"Hee... ternyata adikku yang sok keren ini sukanya bermain di-"
"DIAM."
Momoka hanya mencibir mengejek setelah mendapat tatapan membunuh dari adik lelakinya itu.
Satu-satunya orang yang tidak takut dengan tatapan setajam silet milik Yuta tak lain adalah kakaknya sendiri, Momoka.
Yuta menendang koper hitam milik Momoka dengan kesal.
"HEI YUTA! ITU KOPER MAHAL! EDISI
TERBATAS!"Yuta melirik kakaknya dengan sinis, "Hukuman untuk orang tidak sopan yang seenaknya masuk ke dalam rumah orang lain tanpa ijin!"
"Orang lain apanya, kau adikku."
"Aku tidak merasa begitu, kau siapa?"
Momoka mendesis geram, ia ingin sekali memukul wajah adiknya itu tapi mengingat ada Yuna disini, ia mengurungkan niatnya.
"Aku ingin menginap disini untuk beberapa hari," ucap Momoka mengutarakan niatnya.
"Aku tidak mengijinkan."
Momoka mendelik, ia berkacak pinggang.
"POKOKNYA AKU AKAN MENGINAP DISINI."
"Ini rumah siapa?"
"Rumahmu berdiri diatas tanah ayah, jadi aku bebas ingin kesini kapan saja," balas Momoka tidak mau kalah.
Yuta berdecak, "Kau bertengkar dengan suamimu lagi?"
Momoka hanya membuang muka, ia berjalan mengambil kopernya.
Melihat kakaknya yang tidak merespon apapun, Yuta menghela nafas berat.
"Sampai kapan kau akan terus bersikap kekanakan seperti itu? Umurmu itu sudah hampir kepala tiga,"
"Jangan berani membahas umur! Antar aku ke kamar tamu sekarang,"
"Kenapa tidak kabur ke tempat lain saja? Kenapa harus kesini?"
"Ck, aku harus hemat uang, cepat bawakan koperku ke kamar tamu,"
"Tidak mau. Kau bisa jalan sendiri,"
"YU-"
Momoka tidak jadi melanjutkan makiannya saat melihat adik ipar kesayangannya, Yuna, sudah keluar dari kamar mandi.
"YUNA-CHAN! ADIKKU SAYANG!" Seru Momoka dengan heboh, ia tersenyum lebar dan segera memeluk Yuna dengan erat.
Sementara Yuta hanya bisa menggeleng melihat tingkah ajaib kakaknya itu.
"Bagaimana bisa aku punya kakak gila seperti itu?"
....
Momoka menghampiri Yuna yang sedang sibuk menyiapkan makan malam.
"Hai adik, aku ingin membantu, apa yang harus aku lakukan?" tanya Momoka bersemangat, ia menggulung lengan bajunya sampai siku.
"Tidak usah, kakak istirahat saja, aku bisa melakukannya sendiri,"
Momoka memanyunkan bibirnya, ia melirik Yuta yang berdiri cukup jauh dari mereka, kemudian membisiki Yuna sesuatu.
"Kalau aku tidak melakukan apa-apa, bisa-bisa si bodoh itu akan menyeretku paksa keluar dari rumah ini,"
"Kau bilang apa? Mengataiku bodoh?!"
Momoka berdecak sebal, "Tuh kan, telinganya itu sepertinya tidak memiliki kotoran sama sekali,"
Yuna hanya tersenyum geli menanggapi ucapan kakak iparnya itu.
"Kalau begitu, kakak bisa memotongkan sayuran ini? Aku akan mengaduk kuah supnya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Healer, Mr. Nakamoto! | NAKAMOTO YUTA (Completed)
Fanfic"Nakamoto-san, can you let me be your healer?" (HANYA CERITA FIKSI)