Part 10 Kontrol Diri

8.2K 564 9
                                    

"Dengarkan ini baik-baik. Bahkan jika anda mati pun, tidak akan membuat saya lebih baik. Karena anda harus hidup, agar benar-benar merasakan apa itu neraka dunia dan saya sendiri yang akan membuat anda merasakan itu!"

Selepas melakukan check up di rumah sakit dengan di temani oleh Nayla, mereka pun menuju salah satu pusat pembelanjaan untuk menemui Dany yang hari ini mengajak mereka untuk makan siang bersama.

"Ayah denger kan apa kata Dokter Ilham" Kata Nayla pelan seraya menggandeng lengan Ayah tirinya itu.

Melihat Daniel yang diam dan terlihat lesu membuat Nayla menghela nafasnya pelan.

"Ayah..." Panggil Nayla menyadarkan Daniel dari lamunannya.

"Maaf nak Ayah cuman lagi kepikiran sesuatu" Jawab Daniel dengan tersenyum simpul.

"Nayla ngerti kok yah... Tapi coba deh Ayah pikir, gimana kalau keadaan Ayah drop, pasti Ayah gak bakal bisa kan bertemu mereka" Ucapan Nayla ada benarnya dan diangguki oleh Daniel.

Dirinya harus sehat, bagaiamnapun bertemu kembali hanyalah awal bagi nya untuk memperbaiki semuanya.

Kini mereka pun menaiki escalator, dengan Nayla yang terus saja memperingatinya agar memperhatikan kesehatan nya baik itu menjaga pola makan dan juga pikiran. Walaupun Nayla dan Dany adalah anak tirinya namun tidak pernah sekalipun Daniel menganggap mereka begitu.

Dan saat mereka sudah tiba di lantai tiga pusat perbelanjaan itu, betapa terkejutnya Daniel dan Nayla karena mendapati Dany yang sedang dihajar habis-habisan oleh seorang anak SMA.

Daniel pun tanpa membutuhkan waktu lama langsung tersadar dan mengenali siapa yang ada di hadapannya yang tengah menghajar Dany. Seseorang yang sudah lama tidak dilihatnya, Putranya yang sangat dirindukan nya, yaitu Ariandra Hatmaja.

"Lepas" Bentak Ari yang langsung memutuskan kontak mata di antara kedua Ayah dan anak tersebut.

"Ari...Ayah..."

"Lepas saya bilang, apa anda tuli hah? Tangan anda membuat saya merasa gatal. Menjijikan..." Potong Ari tanpa memberikan sedikitpun kesempatan Ayahnya untuk berbicara.

Walaupun sangat terkejut dengan sikap anak lelakinya yang sudah sangat berubah ini, Daniel pun dengan berat hati melepaskan pegangan tangannya dari Ari.

Ari tersenyum sinis lalu kembali melayangkan pukulannya ke wajah Dany. Sontak hal itu membuat Daniel sekali lagi harus menahan tangan putranya.

Teriakan Nayla terdengar melihat sang Kakak akan di pukul lagi. Gadis itu menutup matanya takut.

"Ari stop... Jangan memukul Dany lagi, kasian, wajahnya sudah terluka seperti itu..." Pinta Daniel lemah matanya menatap sendu kepada Ari, penuh dengan kerinduan.

Ari menghentakkan tangannya kasar dari pegangan sang Ayah ralat Ayah tiri orang itu "Oh, apa anda ingin menggantikan posisi anak anda? Lagipula sudah tidak ada lagi tempat untuk mengukir luka di wajahnya"

Sontak hal itu membuat semua yang mendengar terkejut.

"Ari sudah jangan gitu sama orang tua" Peringat Ilham, sebenarnya ia tak masalah jika temannya ini memukuli si Dany tapi kalau sampai memukuli Daniel rasanya itu kelewat batas.

Nayla yang juga menyadari jika di depannya ini adalah anak Ayahnya mencoba untuk menghentikannya.

"Ari ingat, Ayah masih Ayah kamu juga" Ucapnya memohon agar Ari sadar.

Ari tertawa keras nyaris berlebihan, astaga perutnya sangat sakit mendengar perkataan cewek dihadapannya ini.

"Ayah?" Tanyanya sinis lalu mencengkram kerah Daniel.

Kembalilah AleshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang