Part 18 Firasat

8.1K 495 20
                                    

Katakanlah Ara lemah, tapi jika pada dasarnya ia adalah seorang yang mudah memaafkan seperti Bundanya, maka semarah apapun Ara pada akhirnya hatinya akan mudah luluh juga.

Tanpa sepengetahuan Bunda dan Ari, Ara pun nekat datang sendirian untuk menghadiri acara pernikahan kakaknya Siska. Ara tidak ingin keluarganya tahu jika dirinya datang untuk menemui Ayahnya.

Ara takut mereka akan melarangnya, padahal ia hanya ingin memastikan keadaan Ayahnya saja.

Ara masih ingat kemarin Kak Siska mengiriminya pesan jika Ayahnya jatuh sakit dan berharap bisa bertemu dengannya lagi. Ara sempat ragu, tapi kerinduannya pada sosok sang Ayah mengalahkan segala keraguannya itu.

Apalagi jika teringat kata-kata kasar nya waktu itu, pasti sangat menyakiti hati Ayahnya.

Katakanlah Ara lemah, tapi jika pada dasarnya ia adalah seorang yang mudah memaafkan seperti Bundanya, maka semarah apapun Ara pada akhirnya hatinya akan mudah luluh juga.

Dulu Ara dan Ayahnya Daniel sangatlah dekat, apalagi banyak sekali kenangan bahagia yang diberikan Ayanya pada Ara. Dan jujur ia merindukan itu semua.

Selama ini Ara ragu untuk menceritakan isi hati dan pikirannya pada kedua saudaranya, terlebih pada kakaknya Alesha. Karena ia yakin mereka tidak akan mengerti akan perasaan rindu dihatinya.

Dan saat ini Ara sedang memasuki lift untuk menuju Ballroom tempat acara pernikahan kakanya Siska dilaksanakan, namun entah kenapa ia merasa sangat bersalah. Pasti ini karena ia telah berbohong dengan berpura-pura pamit kepada Bundanya jika dirinya hendak ketempat temannya untuk kerja kelompok.

"Maaf Bunda" Batin Ara.

Tapi disatu sisi, Ara merasa kurang nyaman dan takut. Karena saat didalam lift hanya ada dia dan seorang lelaki yang sedari tadi tidak lepas memandangi nya.

Bulu kuduknya meremang karena dipandangi sedemikian rupa dari belakang, Ara bisa melihat itu dari pantulan kaca di pintu lift.

Syukurnya saat Ara merasa semakin tidak nyaman, lift pun berhenti dilantai yang ia tuju.

Dan pada saat ia hendak melangkah kan kakinya untuk keluar dari lift sebuah tangan menariknya kembali masuk. Ara pun berteriak kencang.

~~~

"Bunda kenapa?" Tanya Ari seraya meyendok nasi goreng ke mulutnya, saat ini ia dan Bundanya sedang berada di kantin rumah sakit.

Alesha? Ada Samuel yang menjaganya, pemuda itu jugalah yang menyuruh Anika dan Ari untuk makan dikantin.

"Bunda" Panggil Ari sekali lagi saat sang Bunda tak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Ini loh Ara... Dari tadi belum membalas Chatnya Bunda..." Ucap Bunda Anika yang masih memperhatikan Chat terakhir Putrinya yang mengatakan jika ia masih dijalan.

Ari mengerutkan dahinya, mengingat-ingat perkataan Ara tadi yang katanya mau ke rumah Rere. Tapi bukankah jika dari rumah sakit paling tidak memakan waktu sekitar 20 menitan untuk kesana dan ini sudah satu jam lebih Ara belum mengabari Bundanya.

Jangan bilang kembarannya itu mengikuti jejek sang kakak yang tiba-tiba saja menghilang kemarin. Ari pun langsung menghentikan melahap makanannya dan mengambil Hp di kantong bajunya. Ari hendak melakukan panggilan telepon kepada kembarannya itu, namun Ara tak kunjung menjawab panggilannya.

Tidak habis akal Ari pun mengetikan chat di beberapa Grup whatsAppnya.

"Biar Ari tanyain ke group, siapa tau aja salah satu teman Ari punya nomornya Rere" Bunda Anika pun hanya mengangguk mengiyakan.

Kembalilah AleshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang