"Seharusnya kau tidak melakukan itu Kak Zivana. Kesempatan tidak harus mengorbankan salah satu dari kita"
10 tahun yang lalu...
Kebiasaan seseorang terkadang dapat menjadi sebuah kelemahannya, dan untuk Alesha kebiasaan orang itu adalah salah satu peluang agar dia dan Zivana bisa keluar dari sini. Kini yang harus Alesha lakukan adalah mengamati dan mengingat semua kebiasaannya sedetail mungkin.
Tapi ditengah itu semua dia juga harus bersabar dan menerima rasa sakit yang diterimanya hampir setiap hari. Setelah lebih dari tiga minggu Alesha terkurung disini dengan banyak luka di daerah tangannya, ia hampir saja melupakan jika kesiapan mental juga diperlukan.
Kemungkinan orang itu menjatuhkannya secara mental pastilah ada, kini Alesha hanya bisa berharap orang itu hanya akan terus melukai fisiknya tanpa melukai batinnya yang sudah lemah ini. Dan tanpa diduga Alesha, pada hari itu dirinya mendapatkan trauma terbesar di hidupnya.
Hari ini sama seperti biasanya, saat orang itu masuk ia mendapati Alesha yang langsung membuka kedua matanya dan Zivana masih tertidur. Alesha yang sudah mengetahui kebiasaan orang itu merasa sedikit aneh karena biasanya lelaki itu akan membangunkan dirinya dan Zivana namun kini ia hanya memandang mereka berdua dan tatapan itu mengandung banyak arti.
"Apa yang kau lihat? Cepat berikan pisau itu dan segeralah pergi dari sini" Ucap sinis Alesha tanpa memandang orang itu sama sekali.
Orang itu masih diam, seharusnya dia sudah melemparkan sebilah pisau dihadapan Alesha dari kantong celana jens nya.
"Kamu tahu gadis manis. Aku baru saja mendapatkan sebuah info yang sangat menarik, Alesha Hatmaja..."
Alesha yang mendengar namanya disebut langsung mendongakkan wajahnya, bagiamana bisa orang itu tahu namanya? Selama ini saat orang itu bertanya namanya, Alesha maupun Zivana tidak pernah mengatakan apapun bahkan Zivana tidak mengetahui nama lengkapnya.
"Terkejut Alesha Hatmaja, putri rahasia seorang konglomerat Daniel Hatmaja? Kudengar ayahmu akan menikah apakah kau tidak diundang" Tawanya menertawai wajah Alesha yang pucat pasi.
"Bagiamana?" Ucap Alesha kelu.
Lalu ia menunduk kan tubuhnya agar bisa menyamai Alesha yang terduduk lalu membisikkan kata-kata yang membuat Alesha merinding takut "Bagiaman aku tahu itu tidaklah penting Alesha. Yang harusnya kau tahu, itu artinya jikau kau kabur pun kau tidak akan bisa bebas dariku. Karena sangat mudah untuk mencarimu. Terutama adik mu yang manis itu"
Alesha memandang orang itu tidak percaya, bahkan dia tahu tentang Ara. Ditengah semua tekanan yang diberikan orang itu pada Alesha, tiba-tiba saja Zivana ditarik lelaki itu untuk dibawanya keluar sel. Namun Alesha menahan baju Zivana dengan seganp tenaga yang ia miliki, karena entah kenapa perasaan Alesha tidak enak.
"Mau dibawa kemana kak Zivana?" Tanya Alesha tanpa melepaskan genggamannya pada baju Zivana.
Orang itu tertawa lalu ditariknya Zivana dengan kasar hingga Zivana kini berada dalam kukuhannya. Alesha pun yang masih terduduk mendongakkan wajahnya menatap nyalang pada lelaki itu.
"Apa Zivana tidak mengatakannya padamu Alesha...? Jika kemarin saat kau tertidur dia memohon agar memberikannya surga padanya"
"Padahal aku ingin melakukannya dengan mu, Alesha... Tapi tidak apa-apa toh aku sudah sering melakukannya dengan Zivana" Ucapnya menyeringai.
Alesha tanpa diberitahu pun tahu, ia cukup paham apa yang sudah terjadi dengan Zivana. Bahkan Alesha lebih tahu apa akibatnya pada Zivana, yang orang itu sendiri tidak mengetahuinya. Dan di saat pikirannya sedang teralihkan, Zivana dan orang itu sudah diluar sel. Orang itu tanpa basa basi melepaskan seluruh pakainnya dan Zivana terlihat pasrah dengan apa yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembalilah Alesha
RomanceAyahnya pergi mengkhianati kepercayaan nya. Dan dia, cinta pertama nya pergi meninggalkan dirinya. Kejadian yang lebih buruk bahkan mengikutinya. Saat Alesha berjuang untuk kesembuhan nya demi orang-orang di sekitarnya. Mereka kembali, meminta kesem...