Karena entah kenapa, langit biru diatas sana sangat menenangkan dan juga menyenangkan. Dan akhirnya ia bisa melihatnya lagi, tak akan mungkin ia melupakan perasaan ini. Ia bahagia walau hanya sekejap.
10 tahun yang lalu...
Disaat orang itu tengah menikmati permainannya dengan masih mendesah kan nama Alesha. Sedangkan Alesha yang terpaksa harus terus melihat itu semua dengan masih menutup kedua telinganya tanpa sengaja melihat Zivana dengan sisa kekuatannya meraih dan melemparkan celana orang itu kearahnya secara diam-diam.
Alesha yang kini pikirannya sedang kacau dan juga diliputi amarah langsung mengambil celana lelaki itu sebelum ia menyadarinya. Alesha langsung mengeluarkan dua buah pisau dan kunci gembok sel dari kantong celana lelaki itu dengan tergesa-gesa. Dan dengan tatapan yang memancarkan penuh kemarahan pada lelaki itu, yang masih diliputi gairah akan apa yang sedang diperbuatanya.
Alesha pun perlahan berdiri dan mencoba membuka gembok sel nya. Lelaki itu masih tidak menyadari jika Alesha sudah berhasil membuka kunci gembok sel yang mengurungnya.
Ditangannya ia mengacungkan sebuah pisau dan nampak tangannya sangat gemetar. Alesha pun berjalan perlahan mendekatinya, saat itulah ia dengan segenap kekuatannya menancapkan pisau kebahu orang itu, menumpah kan segala kemarahan dan kesakitan yang selama ini telah ia pendam.
Dan juga membalaskan dendam akan apa yang telah ia lakukan ada Zivana, Lara dan juga Eveline.
Orang itu berteriak kesakitan saat merasakan sebuah pisau yang tertanam cukup dalam didaerah bahunya dan sebelum orang itu bangkit, Alesha dengan pisau yang masih ada ingin sekali lagi mengoyak habis orang itu hingga musnah dari bumi ini, namun Zivana menahannya.
"Jangan jadikan dirimu... pembunuh, Alesha" Ucapnya lemah masih terbaring dilantai dengan keadaan yang sangat mengenaskan.
Zivana bisa melihat dengan jelas tatapan membunuh dimata Alesha dan itu harus dihentikan pikirnya.
Alesha pun langsung tersadar dengan apa yang tadi diperbuatnya. Hampir saja ia menjadi seorang pembunuh kepada manusia keji di hadapannya. Tapi entah kenapa, disaat bersamaan ketika Zivana menyebut namanya ia merasa sangat jijik. Nama itu terus mengingatkan dirinya akan desahan lelaki gila itu.
Matanya menatap darah yang menempel di pisau. Lalu beralih pada tangannya yang masih gemetar, juga bersimbah darah. Dan Alesha langsung menendang orang itu agar menjauh dari Zivana.
"Kakak akan menunggu kamu disini, kakak tidak ingin menjadi beban di kesempatan kita"
Alesha yang mendengar itu menggelangkan kepalanya berkali-kali, seolah tidak setuju dengan apa yang dikatakan Zivana. Tentu saja, bagaimana mungkin ia meninggalakannya disini.
"Pergilah jangan sia-sia kan kesempatan ini" Tambahnya. Alesha tahu itu tapi bagaimana jika orang itu...
"Argghhhhh" Teriak lelaki itu kesakitan.
"Kau" Tambahnya menatap tajam Alesha dan hendak bangkit berdiri menangkap Alesha namun luka yang disebabkan Alesha sungguh membuatnya kesakitan hingga menyulitkannya untuk berdiri.
"Pergilah... Kumohon" Ucap Zivana mendorong Alesha.
"Seharusnyaa kau tidak perlu melakukan itu Kak. Kesempatan tidaklah harus mengorbankan salah satu dari kita" Ucap Alesha lalu berlari keluar dengan terpincang-pincang. Ia harus mencari bantuan dan mengeluarkan mereka dari sini. Hanya itu satu-satu nya jalan agar mereka bisa selamat.
Alesha yang masih ingat struktur bangunan tempat ini memutuskan untuk tidak keluar gedung, ia hanya membuka kunci pintu nya agar orang itu mengira jika Alesha keluar. Rencana pelarian ini sudah Alesha pikirkan ratusan kali, jika dirinya berhasil bebas maka ia hanya akan mencari ruangan itu, ruangan kerja orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembalilah Alesha
RomanceAyahnya pergi mengkhianati kepercayaan nya. Dan dia, cinta pertama nya pergi meninggalkan dirinya. Kejadian yang lebih buruk bahkan mengikutinya. Saat Alesha berjuang untuk kesembuhan nya demi orang-orang di sekitarnya. Mereka kembali, meminta kesem...