18

3.2K 456 42
                                    

Momoka duduk ditengah-tengah Yuta dan Yuna, wanita itu merangkul kedua adiknya itu erat.

Ekspresi Yuta? Sudahlah, tidak usah dibayangkan.

"Kalian pasti sangat terkejut, kan? Sangat senang, kan aku tiba-tiba ada disini?"

Yuta memutar bola matanya malas, sedangkan Yuna tersenyum manis sambil mengangguk.

"Wah, reaksi yang sangat bertolak belakang," kekeh Momoka.

Yuta menjauhkan tangan kakaknya itu dengan kasar.

"Jauhkan tangan kotormu."

"Kau ini kapan berubahnya?! Kapan kau akan bersikap lembut padaku?!" omel Momoka tidak terima dengan perlakuan adik lelakinya itu.

"Mimpi saja," desis Yuta kesal, kemudian langsung beranjak pergi menjauhi Momoka.

Momoka melirik Yuna, "Perangainya buruk sekali, kan? Anak itu memang tidak pernah sopan padaku, bahkan sejak bayi, dia sudah berani menendang wajahku, paling parah saat dia masih kelas tiga sekolah dasar, si berandal itu pernah sengaja mendorongku sampai aku jatuh kedalam sumur kecil dibelakang rumah nenek ini, untung aku masih ditakdirkan hidup." ucap Momoka panjang lebar.

Yuna yang mendengarnya hanya bisa membelalak kaget, "Benarkah?!"

Momoka mengangguk cepat, "Dia tidak pernah minta maaf, walaupun ayah sudah menghukumnya dengan menyita fasilitas komputernya selama dua minggu penuh karena hampir membuat nyawaku melayang,"

Kemudian Momoka tersenyum, "Tapi kemudian, si tsundere itu melakukan hal yang tidak pernah aku duga, kau bisa tebak apa itu?"

Yuna hanya menggeleng.

"Rupanya, dalam waktu dua minggu masa hukuman itu, Yuta menghabiskan waktunya dengan merajut, dia merajut syal untukku. Dengan wajah angkuhnya, dia memberikan syal merah itu padaku, dan juga memberikan dua buah lolipop raksasa."

"Si bodoh itu bilang, dia menemukan lolipop itu ditempat sampah. Tapi siapa yang percaya? Aku yakin ia menabung uang jajannya untuk membelikan lolipop itu,"

Yuna tidak bisa menahan senyum gelinya mendengar cerita panjang lebar dari kakak iparnya itu.

Momoka tersenyum menggoda, ia menyenggol bahu Yuna.

"Hei, bagaimana dengan sikapnya padamu? Apa sudah ada perkembangan yang bagus?"

Yuna diam saja tidak menjawab pertanyaan Momoka, ia menundukkan wajahnya, tapi tidak bisa menyembunyikan senyum malunya.

Momoka semakin penasaran, "Hei, reaksi macam apa itu, adik? Pasti terjadi sesuatu, kan? Ayo ceritakan padaku!"

Yuna hanya menggeleng, "T-tidak ada, kok."

Momoka menyipitkan matanya, "Cih, pelit."

Yuna tersenyum kecil, ia menatap perut Momoka yang sudah mulai membesar itu.

"Apa sudah bisa tahu jenis kelaminnya?"

"Belum, masih harus dua bulan lagi. Kenapa? Kau penasaran? Tidak berniat menyusul?"

"Eh?"

Momoka menunjuk-nunjuk perutnya, kemudian tersenyum jahil. "Ini. Kalau mau, kau harus bekerja sama dengan Yuta,"

Wajah Yuna memerah seketika, "K-kakak!"

Momoka tertawa puas.

...

"Ini kamarmu?" tanya Yuna sambil mengedarkan pandangan menelusuri setiap sudut kamar yang tidak terlalu luas namun masih tetap terlihat mewah itu.

"Ini kamar tamu. Momoka yang tidur dikamarku,"

Let Me Be Your Healer, Mr. Nakamoto! | NAKAMOTO YUTA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang