RAYAN PART 38

70K 7.8K 2.1K
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca dan ramein tiap paragraf okey!

Double up nich, lunas yaw hutang gue:")

Lapak curhat. Hal apa yang pengen kalian sampein ke orang tua kalian tetapi kalian gabisa sampein secara langsung?

Ayo tarik nafas dulu sebelum baca chapter ini karena puanjang banget, fokus ya bacanya❤️

⚠️ Warning ⚠️
ADEGAN KEKERASAN & BLOOD.

Happy reading❤️
•••
"Gue udah nemu titik lokasinya." ucap Arion di seberang sana. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam dan akhirnya Arion dapat menemukan titik lokasi dimana istrinya disekap.

"Oke share location, sekarang gue kesana." setelah mendengar balasan dari Arion, Vano memutuskan sambungannya lalu berjalan menuju sofa tempat Anin dan juga Hero yang sedang berbincang.

"Gimana dad?" tanya Hero saat melihat daddy nya yang sudah selesai berbicara dengan Arion.

Vano menganggukkan kepalanya mantap, "Lokasi nya udah ditemuin, sekarang kita kesana." Vano menggenggam sebelah tangan Anin lalu berjalan keluar mansion.

Mereka bertiga berjalan menuju mobil jeep berwarna putih yang sudah terparkir di halaman depan mansion. Dengan posisi Vano yang menyetir, Hero yang berada di sebelah kemudi, sedangkan Anin yang berada di belakang.

"Siap?" tanya Vano kepada kedua anaknya.

Mereka berdua mengangguk mantap lalu tanpa menunggu lama lagi, Vano langsung menancap gas meninggalkan pekarangan mansion.

Selama di perjalanan mereka berbincang-bincang dengan Vano yang sesekali melirik ponselnya untuk melihat location yang sudah dikirim oleh Arion.

"Dad, kira-kira si jamet itu bawa berapa pasukan ya?" tanya Anin dengan menekankan kata jamet yang ia tujukan untuk Ranaka.

"Daddy ga bisa nebak Anin. Seperti yang daddy bilang, Ranaka itu licik, sangat. Bisa aja dia tiba-tiba ngebawa pengawal yang lebih banyak dari om Arion dan daddy. Kamu lihat mobil di belakang?" Anin menolehkan kepalanya ke belakang jendela mobil. Ia dapat melihat dua mobil berwarna hitam.

"Mereka bawahan daddy. Mereka yang daddy percaya untuk ikut di misi kali ini. Mereka profesional, no kaleng-kaleng. Mereka yang selalu mengawal daddy jika daddy sedang melakukan transaksi atau urusan di luar negeri. Tidak banyak, hanya enam orang yang daddy percayai sampai segininya. Tetapi enam orang itu mampu melumpuhkan tiga puluh lawan dalam sekejap." jelas Vano.

Vano menatap Anin lewat kaca mobil yang terpasang, "Anin, kamu jangan jauh-jauh dari daddy. Jangan ngelakuin hal nekat." Anin yang mendengar itu hanya menganggukkan kepalanya tidak yakin.

Beberapa menit kemudian, akhirnya mereka sampai di sebuah wilayah yang terletak lumayan jauh dari arus lalu lintas. Dari kejauhan mereka dapat melihat atap bangunan tua yang besar.

Vano akan memparkirkan mobil nya ditempat yang sudah diberitahu oleh Arion. Tempat yang sedikit jauh dari bangunan tua itu, agar keberadaan mereka tidak diketahui oleh para pengawal Ranaka yang menjaga di depan bangunan tua tersebut. Suasana sekitar terasa menyeramkan karena tidak ada pengendara lain yang melewati wilayah ini dan juga penerangan yang remang-remang.

"Dad, itu uncle Arion dan yang lain." Hero menunjuk ke arah depan. Vano menyipitkan kedua matanya saat merasa tidak asing dengan seorang pria yang mungkin seumuran dengannya berdiri berdampingan bersama dengan Arion dan juga Raskal.

RAYAN ✔️ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang