Part 12 Masa itu

7.9K 501 27
                                    

Maka untuk pertama kalinya Alesha belajar untuk melepaskan, tapi kenapa? Untuk melepaskan, ia yang harus lebih terluka?

Daniel langsung mengerahkan seluruh anak buahnya untuk mulai melakukan pencarian kepada keluarganya yang bisa di pastikan berada di Jakarta. Ia harus segera menemukan mereka dan menebus kesalahannya walaupun ia yakin itu akan sangat sulit apalagi setelah pertemuannya dengan Ari waktu itu.

Daniel bisa merasakan kebencian putranya itu. Dan ia harus siap dengan kebencian dan kemarahan yang akan datang dari Anika, Alesha dan juga Ara.

"Untuk apa lagi kau mencari mereka yang tidak ingin bertemu denganmu hah?" Bentak Ian yang mendengar perihal Ari yang hampir saja menghajar Daniel, ditambah lagi Ian begitu ngeri melihat wajah Dany yang sangat babak belur.

"Bukan urusan anda" Jawab Daniel dingin.

"Apa kau benar-benar ingin di hajar oleh anakmu sendiri hah bodoh!" Balas Ian tak kalah dinginnya.

"Bahkan di bunuh olehnya pun saya siap, asal itu bisa mengobati luka yang pernah saya ciptakan" Sahut Daniel yakin akan ucapannya sendiri.

Rasa rindu dan rasa bersalahnya bahkan sudah lebih dulu membunuhnya selama ini.

Ian terkekeh sinis melihat kebodohan putranya.

"Lalu apa rencana mu jika sudah bertemu mereka, apa ada yang bisa mama bantu?" Tanya Ayana, yang tiba-tiba masuk. Jujur Ayana lebih mendukung anaknya, karena ia tidak tega melihat putra satu-satunya menderita selama ini.

Ian mendengus mendengar perkataan istrinya.

"Cukup jangan menghalangi aku untuk menemukan mereka" Ucap Daniel jujur kepada Ayana yang langsung tertunduk lesu. Ayana mengakui kesalahannya dulu yang enggan menerima Anika sebagai menantunya dan ikut membantu suaminya untuk menghasut Daniel agar meninggalkan keluarganya.

Seandainya saja Ayana dulu tidak termakan gengsi karena memiliki menantu yang miskin mungkin kini anakanya masih hidup dengan bahagia bersama keluarganya.

"Dasar, kau pikir kau mampu membahagiakan mereka yang telah kau tinggalkan begitu saja?" Tanya Ian meremehkan.

"Saya akan melakukan apapun untuk membahagiakan mereka, bahkan jika harus meninggalkan keluarga ini. Apapun asal terus bersama mereka"

"Kau pikir mereka bodoh. Jangan harap mereka mau, aku sangat yakin bahkan mereka tidak sudi mengakui mu sebagai Ayah mereka" Timpal Ian.

"Bukankah sudah saya bilang apapun akan saya lakukan agar bisa menebus semua kesalahan saya dan membahagiakan mereka" Tantang Daniel dengan perkatannya.

"Bahkan dengan melepas semua yang kau punya? Yang sudah kau perjuangkan selama ini?"

"Bahkan melepas nyawa saya sendiri. Saya bersedia" Ujar Daniel.

"Dasar bodoh" kata Ian lalu keluar dari ruangan anaknya diikuti sang istri yang kini sudah berada di pihak anaknya.

Daniel mengambil foto di atas mejanya dengan air mata yang mulai mengalir, ia memeluk foto tersebut.

"Maafkan Ayah" Isak nya.

Dibalik pintu ruangan kerja Daniel selepas kepergian Ian dan Ayana, Raya pun datang membawakan teh untuk sang mantan suami. Namun ia hanya bisa mematung saat melihat Daniel sedang menangis seraya menatap foto Keluarganya dulu.

"Maafkan aku mas. Maafkan aku mba Anika. Apa yang harus kulakukan agar kalian bisa bahagia?" Lirihnya menangis dalam diam.

Flashback

Kembalilah AleshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang