Dua tahun kemudian.
"Aku pulang,"
Lelaki tampan dengan setelan kantor yang masih rapi itu berjalan menelusuri ruangan rumahnya.
Dahinya berkerut saat tidak mendapat balasan dari siapapun.
Padahal ini masih pukul tujuh malam. Termasuk awal baginya untuk pulang.
Biasanya paling tidak Yuna akan menyambutnya atau ada sambutan dari putri kecilnya, Yui.
Yap, Yui Nakamoto. Balita cantik yang sudah nerusia hampir tiga tahun itu biasanya akan berlari cepat menyambut sang ayah yang baru pulang dengan suara imutnya.
Aroma harum masakan mulai menusuk indera pemciumannya dan hal itu membuat Yuta segera mengerti kenapa tidak ada yang menyambutnya.
Menyusul dan segera mendapati wanita cantik dengan celemek merah mudanya itu sedang sibuk berkutat di dapur.
"Aku pulang," ulang Yuta lagi.
"Selamat datang,"
Akhirnya sambutan itu ia dapatkan, meski tidak begitu puas karena Yuna terkesan sedikit mengabaikannya.
Tidak ada tatapan dan senyuman manis istrinya itu seperti biasa.
Yuta diam saja berdiri ditempatnya. Ia tahu ada yang salah dengan istri cantiknya itu.
"Makanannya sebentar lagi akan siap," Yuna kembali berucap dengan suara lembutnya namun nada bicaranya terkesan dingin.
Yuta menghela nafas, kalau diam begini ia tidak akan tahu sebabnya.
Yuta berjalan menghampiri Yuna.
"Aku dengar dari salah satu pegawai, tadi siang kau ke kantor, apa itu benar?"
Yuna mengangguk pelan meresponnya.
"Ada apa? Dan kenapa tidak menemuiku?"
Yuna tidak langsung menjawab, menyusun piring-piring makanan di atas meja tanpa menatap Yuta yang terus mengikutinya.
Yuta menahan tangan Yuna, menarik wanita itu mendekat, dan ia mendekatkan wajahnya, berniat menciumnya.
Namun ditolak, Yuna segera mengalihkan wajahnya hingga ciuman itu hanya mendarat di pipinya saja.
"Diam tidak akan menyelesaikan masalah, nyonya,"
Yuta menangkup wajah cantik itu dengan kedua tangannya, berniat mencium lagi.
Kembali tidak berhasil karena Yuna menutup bibir Yuta dengan tangannya.
"Hei,"
"S-siapa gadis yang kau peluk itu?"
"Ha?"
"G-gadis dengan dress putih itu,"
Yuta mengerutkan dahinya, mengingat siapa yang dimaksud istrinya ini.
"Ah, itu. Itu klienku, namanya Aline Kim, juga temannya Momoka,"
"Tidak usah mencemaskan hal itu, Aline itu sama seperti Momoka, dulu aku sering bertemu dengannya saat masih kecil, tidak kusangka dia akan menjadi klienku sebagai perwakilan dari perusahaan suaminya,"
"Jadi pelukan itu hanya sebatas seperti itu saja, karena dia sudah lama tidak melihatku."
"Kalau tidak percaya padaku, kau bisa tanyakan pada Momoka,"
Yuna terdiam mendengar penjelasan Yuta. Dan seketika ia merasa bersalah.
Yuna menundukkan wajahnya, "M-maaf, aku sudah berpikir yang tidak-tidak,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Healer, Mr. Nakamoto! | NAKAMOTO YUTA (Completed)
Hayran Kurgu"Nakamoto-san, can you let me be your healer?" (HANYA CERITA FIKSI)