk protes.
"Kau berani membantah? Lagipula ini salahmu karena tidak bilang kalau Kenta juga ikut diacara itu."
"Aku sungguh tidak tahu tentang itu, bahkan rekanku semuanya tidak ada yang tahu kalau kak Kenta juga ada disini, dia datang begitu saja,"
Yuta mendengus, "Maka dari itu, jangan protes tentang hotel atau kubawa kau pulang sekarang."
Yuna masih merasa keberatan, "Ta-tapi aku harus berdiskusi-"
"Kau punya ponsel, kan? Diskusikan lewat telepon dan hanya datang saat acara intinya dimulai."
Yuna tidak berani bicara lagi, kalau bicarapun tidak akan mungkin didengar oleh Yuta.
Ia pun memilih menghubungi Eunbi untuk meminta maaf karena ia tidak bisa bergabung dihotel yang sama dengan para rekannya.
Dan ketika sampai dihotel yang dimaksud Yuta, Yuna semakin kehabisan kata-kata.
"H-hotel ini? Kau serius?" Yuna melirik Yuta yang dengan santainya turun dari mobil setelah memarkirkannya dengan rapi.
Ini hotel mewah yang pernah mereka datangi beberapa waktu yang lalu, saat mereka juga pergi ke Jepang untuk menghadiri pesta ulang tahun Mei.
Yuta tidak menjawabnya, ia sibuk mengeluarkan dua buah koper dari mobilnya, dan memanggil salah satu pelayan hotel untuk membantunya.
"Yuta! Tunggu aku," Yuna berusaha mengejar Yuta yang sudah berjalan cukup jauh mendahuluinya.
...
Yuna mengernyit bingung melihat nomor kamar yang akan mereka tinggali itu, ia menghampiri Yuta yang sedang duduk dipinggir tempat tidur dan tampak sibuk melepas sepatunya.
"Ini kamar yang sama dengan yang waktu itu, kan?"
Bukan jawaban yang ia dapatkan, Yuta malah dengan santainya balik bertanya.
"Apa yang kau ingat dari kamar ini?"
Terlihat jelas perubahan rona diwajah cantik itu, Yuta tersenyum puas.
"Kemari," Yuta menepuk-nepuk pahanya, yang membuat suhu ditubuh Yuna semakin tidak karuan.
Ia sudah cukup lelah hari ini, dan sekarang Yuta yang seperti itu, memperparah semuanya.
Yuna menurut saja, duduk dipangkuan suaminya itu.
"Kebetulannya, hanya tempat ini yang paling dekat dengan lokasi lokakaryamu,"
"Tapi untuk lima hari, apa tidak terlalu berlebihan?"
"Berlebihan apanya?"
"Kau tidak apa-apa ikut kesini? Bagaimana dengan pekerjaanmu?"
"Kau pikir hanya aku yang bertanggung jawab penuh dengan perusaahaan itu?"
Yuna menggeleng lugu.
"Aku perlu libur, lagipula sedang tidak ada banyak hal yang harus dikerjakan,"
Mendapati Yuna yang hanya diam saja dan menatapnya dengan tatapan polos itu, membuat Yuta mengerang pelan.
Ini karena pikirannya yang memang terlalu kotor atau bagaimana?
Yuna selalu terlihat begitu 'sesuatu' dimatanya, padahal istrinya itu bahkan tidak melakukan apapun.
Cukup lama berada dalam keheningan, dengan kedua pasang mata yang saling beradu pandang, kemudian salah satunya menyerah dengan pertahanan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Healer, Mr. Nakamoto! | NAKAMOTO YUTA (Completed)
Fanfiction"Nakamoto-san, can you let me be your healer?" (HANYA CERITA FIKSI)