Part 17 Janji

7.8K 484 17
                                    

"Gak, jangan berterima kasih saat gue merasa jika sedang mengkhianati janji gue pada Ale"

"Gue udah bilang kan, selain alamat ButiQ dan nomor hp nya Ale. Gue gak tau lagi hal lainnya mengenai Ale" Ucap Siska lelah karena terus di tanyai prihal Alesha dan keluarganya. Ia kesal bercampur marah karena ini sudah yang ke lima kalinya ia di teror oleh seorang Ryan hari ini.

"Hp nya gak aktif dan ButiQ nya tutup" Beber Ryan seolah itu adalah salahnya.

Hari ini sudah berkali-kali Ryan mengunjungi ButiQ Alesha namun tutup. Sedangkan nomor hp gadis itu tidak aktif sampai sekarang.

"Ya mana gue tahu kenapa nomornya gak aktif sama ButiQ nya tutup" Jawab Siska seadanya.

"Lo gak ada info lain? Apapun itu gue mohon... Please"

Setelah mendapat kabar jika om Daniel bertemu dengan tante Anika dan Ara, Ryan pun langsung bergerak cepat mencari informasi pada Siska, Ryan baru mengetahui jika Siska adalah teman Alesha saat kuliah di London dulu.

Berarti selama beberapa tahun ini Alesha tinggal di London. Pantas saja ia dan om Daniel sangat sulit mencari mereka. Ditambah lagi seperti ada oknum yang cukup berkuasa yang menutupi jejak mereka, terbukti dengan sulitnya anak buah Ryan untuk mendapat informasi mengenai ButiQ Alesha waktu itu.

"Kalau alamat rumah Ale di London gue tahu. Tapi yang di Jakarta gue kurang tahu. Sumpah deh, lo tahu sendirikan gue baru beberapa bulan balik ke Indonesia"

Ryan menghela nafasnya pelan, seandainya saja ia tahu jika Siska mengenal Alesha, pasti sudah sejak dulu mereka akan bertemu kembali karena Ryan pun sudah lama mengenal Siska.

Namun karena Ryan dan juga Siska tidak begitu akrab hingga tak pernah sekali pun mereka berdua membicarakan hal pribadi termasuk tentang Alesha.

"Ale itu orangnya tertutup banget. Sewaktu kuliah pun kita hanya saling kenal, karena Ale walaupun seumuran sama gue dia termasuk senior gue di kampus"

Ryan masih diam mendengarkan dan dalam hati ia bersyukur karena mendengar jika Alesha baik-baik saja selama ini. Namun ia masih terganggu dengan apa yang dikatakan oleh Mila dan juga Bima waktu itu.

"Bahkan dulu, jika Alesha memilih matipun kita akan terima daripada melihatnya hidup tapi... Seperti orang mati"

"Apa pernah terjadi hal yang buruk kepada Alesha? Seingatku dulu dia bukan tipikal orang yang pendiam" Tanya Ryan penasaran.

"Gue juga kurang tahu cuman... gue pernah dengar rumor tentang Ale di kampus. Kalau dia itu psycho..." Ucapan Mila terhenti ketika melihat Ryan terkekeh tidak percaya.

"Jangan ngarang deh" Ucap Ryan menggelengkan kepalanya.

"Beneran. Gue pernah lihat beberapa kali ditangan Ale tuh kadang-kadang ada luka, rumornya sih itu karena korbannya yang balik membalas Ale tapi... balik lagi itu cuman rumor" Ucap Siska karena kurang nyaman menggosipkan teman yang telah banyak membantunya itu.

" Mungkin yang dikatakan sahabatnya waktu itu adalah sebuah rumor juga" Gumam Ryan yang dapat didengar oleh Siska.

"Setahu gue dia punya tiga orang sahabat dari Indonesia yang sering berkunjung saat liburan tapi... Gue yakin lo pun yang ngaku kenal dari kecil dengan Ale pasti kenal dengan mereka juga kan" Jelas Sisk dan itu adalah info yang keberapa sudah ia berikan pada Ryan.

"Info yang satu itu percuma" Balas Ryan.

Ryan menghela nafas frustasi, kembali berurusan dengan ketiga sahabat nya Alesha sama saja dengan ia tidak akan mendapat info apapun, walau ia memiliki nomor Hp mereka sekalipun.

Kembalilah AleshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang