Part 11 Cinta, Benci dan Kemarahan

9.1K 559 4
                                    

"Saking marahnya aku bahkan bingung, apa aku masih punya perasaan yang lain"

Alesha seperti biasa sedang menggambar di buku sketsanya saat Mila masuk dan langsung duduk di hadapannya. Alesha memandang sahabatnya sejenak lalu kembali meneruskan pekerjaannya.

Mila yang melihat sang Boss sedang dalam mode serius bekerja semakin bingung bagaimana mengatkannya.

Kini sekitar 15 menit sudah berlalu, Alesha merasa ada yang aneh dengan sahabatnya itu, Karena tidak biasanya Mila diam tanpa berkata apa-apa seperti sekarang.

"Kenapa?" Tanya Alesha langsung menatap mata sahabat nya dan meninggalkan apa yang sedang di kerjakannya.

Mila meneguk ludahnya berat. Lalu tersenyum aneh. Sangat mencurigakan pikir Alesha.

"Enggak gue cuman merasa kalau sahabat gue ini kok bisa cantik luar biasa"

Alesha mengerutkan dahinya bingung. Kemudian meletakan pensilnya di atas meja, tanda jika ia akan menyimak dan mendengarkan apapun yang akan dikatakan sahabatnya ini.

"Ditambah lagi kebaikan hatinya yang selalu memaklumi semua kesalahan yang dilakukan oleh sahabatnya yang hari ini menimbulkan sedikit masalah dan juga tadi malam..."

Mila melihat reaksi Alesha yang memandangnya diam dan penuh tanya, dalam hati Mila menyeringai dan berkata jika inilah kesempatannya untuk mengatakan perihal pertemuannya dengan Ryan tadi malam dan masalah yang ia buat tadi pagi karena Ryan.

Mila merapikan poninya dan diselipkannya di sela telinga.

"Langsung aja Mila" Ucap Alesha yang tidak sabar, karena masih banyak pekerjaan menunggunya.

"Ini gue udah mau ngomong" Lirihnya dengan tersenyum lemah.

"Jadi gini loh Ale, tadi pagi tuh....."

DrrrDrrrrrttDrrttt

Alesha mengangkat tangannya agar Mila jangan dulu mengatakan apa yang ingin dikatakannya. Mulut Mila menganga tidak terima, siapa sih yang menelpon saat ia hendak mengakui kesalahannya pada Alesha.

Sial dirinya kehilangan momentum rutuk nya dalam hati.

Melihat wajah muram juga masam sahabat nya, Alesha pun berucap "Gue angkat ini dulu. Dari Bunda"

Dan langsung Alesha menggeser tombol hijau untuk mengangkat panggilan telepon dari Bundanya itu.

"Hm. Iya Bun?"

Tatapan mata Alesha langung berubah, yang tadinya biasa saja dan tenang kini memancarkan kesan dingin.

"Jadi Ari?" Ucap Alesha memejamkan matanya untuk lebih menyimak apa yang tengah dikatakan Bundanya di ujung telepon.

Kepalanya tiba-tiba terasa sedikit sakit sekarang.

Mila menutup matanya kesal, ini bukan waktu yang tepat untuk membahas Ryan karena ia bisa merasakan jika Alesha dalam mode menakutkan. Lihatlah sekarang boss nya kembali mengambil pensilnya dan langsung mencengkram pensil itu dengan kuat.

Dengan sigap Mila pun mengambil pensil dari tangan Alesha. Dan Alesha hanya diam saat pensilnya diambil, ia masih serius mendengar apapun yang dikatakan bundanya.

"Hm. Aku pulang sekarang" Putusnya lalu mematikan panggilan telepon itu. Lalu dipandangnya Mila sebentar.

"Gue balik bentar. Soal yang mau lo omongin, bisa nanti aja kan?" Tanyanya.

Mila mengangguk dengan semangat. Memang ia tak ingin melanjutkan yang tadi, tapi entahlah Mila juga bingung kapan harus membahasnya kembali.

"Oh iya, Kenapa sama Bunda? Ada masalah apa Ari, berantem lagi?" Tanya Mila yang juga penasaran ada apa dengan Bunda Anika.

Kembalilah AleshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang