Prolog (Temu)

85 4 0
                                    

Alya kecil sangat dimanja. Bahkan apapun yang ia inginkan selalu dipenuhi oleh kedua orangtuanya. Kedua orangtuanya sangat sayang kepada dirinya. Oleh karena itu ia selalu jadi nomor satu. Ia juga merupakan anak tunggal jadi tidak salah lagi kedua orang tuanya sangat mencintai dirinya.

Kebahagiaan nya sangat terasa lengkap. Kala itu. Ia mendapatkan semua apa yang ia inginkan.Kedua orangtua yang baik dan sayang terhadapnya,Teman yang banyak juga banyak orang yang mencintainya.

Ia sangat bahagia sekali. Rasanya dirinya diberi keberuntungan oleh Tuhan karna bisa mendapatkan kehidupan yang baik. Tidak pernah terpikir oleh dirinya pun bahwa kebahagiaan itu sifatnya sementara. Yang terasa lengkap pun tidak sepenuhnya lengkap. Yang utuh tak benar benar utuh. Pasti ada celah dimana kebahagiaan yang terlihat tidak sebahagia yang terasa.

Semua bermula pada saat dirinya duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama. Pada saat dimana masa itu adalah masa pertumbuhan bagi anak remaja. Yang bahkan dirinya tidak tahu apa apa tentang arti kehidupan sebenarnya. selama ini dirinya tidak pernah tahu tentang masalah apa yang harus dihadapi di kehidupan depan. Namun,ketika segalanya sudah berubah ia harus terbiasa. Terbiasa untuk menyesuaikan diri dengan hidup. Hidup yang berliku liku.

Alya kembali pulang ke rumahnya. Gadis yang masih memakai seragam putih biru itu nampak bahagia sekali. Sebab,Ia mendapatkan piagam penghargaan untuk kesekian kalinya. Banyak sekali prestasi yang sudah ia torehkan. Mendali mendali dan beberapa piagam juga piala terpajang di rak kamarnya. Ia memang gadis yang pintar,pantas sekali kedua orangtuanya sangat bangga terhadap dirinya.

Tetapi itu hanya berselang sebentar saja. Ketika ia berdiri di pagar dan melihat mamahnya sedang menangis. Ia menyaksikan bagaimana kedua orangtuanya bertengkar hebat di rumahnya. Bahkan ia melihat papahnya yang sudah menggeret koper untuk segera di masukkan kedalam mobil. Ia tidak tahu apa apa. Juga masih terlalu dini untuk mengerti dan memahami permasalahan orang dewasa. Ia memang tidak seharusnya menanggung semua beban yang seharusnya tidak ia tanggung. Ia hanya perlu fokus dengan sekolahnya sampai ia lulus. Tapi nyatanya ia tidak bisa seperti itu masalah yang bukan miliknya jadi penangunggan yang harus ia tanggung sendirian. Menghadapi realita kehidupan yang tidak seindah yang kelihatan.

Ia hanya memandang gamang didepan pagar sambil masih melihati kedua orangtuanya. Ia berdiam diri disana sambil memegang sebuah penghargaan yang ingin ia perlihatkan kepada orangtuanya. Tapi sayang, semuanya tidak berjalan dengan baik. saat itu juga dunianya tidak sama lagi. Saat ia melihat papahnya memasukan koper besar kedalam mobilnya.

Ia berlari, memasuki perkarangan rumahnya dengan air mata yang sudah meluruh. Ia menahan pergelangan tangan papahnya yang sedang memasukkan sebuah koper kedalam mobil.

"Pah,papah mau kemana?" Tanyanya. Papahnya yang di tahan pergelangan tangannya hanya bisa menghela napasnya. Bagaimanapun juga kedua orangtuanya menutupi semua permasalahannya anak harus tetap tahu semuanya.

"Maaf,Alya. Papah nggak bisa tinggal sama kalian lagi" ucapnya. Menutup bagasi mobilnya saat koper itu sudah masuk kedalamnya.

Alya tidak tahu menahu tentang apa apa itu hanya memandang papahnya dengan bingung, "Maksud papah apa?papah kenapa bilang gitu?jelasin!" Sahutnya.

Papahnya menatap Alya memegang kedua bahu Alya dengan raut wajah yang datar. Tidak ada kesedihan di kedua kelopak matanya saat melihat anak perempuannya yang sudah menangisi dirinya. Bahkan saat ia mengambil keputusan sepihak ia tidak memikirkan nasib anaknya ke depannya.

"Papah nggak bisa jelasin semuanya sama kamu. Nanti,kamu bakal mengerti" ujarnya lalu masuk kedalam mobil kemudian menancapkan gasnya dan keluar dari halaman rumahnya.

TEMU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang