Part 4 Berita Pertunangan

10.1K 530 7
                                    

Ada yang bilang luka yang menganga lebih baik dari luka yang tak terlihat. Namun bagaimana jika kedua luka itu datang di saat bersamaan? Itu adalah hal yang mengerikan bagi Alesha yang terus mengalaminya sampai saat ini.

"Ale, lo denger gak sih?!!" Cekik Mila sambil berdecak pinggang.

Dirinya sudah berbicara panjang kali lebar plus tinggi, tapi sang pendengar seperti tidak mendengar apapun. Membuat Mila menjadi geregetan dengan tingkahnya yang sok cool, padahal dalam hati ia mengakui jika Alesha yang sekarang memang sangatlah dingin.

Alesha pun menghela nafas lelah kemudian di tatapnya sang sahabat yang berdiri tepat di depan meja kerjanya.

"Iya gue dengar, Mila" Jawabnya pelan.

"Astaga Ale, kalau denger ya jawab dong pertanyaan gue!"

"Jangan diem-diem aja" Kesal Mila, biarlah kata orang ia bawahan kurang ajar karena posisi mereka sekarang saat berada di ButiQ adalah atasan dan bawahan, tapi yang paling lama kan posisinya sebagai sahabatnya Alesha.

Alesha pun bersandar ke kursinya sembari mengetuk-ketukkan pensilnya di atas buku sketsanya, seolah sedang memikirkan sesuatu dengan sangat serius.

"Hm" Jawab Alesha kemudian.

Sontak jawaban Alesha yang ambigu itu membuat Mila memicingkan matanya.

"Lo tahu gak jawaban lo ambigu banget?" Ucap Mila mengutarakan pikirannya.

Alesha menyentuh tengkuknya lelah, ia yakin sebentar lagi sahabatnya ini pasti akan mengeluarkan kata-kata puitis, bijak dan mutiara juga skill acting yang tidak main-main.

"Bahkan lo sama sekali gak ada usaha untuk mencari jawabannya" Mila menggeleng-gelengkan kepalanya dengan penuh drama.

"Gue gak nyangka sahabat gue yang pintar ini bakal menyerah dan lebih memilih buat gak jawab pertanyaan gue, seorang sahabat dari orok" Tambahnya di dramatisir.

Alesha menyangga tangannya di meja. Menyaksikan seni drama di hadapannya dengan serius.

"Gue gak nyangka sahabat gue hiks... Sahabat terbaik gue..." Ucapnya dengan penuh penghayatan layaknya seorang aktris sinetron.

Lagi-lagi yang dilakukan Alesha hanya menghela nafasnya karena ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa jika Mila sudah menyajikan drama panggungnya itu.

"Dan sekarang, jawab pertanyaan gue yang tadi, dan jangan bilang gak mau. Titik" Ucap Mila tiba-tiba serius dan juga menyangga tangannya di meja kerja Alesha agar pandangannya langsung ke mata sang sahabat.

"Gue gak bilang gak mau jawab. Seperti yang lo bilang..." Ucap Alesha kemudian terdiam seolah sedang memikirkan sesuatu.

"Karena gue pintar jadi jawabannya harus dipikirkan dulu, bahkan jawaban yang salah sekalipun" Tambahan nya

Mila speechless kemudian tertawa lebih ke tertawa kekalahan, inilah sebabnya kenapa ia selalu kalah dengan Alesha. Karena gadis itu sudah pintar ralat jenius sejak lahir.

"Sabar Mila sabar... Orang sabar di sayang pacar" Ucapnya seraya mengelus dadanya sendiri.

Sedangkan Alesha dengan tenang meneruskan pekerjaannya, yaitu menggambar sketsa.

Mila pun mulai menenangkan diri sekali lagi, sahabat nya ini benar-benar menguji kesabaran nya. Lalu ia menghembuskan nafasnya kasar dan mencoba tersenyum. Dan mulai merangkai kata agar perkataannya kali ini bisa membuat Alesha mengerti.

"Bunda lo nelpon Bang Bayu, dan karena beberapa hari ini.... Bukan... Bukan beberapa hari... karena setelah kepulangan lo dari Bali lo langsung mengurung diri didalam kamar selama seminggu full, fix kita semua khawatir" Jeda Mila lalu menarik nafas.

Kembalilah AleshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang