RAYAN PART 29

77.1K 7.8K 582
                                    

Hallo semuanya! Sorry aku baru update huhu:( tolong maklumin yaa, karena aku juga udah mulai sekolah, tugas juga udah berdatangan hehe.

Disini aku juga mau ngelurusin tentang part 13 yang dimana aku sempet bilang kalo Vano itu wakil Argos. Aku UBAH ya temen-temen. Vano itu cuman pendiri dan ketua pertama Stelios, dan di part 13 itu mungkin aku nulisnya ga fokus makanya ngelantur huhu😭 Part 13 juga udah aku revisi, mungkin di beberapa dari kalian masih tetep sama yg part 13, so aku jelasin disini yah<3

Daripada banyak cincong, sekarang kita cuss aja yu<3

Happy reading!❤️ Jangan lupa vote dan ramein tiap paragraf❤️
•••
Jam sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari dan Anin masih duduk di depan kanvas berukuran 100x100 cm di depannya dengan apron hitam yang masih melekat di badannya. Tangannya yang memegang kuas menari nari diatas kanvas sedangkan tangan kirinya memegang palette yang berisi berbagai macam warna. Kedua tangannya sudah berlumuran dengan cat berwarna-warni.

Cepolan rambutnya sudah berantakan, ia sudah mengerjakan lukisan dihadapannya ini kurang lebih tiga jam. Effort yang di keluarkan untuk mengerjakan lukisan di depannya ini tidak main-main. Ia ingin lukisannya ini menjadi special diantara yang lain.

"Sedikit lagi." gumam Anin sambil memberikan cat demi cat di atas kanvas putih yang sekarang sudah berisi salah satu karya terbaik miliknya.

"Nah sekarang tinggal tanda tangan." Anin membungkukkan sedikit tubuhnya, lalu memberikan tanda tangan di bagian kanan pojok bawah kanvas.

"Akhirnya setelah tiga hari gue buat lukisan ini." Anin berkacak pinggang sambil melihat hasil karyanya sembari tersenyum.

"Ck, muka gue kena cat lagi." Anin bergegas melepas apronnya lalu melemparnya ke keranjang pakaian kotor. Kakinya melangkah menuju toilet untuk membersihkan wajahnya.

Setelah selesai dengan ritualnya dan mengganti pakaiannya dengan piyama, Anin berjalan menuju meja nakas untuk mengambil ponselnya. Ia tidak ada memegang ponselnya sama sekali semenjak melanjutkan lukisannya. Sudah pasti Rayland saat ini kelimpungan mencari dirinya.

"Baru juga diomongin." ucap Anin dalam hati.

Anin menggeser tombol hijau saat melihat nama Rayland terpampang jelas di layar ponselnya.

"Ha-"

"Kamu kemana aja?!" ucap Rayland dengan nada sedikit meninggi.

Anin memejamkan matanya sejenak sambil mengelus dadanya pelan, "Halo, maaf aku baru ngabarin."

"Apanya yang ngabarin? kalo aku ga nelfon, belum tentu kamu ngabarin." ucap Rayland datar.

"Bener juga." ucap Anin dalam hati.

"Sorry Ray." ujar Anin dengan nada tidak enak. Anin dapat mendengar Rayland menghela nafas pelan.

"Habis ngapain emangnya?" tanya Rayland setelah mengontrol sedikit emosinya.

"Ada deh." jawab Anin cekikikan.

Diseberang sana Rayland menampilkan raut wajah datar. Di depannya sudah ada segelas wine yang menemaninya malam ini, ralat pagi ini.

Anin yang tidak mendengar jawaban dari Rayland akhirnya melanjutkan perkataannya, "Bercanda sayang, aku habis ngelukis." ujar Anin lembut.

Diseberang sana, Rayland menampilkan senyum tipisnya sambil menyeruput wine nya.

"Ngelukisnya bisa dilanjutin besok. Jangan dibiasain begadang."

"Mana sempat, keburu selesai." gerutu Anin dalam hati.

RAYAN ✔️ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang