Yuna duduk sendirian dikursi sebuah taman yang tidak jauh dari lokasi festival, ia sudah duduk disana sejak beberapa menit yang lalu.
Yuta yang membawanya kesini, setelah insiden yang terjadi antara dirinya dan Kenta.
Sekarang, Yuta meninggalkannya entah untuk apa, dan lelaki itu memintanya tetap duduk diam disini.
Kemudian, setelah menunggu cukup lama, akhirnya Yuta kembali dengan sesuatu ditangannya.
"Aku tahu kau belum makan apapun,"
Yuna melihat apa yang dibawa lelaki itu.
Takoyaki.
"Terimakasih," ucap Yuna pelan, ia menerima takoyaki itu, dan mulai memakannya.
Yuta memandangi Yuna yang sibuk memakan takoyaki, perasaannya berkecamuk, ia merasa sangat marah.
Marah dengan dirinya sendiri.
"Itu belum sempat terjadi, kan?" tanya Yuta dengan tiba-tiba.
Yuna menoleh, memberikan tatapan bingungnya.
"Kenta tidak melakukan apapun padamu, kan?"
Yuna menggeleng sebagai jawaban.
"Lalu kenapa kau tidak beritahu aku kalau pergi dengannya? Kalau saja aku tidak datang diwaktu yang tepat, bagaimana? Kau akan membiarkannya melakukan hal itu padamu?"
Yuna terdiam, pertanyaan Yuta diakhir sedikit menyinggung perasaannya.
"Karena kau sedang bersama Aiko-san, kalian tampak tidak bisa diganggu." jawab Yuna akhirnya.
Yuta menghela nafas berat, "Mereka sepertinya sengaja melakukannya,"
"Maksudmu?"
"Kenta sengaja mempertemukanku dengan Aiko, agar dia bisa menghabiskan waktu denganmu,"
"A-apa hubunganmu dengan Aiko-san memang begitu spesial?"
"Lumayan,"
Jawaban Yuta kali ini sungguh membuat hatinya sakit.
"Kau pasti mengetahui tentang rumor disekolah dulu, bukan?"
Yuna mengangguk pelan kemudian memalingkan wajahnya.
"Kenapa? Merasa cemburu?"
Melihat Yuna yang tidak meresponnya, Yuta merasa tebakannya benar.
"Tidak perlu cemas, aku tidak tertarik dengannya."
"Tapi Aiko-san cantik, dia sempurna."
"Lalu?"
"Ke-kenapa tidak tertarik?"
Yuta berusaha menahan senyum gelinya, dan juga sedikit kagum karena ini pertama kalinya ia melihat Yuna seperti ini.
Wanita itu bertanya tapi tidak melihatnya sedikitpun, Yuna masih memalingkan wajahnya.
Dan hal itu membuatnya gemas, entah kenapa rasa ingin menjahili lebih jauh itu semakin kuat.
"Kalau begitu, apa aku harus menyukainya?"
Benar saja, pertanyaan itu langsung membuat Yuna kembali menatapnya.
Lihat, baru pertama kali ini Yuna menunjukkan raut wajah kesalnya.
Dengan dahi yang sedikit berkerut itu, ia tampak begitu menggemaskan dimata Yuta.
"J-jangan,"
Yuta tidak bisa menahan senyumnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Healer, Mr. Nakamoto! | NAKAMOTO YUTA (Completed)
Fanfiction"Nakamoto-san, can you let me be your healer?" (HANYA CERITA FIKSI)