Part 21 Pergilah

9.7K 499 15
                                    

"Orang itu... Wajahnya... aku mengingatnya.."

Bunda Anika memandang buku sketsa Alesha yang berada diatas meja, tadi putri sulungnya ini sempat sadar sebentar dan meminta untuk dibawakan buku sketsanya. Awalnya Anika tidak mengijinkan namun anaknya mulai berbicara mengenai tanggung jawab, hal itulah yang membuat Anika terpaksa mengabulkan keinginannya.

Bolehkah ia mengatai anaknya ini gila kerja.

Kini Bunda Anika mengambil buku sketsa itu lalu membuka lembar demi lembar untuk melihat bagaimana karya anaknya ini. Senyum muncul di bibirnya saat melihat bagaimana Alesha sangat menikmati pekerjaannya dan mungkin harus ia tarik kembali kata-katanya jika anaknya gila kerja.

Dan ia ingin meralat perkataannya sebelumnya, anaknya bukannya gila kerja cuman sangat menikmati pekerjaannya.

Tapi saat membuka lembar selanjutnya Bunda Anika dikejutkan dengan sebuah gambar wajah yang kemudian dicoret kasar, lembar selanjutnya menunjukan hal yang sama tapi wajah itu semakin jelas dan saat lembar demi lembar Anika buka wajah itu seakan semakin nyata namun masih dicoret kasar.

Hingga di lembaran terakhir terlihat jelas disana ada bekas sobekan, apakah Alesha menggambar orang itu batin Anika cemas. Namun dimana lembaran terakhir itu berada.

Lalu Anika teringat percakapannya sebentar dengan Alesha sebelum putrinya kembali tertidur akibat efek obat yang diminumnya.

"Ara?" Tanyanya serak.

"Ara baik-baik aja. Dia sekarang bersama dengan Mila dan Dira" Jawab Bunda Anika menenangkan Alesha. Namun tak dapat ditutupinya jika hatinya masih mencemaskan Ara yang harus ia tinggal demi menjaga Alesha.

"Pergilah Bunda. Temani Ara. Kejadian itu pasti akan membekas dan membuatnya takut" Ucap Alesha yang matanya mulai sayu.

"Alesha baik-baik aja, pergilah" Tambahnya.

Bunda Anika hanya menggelengkan kepalanya, sebenarnya Anika ingin bersama dengan semua anaknya tapi keadaan tidak memungkinkan untuk itu. Seandainya saja Samuel, tidak... tidak boleh batinnya.

Samuel sudah menemani Alesha selama 24 jam kemaren, ia tak bisa terus menerus merepotkan Samuel dan keluarganya maupun para sahabat Alesha. Padahal tadi Samuel sudah memaksa agar biar dia saja yang menjaga Alesha namun Bunda Anika menolaknya dengan tegas.

Samuel selalu menjaga Alesha selama sepuluh tahun ini dan Anika mengakui ketulusannya dalam hal menyayangi Alesha. Tapi sepertinya baik Samuel ataupun Alesha tidak mempunyai ketertarikan satu sama lain, mereka lebih seperti saudara kembar yang saling melengkapi.

"Bunda.." Panggil Alesha lemah yang disangka Anika telah tertidur.

"Orang itu... Wajahnya... aku mengingatnya.." Ucapnya sebelum tertidur.

Saat sedang memikirkan perkataan Alesha yang tadi, Anika mendengar suara ganggang pintu yang dibuka.

"Kamu datang lagi, nak Ryan..." Ucap Bunda Anika yang mendapati Ryan masuk ke ruang inap Alesha. Ryan hanya tersenyum membalas sambutan Bunda Anika padanya, hanya Bunda Anika lah yang menyambutnya dengan baik selama beberapa jam ini.

"Gimana Alesha tante?" Tanya Ryan yang terlihat membawa beberapa buah seperti Apel dan Jeruk ditangannya.

Anika yang mendengar nama Alesha dipanggil seperti itu, menatap anaknya yang masih tertidur dengan gugup. Ada alasan kenapa Alesha begitu marah saat seseorang memanggil namanya dengan sebutan Alesha. Dan Anika bisa memahami itu, trauma yang dialami putri sulungnya benar-benar hampir membuatnya kehilangan Alesha dulu.

Kembalilah AleshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang