RAYAN PART 1

184K 14.9K 943
                                    

HELO~

•••
"DADDY!" jerit Anin ketika melihat makhluk kecil dalam mode terbang di kamarnya.

"ANJ- JANTUNG GUE!" Vano hampir saja melontarkan kalimat kasar. Pria yang sedang berada di ruang kerjanya itu memegang dadanya karena kaget mendengar jeritan Anin, ia pun segera menuju ke kamar anak gadisnya untuk melihat apa yang terjadi.

Cklek

Pintu kamar terbuka, membuat Anin yang sedang tertidur di atas kasur dengan selimut yang membungkus tubuhnya hingga atas kepala terbangun.

Diambang pintu, terlihat daddy nya yang sedang berkacak pinggang dengan kemeja putih polos yang masih membalut tubuhnya.
"D-dad ada kecoa." cicit Anin.

Vano menghela nafas. "Jago bela diri si iya, masa sama kecoa aja takut sih kamu." ucap Vano lalu melangkah untuk mengambil baygon dan menyemprotkannya ke serangga berwarna cokelat tersebut.

"KAN GELI DAD ASTAGA!" jerit Anin kepada daddy gahol nya itu.

"Tuh dia udah mati." ucap Vano seraya menuju ranjang tempat anaknya berada. Pria itu duduk di pinggiran kasur.

"Udah yee anak gue yang paling cakep tiada duanya, sekarang gue mau lanjut kerja dulu disebelah." Vano membenarkan letak selimut Anin lalu mengelus rambut anaknya itu.

"Good night." Vano mencium kening Anin lalu keluar dari kamar Anin untuk melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.

•••

Saat ini Anin sedang menuju ke perpustakaan dengan membawa setumpuk buku yang diperintahkan oleh wali kelasnya. Dari kejauhan, tepatnya di koridor kelas 11 ia melihat beberapa anggota geng Argos sedang berkumpul, mungkin sekitar 15 orang.

Jujur saja Anin ingin menghindari mereka. Namun, mau tidak mau Anin harus melewati orang orang itu karena letak perpustakan tepat  diujung koridor tempat mereka berkumpul.

Selagi Anin berjalan menuju kesana, Anin mengedarkan pandangannya ke seberang gedung lebih tepatnya di atap gedung kelas 12. Ia melihat seseorang dengan pakaian serba hitam yang sedang menodongkan pistolnya ke arah para anggota Argos, atau bisa dibilang peluru di dalam pistol tersebut tertuju pada Ray yang posisinya sedang membelakangi si pelaku.

Anin yang melihat hal itu sontak melanjutkan langkahnya dengan cepat. Ia tidak berlari karena orang berpakaian serba hitam disertai penutup wajah itu pasti akan mengetahui niatnya dan menembak Ray saat itu juga.

Setelah sampai di gerombolan para anggota Argos, seluruh anggota yang berada disana menatap Anin bingung karena tumben sekali ada gadis yang berani untuk menghampiri mereka.

Anin bergerak sedikit gelisah. "Gue sama sekali nggak bermaksud ganggu kalian, gue cuman mau ngasih tau sesuatu." Anin memberikan kode dengan lirikan mata dengan jarinya yang menunjuk kecil ke arah atap gedung kelas 12.

Rayland dan anggotanya yang lain mengedarkan pandangannya mengikuti arahan Anin, dan mata mereka sedikit menyipit melihat apa yang sedang dilakukan orang berpakaian hitam itu. 

"Shit!" desis Naden ketika ia melihat pistol itu sudah mulai menodong ke arah mereka, tepatnya ke arah Ray.

Dengan gerakan yang tidak mencolok Ray memerintahkan beberapa anggotanya untuk menangkap orang berpakaian hitam itu, "Andre, Bara lo berdua tau kan apa yang harus dilakuin?"

Suara berat nan serak itu memasuki telinga Anin dan tanpa disadari membuat tubuhnya kembali meremang, ditambah tatapan tajam bak elang itu sekarang menatap dirinya.

Andre dan Bara menganggukan kepalanya dan langsung bergerak sesuai yang dimaksud oleh Ray. Anggota lain masih berdiam pada tempatnya dan tinggal menunggu Bara serta Andre untuk menangkap orang tolol itu.

Anin yang merasa sudah tidak ada kepentingan, memilih melanjutkan langkahnya menuju perpustakaan. Namun baru tiga langkah gadis itu berjalan, suara berat itu membuat ia menghentikannya langkahnya,

"Makasih." Ray berbicara sambil memberikan senyuman tipis. Anin membalikkan badannya dan hanya mampu menganggukan kepalanya kaku lalu melanjutkan langkahnya.

***
BRAK

Bunyi gebrakan pintu terdengar menggema di seluruh markas Argos, terlihat Ray dan anggota inti lainnya masuk kedalam ruangan yang memiliki pencahayaan remang-remang. Ray melangkah pelan dan tenang menuju kursi kayu yang dimana tempat si biang keladi yang mungkin sudah pingsan karena sudah diberi pelajaran lebih dulu oleh para anggotanya.

Dengan kasar, Ray melepaskan penutup kepala itu dan seketika tatapan datarnya berubah menjadi tatapan yang sangat dingin.

"OALAH SI PANTAT PANCI TERNYATA!" Celetuk Alex saat melihat wajah biang keladi itu terpampang dengan jelas.

"JUANCOK!" umpat Athan.

"HEH BANGUN, BANGUN KAGA LO?!" Saking emosinya Naden menampar pipinya berkali kali dan membuat si pelaku terbangun.

"Siapa?" Ray berbicara dengan nada yang tenang bak air sungai yang mengalir.

Karena tidak mendapat jawaban dari si pelaku, dengan gesit Ray menonjok rahang Rafa sampai menimbulkan suara yang sangat keras. Rafa merasakan rasa sakit yang amat sangat di daerah tulang rahangnya.

Tapi siapa yang peduli? mencari masalah dengan Argos sama dengan bunuh diri dan orang ini dengan bodohnya melemparkan dirinya sendiri ke kandang singa.

"Siapa?" Ray bertanya masih dengan nada tenangnya yang penuh penekanan. Percayalah, pembawaan Ray yang kelewat tenang seperti ini malah membuat suasana semakin sesak. Mereka yang berada di dalam ruangan, seperti tidak bisa bernafas dengan leluasa.

Dengan terbata bata ia menyebutkan satu nama yang membuat para anggota inti Argos mengepalkan tangannya dengan kuat, "Alden."

Ray hanya memberikan tatapan datarnya disertai mengangkat sebelah alisnya seolah itu bukan hal yang penting.

"Kalian, lanjutin." Ray berjalan menuju pintu  meninggalkan ruangan itu. Dengan tangan terbuka, para anggota inti yang lain langsung memberikan pelajaran kepada Rafa. Menendang, menonjok sampai membuat pemuda yang duduk di atas kursi kayu itu pasrah dan berakhir pingsan.

•••
TBC.

RAYAN ✔️ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang