"Hatchi!"
"Ha-ha-hatchiii!"
Yuta mengerang kesal dibalik selimutnya, ia ingin sekali tidur, tapi suara bersin terus menerus oleh gadis disampingnya itu sangat mengganggunya.
Yuta membalikan tubuhnya, memunggungi gadis yang berstatus sebagai istrinya itu.
Ia masih berusaha memejamkan matanya
"HATCHI!"
Oke.
Lelaki bermarga Nakamoto itu sudah menyerah.
Matanya kembali terbuka lebar.
Dan pada akhirnya ia memutuskan untuk bangkit.
Menatap Yuna yang tampak bergelung dengan selimut sambil duduk bersandar ditumpukan bantal.
Entah sudah berapa lembar tisu yang sudah ia pakai.
"Lihatlah itu, lihat." ucap Yuta sinis.
"M-maaf," cicit Yuna dengan susah payah ditengah suara yang parau karena flu.
Yuta menyipitkan matanya, dalam hatinya terus mengumpat merutuki kebodohan Yuna yang mau saja mengikuti permintaan kakaknya.
"Aku akan tidur disofa kalau kau terganggu,"
Yuta memijat pelipisnya pelan, "Apa gunanya? Kau tetap mengganggu,"
"Kalau begitu diluar?"
"Kau ingin aku terlihat seperti orang jahat?"
Yuna terdiam, ia tidak bisa berkata-kata lagi. Gadis itu hanya bisa tertunduk sambil memainkan kotak tisunya.
Kemudian ia sedikit tersentak karena Yuta tiba-tiba menempelkan punggung tangannya ke dahinya.
Lelaki tampan itu tampak mendengus kesal.
"Ambil obat sana,"
Yuna hanya menggeleng, "A-aku takut ke dapur,"
"Huh?"
"Hantu.. aku takut ada hantu!"
Bagus, ucapan Yuna bisa membuat seorang Nakamoto Yuta ternganga keheranan.
Apa Yuna memang aneh seperti itu? Atau itu karena efek demam flu nya?
Baiklah, Yuta menyerah lagi sekarang.
"Tunggu sebentar,"
Yuna memandangi suaminya yang berjalan keluar kamar sambil mengacak-acak rambutnya itu.
Kemudian, tidak lama lelaki tampan kembali dengan membawa segelas air putih dan obat berjenis sirup.
"Aku tahu sesuatu tentangmu, Yuna."
"Eh?"
"Kau tidak bisa meminum obat yang berbentuk pil, kan?"
Yuna terdiam sejenak, kemudian mengangguk sambil tersenyum.
Entah kenapa, hanya karena hal sekecil itu, ia sudah merasakan beribu kupu-kupu beterbangan diperutnya.
"Ibu yang memberitahu, ya?" tanya Yuna.
"Hm,"
Yuta menyerahkan obat sirup tersebut setelah sebelumnya membukakan tutup obat tersebut.
Yuna meminum habis gelas air putih, kemudian gadis itu menatap Yuta dengan rasa bersalah.
"Maafkan aku, Nakamoto-san, bagaimana nanti jika kau juga akan ikut tertular?"
Yuta menghela nafas pasrah. "Itu sudah pasti,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Healer, Mr. Nakamoto! | NAKAMOTO YUTA (Completed)
Fanfiction"Nakamoto-san, can you let me be your healer?" (HANYA CERITA FIKSI)