Nih buat kalian yang kemarin bilang part 14 gantung😭🙏 tapi emang iya gantung?😃
Jangan lupa vote sebelum membaca dan ramein setiap paragraf yaa❤️
Happy reading!❤️
•••
Punggung tangan kanan sudah tertancap jarum infus dan Anin sudah tertidur karena pengaruh obat yang diberikan oleh dokter. Suasana sangat sunyi karena kelima anggota inti yang berada di ruangan itu memikirkan suatu hal yang sama."Siapa? Siapa pelakunya sehingga membuat Anin seperti ini? Dan apa tujuannya?" kira-kira seperti itulah yang berada di pikiran mereka.
Rayland yang duduk di sebelah Anin mengelus lembut kening gadis yang sudah tertidur nyenyak di hadapannya. Rayland sudah menelfon papanya untuk memberitahu Vano keadaan Anin sekarang. Mungkin tak lama lagi kedua pria itu akan datang kesini.
Bruk!
Kan bener.
Diambang pintu sudah ada Vano dan Arion. Vano dengan muka paniknya dan Arion dengan air muka jengkelnya karena harus membawa jas Vano di tangannya. Vano berjalan cepat ke arah ranjang tempat anak gadisnya sedang tertidur.
Vano memperhatikan wajah Anin yang pucat dan telapak tangan kirinya yang terbalut perban. Vano rasanya ingin menangis saja, terbukti dengan kedua matanya yang memerah. Ia memegang tangan Anin yang terbalut perban.
"Kenapa bisa gini?" tanya Vano pelan sembari menatap kelima pemuda yang berada di ruangan ini. Naden selaku yang memang paling normal diantara mereka menjelaskan kronologi kejadian. Vano yang mendengar hanya bisa mengusap wajahnya frustasi.
Arion menepuk pelan bahu sahabatnya, "Tenang, gue bakal bantu buat nyari dalang dari kejadian ini. Sekarang lo fokus aja perketat keamanan Anin."
Athan yang sedari tadi memperhatikan wajah Vano menyipitkan kedua matanya. Merasa tak asing dengan wajah Vano, wajahnya mirip seperti orang yang ia dan anggota lain kenal. Tapi siapa?
Arion memperhatikan anaknya yang sedang menatap Anin intens seolah gadis itu bisa hilang kapan saja jika ia mengalihkan pandangannya. Ia tersenyum miring, putranya ini sedang kasmaran. Rayland yang melihat papa nya tersenyum seperti itu mendengus pelan. Sudah pasti setelah ini ia akan diejek habis habisan saat sampai rumah.
Percakapan di dalam ruangan itu berhenti karena suara lenguhan.
"Hey," panggil Vano saat melihat kedua mata anaknya sudah terbuka.
"Dad?" heran Anin sembari mengernyitkan keningnya dengan mata yang masih sayu karena mengantuk. Ia juga melihat Arion yang ternyata pria itu adalah papa dari Rayland.
"Ada yang sakit?" tanya Vano lembut sembari menatap wajah Anin yang sangat mirip dengan mendiang istrinya.
"Nggak." bohong. Sesungguhnya tangan kirinya sangat nyeri dan perih. Anin bisa melihat ekspresi cemas dan frustasi di wajah daddy nya, ia tidak ingin membuat Vano semakin cemas.
Rayland membenarkan sedikit tangan kanan Anin yang tertancap jarum infus agar tidak ketekan sehingga dapat mengeluarkan darah.
Anin menoleh ke samping kanannya dan iris matanya langsung bertubrukan dengan iris cokelat terang milik Rayland. Ah ia jadi ingat bagaimana ekspresi baru yang Rayland tunjukkan, panik.
Anin merubah posisi tidurnya dari berbaring menjadi bersandar di kepala ranjang. Vano dan Ray membantu Anin bersandar dan tak lupa Rayland meletakkan bantal di punggung Anin.
Anin menatap semua orang yang berada di dalam kamar Rayland dan tatapannya berhenti saat melihat Vano yang menatapnya sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYAN ✔️ [TERBIT]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] SEBAGIAN PART TELAH DI HAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN😈 Argos, geng legendaris yang saat ini sedang dipimpin oleh Rayland. Pemuda dingin, tegas, brutal dan juga kejam dalam menghadapi musuh musuhnya. Dibantu oleh ke...