Part 9 Ariandra Hatmaja

7.8K 493 3
                                    

Dan pukulan nya ini tidak ada artinya jika mengingat apa yang sudah mereka lakukan kepada keluarganya.

Sepulang sekolah Ari dan Ilham teman nya sedang jalan-jalan di salah satu pusat pembelanjaan yang berada tidak jauh dari rumah mereka dan tanpa mengganti seragam sekolah terlebih dahulu.

Mereka mengunjungi toko yang menjual berbagai macam peralatan video game. Ari sama seperti anak muda lainnya yang benar-benar sangat menyukai bermain game saat memiliki waktu luang ralat setiap hari.

Bahkan dihari Free nya yaitu hari minggu ia bisa mengurung diri seharian di dalam kamar, untung saja Bunda Anika dan Alesha tidak pernah protes dengan hobinya selama tidak mengganggu aktivitas belajar nya dan yang pasti kesehatan nya sendiri.

"Pokonya gue harus masuk 3 besar di Olimpiade kali ini" Tekad Ari yang sedang memandang salah satu perlengkapan video game yang sudah lama ia idam-idamkan.

"Tuh barang mahal banget Ari, yakin lo bakal di beliin kalau masuk 3 besar?" Tanya Ilham, ia sudah mengenal keluarga sahabatnya ini dengan baik.

"Eh kakak gue itu paling anti melanggar janji. Ngomong aja irit, berarti apapun yang kakak gue janjikan benar-benar dipikirin nya" Ucap Ari yakin mengingat selama ini Kakaknya itu selalu menepati segala janjinya.

"Wah enak banget punya kakak kayak kak Ale... Apa daya yang Anak tunggal kayak gue" Ucap Ilham yang terkadang iri melihat kedekatan kakak adik tersebut.

"Tapi mana Abang lo... Katanya udah sampai di sini?" Sambung Ilham yang celingak celinguk mencari seseorang.

"Tadi sih katanya mau ke.... Duh" Ucap Ari terputus karena saat bejalan ia tak sengaja menabrak seorang laki-laki.

"Sorry sorry bro" Ucap Ari langsung tanpa melihat seseorang yang tidak sengaja di tabraknya dan dengan sigap ia pun mengulurkan lengannya hendak membantu lelaki itu berdiri.

Lelaki itu hanya mendengus kasar. Tubuh Ari sangat lah kuat hingga saat bertabrakan hanya lelaki itu yang jatuh tersungkur.

"Kalau jalan itu pake mata, jangan pake mulut!" Ucap nya sinis lalu langsung berdiri mengabaikan uluran tangan Ari dan dengan marah kemudian berjalan pergi.

"Abang juga kalau jalan pake mata bukan pake tangan" Ilham menyidir lelaki itu karena matanya tadi lebih focus ke Hp saat berjalan.

"Husss... Lo nin!" Ucap Ari menghentikan Ilham, untung lelaki itu tidak mendengar perkataan temannya ini.

"Lo sih ... makanya jalan pake kaki bukan pake mata atau mulut" Sungut Ilham, untung saja lelaki itu tidak memperpanjang masalah batinnya.

"Lo juga ngajak gue ngobrol jadi gak konsen lihat ke depan" Bela Ari yang secara tidak langsung menyadari kesalahannya.

Ilham hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Kemudian Ari dan Ilham pun berjalan ke dekat Gramedia tempat janjian mereka untuk bertemu dengan Samuel. Abangnya itu ingin mentraktir mereka makan agar lebih semangat untuk menghadapi olimpiade yang sebentar lagi akan dilaksanakan.

Sama seperti Kakaknya yaitu Alesha yang genius hingga mempermudahnya untuk masuk kuliah lebih muda dari umurnya. Ari pun mempunyai kecendrungan genius pada hal menghitung.

Jadi jika ada yang bertanya cita-cita nya ingin jadi apa, maka dengan yakin ia akan menjawab menjadi seorang dokter.

"Kalau gue jadi dokter apa masih ada waktu yah buat main game?" Tanya Ari.

"Setahu gue nih sebelum jadi dokter jam terbang lo padat banget... Jadi gue gak bisa jawab" Ucap Ilham kemudian mereka tertawa tidak jelas.

Saat sedang menunggu dan sedikit mengobrol tiba-tiba saja kerah baju Ari ditarik oleh seorang laki-laki yang tadi tidak sengaja di tabrak olehnya.

Kembalilah AleshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang