RAYAN PART 39

71.1K 7.9K 1.4K
                                    

Hallo! Jangan lupa vote sebelum membaca dan ramein tiap paragraf yaaa❤️

Baca part sebelumnya dulu biar ga lupa dan dapat feelnya❤️ (WAJIB) HEHEHEHE

Maaf baru bisa update🥺 Kebetulan aku diikutin lomba cerpen (secara mendadak🙂) sama guru ku huhu, doain yah!❤️

Promosi ig di awal aja deh, jangan lupa follow yah @/gekdindaa._

Happy reading!
•••

Suara antara gesekan roda brankar dan juga lantai putih bersih rumah sakit terdengar nyaring disepanjang lorong rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara antara gesekan roda brankar dan juga lantai putih bersih rumah sakit terdengar nyaring disepanjang lorong rumah sakit. Terdapat seorang gadis yang berbaring di atas brankar tersebut dengan sebagian wajahnya ditutup oleh masker oksigen.

Petugas medis melakukan segala upaya agar Anin tetap dalam keadaan stabil. Vano tidak melepaskan genggaman tangannya sedikitpun. Pria itu setia menggenggam tangan mungil milik putrinya. Di kedua tangan pria itu terdapat darah putrinya yang sudah mengering.

"Anin, jangan tinggalin daddy." racau Vano berkali-kali.

"Ruang operasi nya sudah disiapkan?" tanya Arion yang menelfon salah satu dokter terbaik yang bekerja di rumah sakit milik keluarganya.

Semua orang berjalan tergesa-gesa agar mereka bisa cepat sampai di ruang operasi. Dua menit kemudian, mereka sampai di depan pintu ruang operasi.

Mereka sudah di sambut oleh beberapa para tenaga medis terbaik yang sudah stand by di depan pintu ruang operasi. Para tenaga medis itu langsung membawa brankar yang ditempati oleh Anin untuk masuk ke dalam ruang operasi. Vano yang pikirannya memang sedang kalut tanpa sadar bersikeras untuk memasuki ruang operasi.

Pria itu langsung di tahan oleh Arion dan juga Arthur. Mereka mengerti bagaimana perasaan sahabat mereka satu ini. Gadis kecil itu bagaikan nafas yang dapat membuat Vano tetap hidup.

"Enggak, gue mau lihat anak gue!" bentak Vano. Tanpa sadar wajah pria itu mengeras dengan kedua netra nya yang berkilat tajam. Arion dan juga Arthur sempat kewalahan menangani sahabatnya ini.

Bugh!

"Calm down!" bentak Raskal yang baru saja memberikan pukulan telak kepada Vano.

Pria paruh baya itu memegang kedua bahu milik Vano dengan erat. "Percaya anak lo bisa survive. Anin enggak selemah itu dan lo tau itu Vano." pancaran kedua mata milik Raskal terlihat seolah meyakinkan Vano agar pria itu bangkit.

Vano seketika meluruh, tubuhnya melemas. Ia bersimpuh di atas lantai dengan kepalanya yang menunduk. Kedua telapak tangannya menutupi wajahnya. Pria itu menangis.

RAYAN ✔️ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang