Yuna menepuk-nepuk pipinya beberapa kali. Gadis itu mencoba menyadarkan dirinya sendiri.
"Pipi, kumohon jangan memerah lagi!"
Kedua pipi Yuna terus memanas jika mengingat saat tadi malam dimana Yuta menggenggam tangannya sampai ia tertidur, itu bukan mimpi.
Ia tahu ini akan terdengar menggelikan tapi kenyataannya ia sangat berterimakasih kepada tuhan yang sudah mendatangkan petir semengerikan itu.
Yuna melirik Yuta yang masih tertidur lelap dengan posisi telentang.
"Nakamoto-san, terimakasih," ucapnya pelan hampir berbisik dengan sudut bibir yang tidak bisa berhenti membentuk senyuman.
Dan sekarang, ia tidak bisa berhenti melihat wajah tampan Yuta.
Sampai ia sedikit tersentak saat mendengar suara erangan kecil dari lelaki itu.
Yuna mulai panik saat mengetahui Yuta sudah bangun, ia segera bangkit dan bertingkah seolah ia sedang merapikan Futonnya.
"S-selamat pagi, Nakamoto-san." Yuna mencoba menyapa.
Seperti yang sudah bisa ditebak, lelaki itu tidak meresponnya, Yuta sudah mengubah posisinya menjadi duduk.
Yuna tersenyum melihat wajah kusut suaminya itu, dengan bibir yang sedikit dimanyunkan. Yuta memang seperti itu setiap bangun tidur.
Yuta mengacak-acak rambut pirangnya, kemudian menggaruk tengkuknya, sampai ia memberikan atensinya kepada Yuna, membuat gadis itu sedikit salah tingkah dan menundukkan wajahnya.
"Kenapa? Ada yang salah diwajahku?" Yuta bertanya seperti itu karena ia menangkap basah Yuna yang tersenyum geli menatapnya.
Yuna segera menggeleng, "T-tidak,"
Yuta tidak ingin membahas lagi, setelah merasa seluruh nyawanya sudah terkumpul, ia segera bangkit dan berjalan keluar kamar milik Yuna itu.
...
Setelah berpamitan dengan kedua orangtua Yuna, keduanya pun segera melanjutkan perjalanan untuk pulang.
Disepanjang jalan yang menghambiskan waktu hampir 4 jam itu, hanya ada keheningan, baik Yuta maupun Yuna, tidak ada yang membuka pembicaraan.
Yuna sangat ingin, tapi merasakan aura Yuta yang tidak tersentuh membuatnya mengurungkan niatnya.
Menahan mati-matian untuk tidak mengatakan hal konyol, seperti berterimakasih atas Yuta yang tadi malam menenangkannya.
Jangan lakukan itu, Yuna. Ia mungkin akan risih.
Sesampainya dirumah, Yuta langsung memarkirkan mobilnya digarasi dengan rapi, ia keluar disusul oleh Yuna dibelakangnya.
Namun saat berada didepan pintu depan, Yuta menyadari sesuatu.
Ia menoleh, mendapati Yuna yang berdiri tak jauh darinya, gadis itu tampak sibuk menyentuh bunga anggrek putih yang baru saja mekar.
"Yuna,"
"Iya?"
Yuta menghampiri Yuna, ia segera menarik gadis itu mendekat, merangkul pinggangnya.
Yuna refleks terkejut, tentu saja.
"Ingat, didalam ada monster,"
"A-ah... kak Momoka?"
Yuta tidak menjawab lagi, ia segera memasukan kode keamanan pintunya dan kemudian pintu itu langsung terbuka..
Dan keduanya langsung tersentak kaget saat sosok wanita cantik dengan senyum lebat menyambut mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Healer, Mr. Nakamoto! | NAKAMOTO YUTA (Completed)
Fiksi Penggemar"Nakamoto-san, can you let me be your healer?" (HANYA CERITA FIKSI)