RAYAN PART 37

66.9K 7.2K 1K
                                    

Hallo! Jangan lupa vote sebelum membaca dan ramein tiap paragraf yaaa❤️

Tolong maafkan author ini baru bisa update, karena sy lagi PTS ini brou😭💔 Ini aja gue sempetin buat nulis mumpung hari jumat😎

Ada yang bucin enhypen ga zie😔 Biasku jungwon nich:(

Tolong maafkan author kalau ada typo atau kesalahan penulisan yaa🥰

Yuk absen bulan lahir👉🏻

Happy reading❤️
•••
"Mau hadiah apa kamu?" Vano membenarkan letak kacamata minusnya dengan kedua netranya yang fokus menatap raport milik Anin. Gadis itu kembali mendapat predikat A hampir di semua pelajaran, kecuali Matematika ia mendapatkan predikat B. Yap, Anin sedikit membenci pelajaran hitung-hitungan tersebut.

Anin sukses meraih peringkat satu lagi di semester awal atau semester ganjil kelas sebelas. Dengan begitu, ia berarti sudah mempertahankan posisinya sebagai peringkat satu di kelasnya. Namun, walaupun Anin memiliki otak yang cerdas, tetap saja untuk mempertahankan posisi itu tidaklah mudah.

Mungkin Anin percaya dengan kalimat ini, "Mendapatkan lebih mudah dari pada mempertahankannya." Sebenarnya ia bisa saja tidak peduli terhadap nilainya, toh Vano juga selalu memberikannya omelan jika melihat Anin begadang karena belajar. Tetapi, Anin adalah orang yang bertekad kuat. Omelan Vano tidak berpengaruh apa-apa pada dirinya.

"Cih, harus banget nanya dulu? Kayak aku dong langsung beliin." suara berat milik Hero menyapa kedua telinga milik Anin dan juga Vano. Hero muncul dari pintu utama mansion dengan membawa paperbag besar bertuliskan brand ternama di kedua tangannya.

Anin menepuk keningnya pelan, "Mulai lagi dah."  batinnya.

Vano berdiri dari duduknya lalu berkacak pinggang sambil tersenyum sinis. Tentu ia tidak ingin kalah. "Segitu doang? Kecil itu mah!" Vano menjetikkan kedua jarinya seolah meremehkan hadiah dari Hero.

"Udah tua gausah banyak gaya ya dad." Hero menatap geram daddy nya lalu menaruh hadiah untuk Anin di sebelah adiknya.

Sepasang anak dan ayah itu berdiri saling berhadapan dengan saling memberikan tatapan sengit.

"Wah bener-bener bocah edan." desis Vano. Pria tampan itu mengambil ponsel di sakunya lalu menelfon salah satu asistennya.

"Borong semua barang terbaru milik brand Hermes yang cocok untuk anak gadis. Saya bayar cash!" Vano menekankan kata "cash" dengan tatapan sombong nya yang ia tujukan untuk Hero.

"Eh udah-udah, ini daddy juga ngalah napa sama anak sendiri," Hero yang mendengar itu memberikan senyum kemenangannya.

"Abang juga, jangan kayak anak kecil." Senyum kemenangan yang tadinya terpatri di bibir tipis milik Hero menghilang. Sekarang giliran Vano yang memberikan senyuman kemenangannya.

"Ini aku cuman juara kelas daddy, abang. Aku bukan lagi ulang tahun. Kalian ga perlu kasih aku hadiah. Kalian kasih apresiasi buat kerja keras aku aja itu udah cukup kok." ucap Anin pelan agar kedua manusia jantan di depannya ini mengerti.

Vano dan juga Hero kompak membuang muka.

"Ya ini bentuk apresiasinya." Vano dan Hero tanpa sengaja mengucapkan kalimat yang sama barengan.

"Apa sih ikut-ikutan!" ujar Vano tak terima.

"Lah daddy duluan kok yang plagiat!" Hero tidak ingin kalah saudara-saudara.

Anin memejamkan kedua matanya mencoba sabar melihat perdebatan kedua manusia jantan di depannya ini yang masih terus berlanjut.

Anin bersedekap dada dan menatap datar perdebatan yang masih terjadi dihadapannya. "LANJUT TEROS LANJUT!" Anin sengaja memperbesar volume suaranya. Kedua netra dengan sok sibuk menatap kuku-kukunya yang bersih dan juga cantik.

RAYAN ✔️ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang